Silampukau Mampir Di Panggung Suka-suka

Silampukau Mampir Di Panggung Suka-suka

By: Karel

Perhelatan mini dengan tajuk “Panggung Suka-suka” kembali dihadikan oleh gerai musik kenamaan yang berada di Jalan Ciumbuleuit no. 151 B, Bandung bernama Omuniuum, Selasa (9/6). Kali ini gerai yang dimiliki oleh pasutri Tri dan Boit ini menjamu tamu asal Surabaya, Silampukau. Grup folk/ballad yang digawangi Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening ini akhirnya mampir di kota Kembang untuk menjalani rangkaian mini tur album perdana mereka yang diberi tajuk “Dosa, Kota dan Kenangan”. Sebelumnya Jakarta adalah persinggahan pertama mereka, tepatnya Senin (8/9) kemarin yang berlangsung di Kedai Tjikini milik seorang scenester kawakan Felix Dass yang berada di kawasan Cikini, bagian pusat ibukota.

Jam tujuh malam adalah dimana showcase penuh keriaan ini dimulai dengan dibuka oleh aksi folk pop yang penuh dnegan nuansa alam dan kehidupan yakni Mr Sonjaya. Disini mereka membawakan materi-materi dari “Laras Sahaja”, sebuah debut yang akan diluncurkan secara resmi, Jumat (12/6) pekan ini di Mini Amphitheatre Lawangwangi Creative Space, kawasan Dago Giri. Dimas cs dengan khas musiknya yang cukup sendu ini mengakhiri aksinya dengan single mereka yakni “Sang Filsuf”.

Setelahnya duo Kharis-Eki bersiap dengan dibantu oleh seorang bassist bernama Rhesa Filbert dari unit ska kota Pahlawan, The Ska Banton. Mereka bertiga yang saat itu dihadiri oleh muda-mudi Bandung yang membuat Omuniuum cukup sesak dan pengap itu mengawali set dengan lagu berjudul “Lagu Rantau (Sambat Omah)”. Sebuah pembuka yang peuh improvisasi dalam musikalitasnya dengan berkisah akan seorang pemuda yang merantau selama tujuh tahun ke kota yang mereka pijaki Surabaya dan mencari pula jalan pulang. Kemudian satu tajuk dengan dua kata “Balada Harian” menjadi sajian kedua yang diselingi dengan kegugupan Eki sang vokal-gitar yang berpenampilan penuh brewok dan rambut yang dikuncir bak ekor kuda. Sedangkan Kharis yang beperawakan lebih rapi bermuka kotak dan berambut pendek lebih menghadirkan jokes ringan yang membuat seisi ruangan malam itu sedikit terbahak. Di lagu ketiga yang berjudul “Bianglala”, mereka seakan-akan mengajak kita semua untuk berkunjung ke kota kelahirannya untuk bermain wahana super murah saja tak perlu mahal-mahal. Surabaya memang menjadi topik utama bagi Silampukau, dimana kecintaan dan kritik mereka suguhkan di album penuhnya ini, terutama lagu keempat pada malam itu menceritakan semuanya, yaitu “Malam Jatuh Di Surabaya”. Dimana seorang Gabriel Mayo dari band folk rock Vox diikutsertakan bermain dengan instrumen ukulele.

Setlist keempat “Bola Raya” merupakan kemarahan mereka karena tidak mendapatkan lahan untuk bermain sepak bola karena sudah jarang lapangan representatif yang telah dijadikan gedung-gedung tinggi. “Aku Duduk Menanti” menjadi penyambung aksinya lagi dengan irama yang sangat melunglai. Setelah itu keasyikan mereka dengan minuman keras ditumpahkan dalam tembang “Sang Juragan” sebagai seorangl pengepul minuman berkadar alkohol. Fenomena prostitusi paling masif dan besar di Surabaya, Doli mereka angkat tak segan-segan maupun slengean dengan tajuk “Si Pelanggan”. Sebuah kata pamit, Silampukau menghaturkan kepada puluhan muda-mudi Bandung tepat di jam Sembilan malam lebih 15 menit dengan satu penutup yakni “Doa 1”. Tur mini dua hari yang begitu apik dan penuh pesan sangat sentimentil dari dua pelaku balada paling mengesankan tahun ini asal timur Jawa. Yihaaaa!

Foto: Karel

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner