Suffer Of Me, Vulture

Suffer Of Me, Vulture

Mendengarkan Vulture saya seperti dilontarkan kembali ke masa-masa SMP tahun 1990an. Ada musik yang mengingatkan saya kepada Bolt Thrower, Napalm Death, Cryptopsy  dan tentu saja sentuhan thrash metal ala 1990an di mana-mana terutama di warna tata suara gitarnya yang sangat khas. Gerinda raw guitar dan vokal serta tetabuhan drum dan bassnya adalah musik yang familiar di telinga saya walau baru kini saya mendengar Suffer of Me.

Dan benar saja ternyata. Vulture terbentuk di Bandar Lampung 4 September 1997 oleh lima sekawan Rhama (vokal), Andhika (gitar), Dedi (gitar), Imam (Bass) dan Rhino (drum). Mereka memainkan musik black metal cepat yang mereka namakan fast dead black metal dan menamakan diri Vulture yang berarti burung pemakan bangkai. Tahun 1999 Vulture merilis album perdana mereka If God Curse Us. Setlah rilis album ini Vulture berjalan hanya bertiga, yaitu Andhika (vokal , gitar), Dedi (bass) dan Rhino (drum). Perubahan ini membuat hasrat musik mereka juga berubah. Masa ini Vulture lebih banyak terinspirasi band-band seperti Sepultura, Napalm Death, Jasad, dan Cryptopsy. Setlah pergantian pemain bass oleh Agus (ex-Dom), Vulture merilis album baru mereka berjudul Operation of Mankind tahun 2000.

Tahun 2007, Andhika mengundurkan diri dan Vulture kembali merombak formasi menjadi Rhino (vokal, gitar), Agus (bass), dan Hadi (drum). Januari 2009 Vulture kembali merombak formasi menjadi Medy (vokal), Indra (gitar), Lehan (bass) dan Rhino (drum). Dengan formasi ini Vulture merilis album demo promo bulan Juli 2009 dengan judul Lawan dan Hentikan. Formasi ini terus bertahan hingga kini dan Vulture merilis Suffer of Me tahun 2015.

Album ini berisi tujuh nomor terbaru yaitu “Suffer of Me”, “Flesh to the Gore”, “Pagas Niku”, “Pemimpin Busux”, “Rest in Peace”, dan satu nomor dari Sepultura “Troops of Doom”. Ada beberapa perbedaan warna tata suara di lagu “Pemimpin Busux” yang jauh lebih raw dari pada lagu-lagu lainnya dan “Suffer of Me” yang justru lebih ringan. Di antara semuanya, lagu “Rest In Peace” adalah track favorit saya. Lagu ini menurut saya yang berhasil merangkum keseluruhan spirit  musikal yang dipersembahkan oleh Vulture di masa kini. Lagu ke dua favorit saya tentu saja “Pagas Niku”. Ini adalah bahasa asli Lampung. “Pagas” adalah tusuk dan “niku” artinya kamu. Ini tentu saja sebuah manifestasi dari spirit lokalitas yang diruapkan Vulture kepada publik.

Saya jadi ingat ketika berkunjung ke Lampung beberapa bulan yang lalu dan mendengar kisah betapa orang Lampung sendiri kini kebanyakan sudah tidak tahu bahasa ibunya sendiri. Hanya beberapa kelompok kecil masyarakat Lapung terutama yang ada di Krui yang masih berbicara bahasa Lampung. Saya kira apa yang dilakukan oleh Vulture yang mengangkat kata-kata dari bahasa ibu sendiri adalah satu pergerakan keren yang mampu menyatukan musik metal dengan akar taah air di mana para musisinya lahir.

Akhirnya hail to Vulture! Long live old skool never dies \m/

Images: Coki Levy docs.
www.metal-archives.com

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner