Simak Video Klip Terbaru Dari Tiderays, “At the Eleventh Hour”

Simak Video Klip Terbaru Dari Tiderays, “At the Eleventh Hour”

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Tiderays (Karya foto dari Brigitan Arga)

Lagu “At the Eleventh Hour” menurut Tiderays merupakan pelafalan momentum takluknya seseorang atas persoalan hidup yang membuncah, hingga membuatnya jatuh dan makin bertekuk lutut.

Perilisan sebuah video klip kerap dipilih banyak band untuk menguatkan isian lagunya. Tidak hanya ingin menyampaikan pesan lewat media suara, banyak diantaranya juga yang ingin menerjemahkan isian lagunya dalam format visual. Pun begitu dengan yang dilakukan oleh sebuah band asal Semarang bernama Tiderays. Lewat lagu berjudul “At the Eleventh Hour”, Tiderays suguhkan pula dalam format video musik, yang dirilis pada tanggal 11 Juni kemarin.

Lagu “At the Eleventh Hour” diambil dari kantung album Tiderays yang berjudul 401, yang akan dirilis di bawah bendera Samstrongs Records, pada bulan Juli mendatang. Satu hal menarik untuk dituliskan adalah tentang pemilihan judul 401, yang mana menurut pengakuan mereka judul tersebut adalah akronim dari For No One, yang berarti Nihil dan tak bertuan. Tentang hal tersebut, sang gitaris, DF Ahmad berujar jika bebas jika ingin mengaitkan dengan paradigma Nihilisme milik Nietzche, karena toh, pada akhirnya menurut dia kita juga saling tak punya kesepakatan siapa tuan dari berbagai permasalahan.

Cover art untuk album 401 karya Garna Raditya

Tentang lagu “At the Eleventh Hour” sendiri menurut mereka merupakan pelafalan momentum takluknya seseorang atas persoalan hidup yang membuncah, hingga membuatnya jatuh dan makin bertekuk lutut. Untuk proses produksinya sendiri diakui oleh mereka membutuhkan waktu selama enam bulan, mulai dari membuat konsep hingga pengumpulan materi sejak September 2018 lalu.

Proses rekaman untuk kedelapan buah instrumen di album ini dilakukan di Watchtower Studio Yogyakarta, sejak April 2019. Sebagai catatan, studio tersebut melahirkan album-album cadas diantaranya milik Exhumation, Opus Death (Dunkelheit Produktionen, 2015) dan Warmouth dengan Pariah (Samstrong Records, 2016). Sementara sesi rekaman untuk vokal dilakukan di Paw Studio Semarang pada bulan Mei 2019 lalu.

Bable Sagala, pemilik studio yang juga penggebuk drum band thrash metal, Metallic Ass, punya andil besar terkait teknis sehingga membuat kemasan album 401 semakin eksploratif. Sementara itu, mixing dan mastering dipercayakan pada Made Dharma, musisi sekaligus produser aktif dalam beberapa proyek musik, seperti diantaranya Deadly Weapon, Warmouth, Sunlotus, dan lainnya.

Sebagai tambahan, mereka juga menjanjikan jika keseluruhan lagu di album 401 adalah gugusan bahan peledak yang terdiri dari beragam fragmentasi hardcore, punk, crust, doom, sludge, hingga death metal. Singkatnya, Tiderays bermain hardcore di ranah yang paling muram.

BACA JUGA - Apa Itu Delusi Exsistensi?Temukan Jawabannya di Single Terbaru Dromme

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner