Tampar Galau Lewat Aisle; Rayakan Kesedihan dan Harapan Bersama EÄZZ

Tampar Galau Lewat Aisle; Rayakan Kesedihan dan Harapan Bersama EÄZZ

Foto didapatkan dari siaran pers.

Materi terbaru yang dirilis EÄZZ adalah bentuknya mematri kenangan-kenangan (buruk) dengan cara yang elegan. Tidak mendayu-dayu. Tidak juga butuh peran orang lain untuk mengakui dengan status-status berbau muntah di media sosial.

EÄZZ merupakan moniker, penjelmaan dari seorang pemuda bernama Alfi Fisrifan. Baru-baru ini ia melepas album pendek bertajuk Aisle secara digital. Banyak aspek yang membidani album pendek perdana EÄZZ. Proses hingga latar belakang menjadi acuan utama, dituangkan sepenuhnya oleh sang pemilik single “Unsaid Things” ke dalam album tersebut.

Kesedihan atas problematika cinta masa lalu menjadi tajuk utama dalam Aisle. Upaya Alfi terbilang positif, melalui EÄZZ ia memilih untuk merekam segala kegalauan yang dirasa dan menampar keras-keras melalui gaung bernuansa fuzzy, sedikit dreampop. Membuai dan menerjang kuping, menghujam tepat ke arah jantung lewat liriknya. Ia bernada lantang untuk tidak hanyut dan mati tenggelam. Persetan dengan galau, menyingkirlah!

“Makna Aisle adalah lorong yang panjang, di mana saya mencari jalan dan akhirnya bisa keluar dari sana dengan upaya sendiri,” ungkap Alfi melalui pesan publicist nya – Bobby Agung Prasetyo, menanggapi judul album mini. Sampai sini, kita sepakat bahwa lorong tersebut adalah kisah-kisah masa lalunya terkait percintaan. Dapat dikatakan, album ini menjadi ajang penebusan diri Alfi, bukan untuk siapa-siapa. Untuk dirinya sendiri, itu sudah lebih dari cukup.

Maka babak pertama dimulai dengan narasi dari lagu pembuka. Bercerita tentang fase bulan madu yang umum dilakukan pasangan muda. Saling mengenal lebih jauh lagi satu dengan yang lain. Tahap pertama ini begitu manis. Hubungan antara dua insan yang berjanji, sampai maut memisahkan. Namun, berlanjut pada tingkat yang jauh lebih kompleks. Perang ego, caci maki, cinta berubah menjadi benci. Adu taji.

Masa-masa indah, terpaksa harus diakhir. Disudahi dengan perpisahan. Tidak ada tegur sapa seperti pertama kali bersua. Bahkan untuk mengucap selama tinggal dipenuhi rasa enggan. Dituangkan melalui raungan gitar dan lirik lirih. Momen ini terekam dalam dalam tembang keempat.

(Horatius) Carpe diem, quam minimum credula postero – Petiklah Hari

Kutipan frasa bahasa latin membuat EÄZZ menutup rapat-rapat kisah pilunya dengan satu nomor terakhir yang dengan sangat tegas mengajarkan bahwa guru terbesar adalah pengalaman. Ia mempelajari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan ini hal penting bagi dirinya. Perjumpaan dengan kehadiran sosok baru, menghadirkan perubahaan dalam hidupnya. Menikmati tiap detik waktu yang ia lalui. Percaya bahwa hari ini dia harus melakukan yang terbaik bagi diri sendiri, dan orang-orang terkasih di dekatnya. Seperti Horatio.

Alfi ingin menyampaikan sebuah pesan lewat Aisle: seseorang, dalam kondisi terpuruk, rapuh dan seburuk apapun kondisinya – disertai usaha dan kemauan bersungguh-sungguh – niscaya akan menemukan jalan keluarnya. Prosesnya natural saja. Dilakukan oleh diri sendiri, baik sengaja maupun tidak. Kesabaran sebagai penyeimbang. Kunci utamanya adalah waktu sebagai penentu degup kehidupan yang kata Alfi, akan menuntun kita dalam hidup. 

Sisi-sisi melankolis setiap individu, memang misteri. “Wujudnya” sukar ditebak. Arahnya acak. Abstrak. Kadang rumit, kadang tidak. Bahasa tubuh, intonasi, raut wajah, tingkah laku – banyak aspek yang menyertainya. Begitu pula dengan EÄZZ. Materi terbaru yang dirilis oleh Alfi saat ini adalah bentuknya dalam mematri kenangan-kenangan (buruk di sini) dengan cara yang elegan. Tidak mendayu-dayu. Tidak juga butuh peran orang lain untuk mengakui dengan status-status berbau muntah yang berserak di media sosial. Apalagi sampai mem-video diri sendiri sambil berderai air mata. Tidak seperti itu. Terlalu FTV.

Demi rampungnya Aisle ini, EÄZZ menggarapnya melalui proses panjang. Dimulai sejak November 2018 hingga Agustus 2019. EÄZZ tidak sendirian, dibantu beberapa kawan. Melibatkan Varis Sechan (Hometracks Studio) sebagai penata bagian midi drum dan vokal, serta Alikbal Rusyad (The Pandora Labs) juga turun tangan menangani tahap peramuan mixing dan mastering.

“Semoga EÄZZ bisa meramaikan kancah musik Indonesia dan internasional, serta bermanfaat bagi banyak orang,” tutup Alfi. Dalam waktu dekat, Aisle akan hadir dalam format rilisan fisik dan merchandise lain yang digarap oleh Husted Records, label asal Bandung. Selain itu, urusan desain “Ilustrasi cover album dibuat Fian Afandi, sementara ilustrasi lirik lagu oleh Ipul Hey,” kata Alfi, berbicara soal nama-nama di balik departemen desain, tata letak visual dan sebagainya.

BACA JUGA - EÄZZ Mengajakmu Berdelusi Lewat Single “Unsaid Things”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner