Phoneme Memvisualkan Simbol Minoritas Dalam Video Klipnya

Phoneme Memvisualkan Simbol Minoritas Dalam Video Klipnya

Konsep video klip Phoneme ini mengambil tema "perjuangan minoritas", yang bercerita tentang bagaimana ketika minoritas dipaksakan menjadi mayoritas.

Bagi sebuah band melahirkan karya adalah satu hal yang menjadi keharusan, selain demi eksistensi band tersebut, hal itu juga berbanding lurus dengan wacana yang ingin disampaikan dalam karyanya. Ragam tema yang akhirnya mereka sajikan jadi pembahasan seru, ketika itu diambil dengan sudut pandang menarik. Seperti yang coba disampaikan oleh kelompok musik folk asal Malang, Phoneme, lewat singlenya yang berjudul "Amerta", yang dirilis beberapa waktu lalu. Untuk memperkuat isian lagunyak, kelompok musik yang digawangi oleh lima anak muda ini juga mengeluarkan video klip dari single pertamanya tersebut.

Lebih jauh tentang single "Amerta" ini, sang vokalis Phoneme menjelaskan jika konsep video klipnya mengambil tema "perjuangan minoritas", yang bercerita tentang bagaimana ketika minoritas dipaksakan menjadi mayoritas. Menurutnya hal seperti itu kadang membuat minoritas terkesan tidak menjadi diri mereka sendiri, namun harus menuruti kemauan mayoritas. Untuk menangkap analogi tersebut, Phoneme merepresentasikannya melalui simbol sang penari dari Bali dalam video klipnya. Penari itu menurutnya menyimbolkan ‘keminoritasan’, dimana hal tersebut kemudian dibalut satu hal yang jadi paradoks, ketika sang penari memakai selendang Jawa, yang menyimbolkan kemayoritasan.

Hal paradoks tersebut jadi sajian yang menarik, dimana plot dan jalan cerita yang menggambarkan sang Penari tersenyum lepas, namun menyiratkan keterpaksaan saat melenggang dengan tarian Bali dan selendang Jawa nya. Jika ditelisik lebih dalam, senyum lepas tersebut menyiratkan suatu paksaan dari minoritas menjadi mayoritas itu tadi.

Sampai akhirnya beberapa menit kemudian sang penari menari dengan leluasa setelah melepaskan selendang Jawa dan menggantinya dengan pakaian adat Bali, namun anehnya, ia malah terlihat bersedih. Perasaan sedih yang tergambar dalam video klip ini menyiratkan sebuah kebahagiaan, atas lepasnya sebuah keterpaksaan.

Video klip yang pembuatannya dimentori langsung oleh Oneding, Wake up iris! dan Prialangga ini juga sesuai dengan lirik lagu “Amerta”, dimana secara isiannya menceritakan bagaimana seharusnya perbedaan bisa berjalan bersama, tanpa mendiskriminasi atau memaksa suatu kaum untuk 'sama' dengan kaum mereka.

BACA JUGA - Simak Karya Terbaru dari Parkdrive yang Terinspirasi Isu SARA di Negeri Ini

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner