“Oriental Eksotik”, Romantika & Pendewasaan Bermusik Rub of Rub

“Oriental Eksotik”, Romantika & Pendewasaan Bermusik Rub of Rub

Sumber foto : diambil dari rilisan pers Rub of Rub

Dengan segelas kopi tanpa gula, lagu “Oriental Eksotik” bisa menjembatani Rub of Rub dengan pendengar, hingga setelah pandemi ini usai, mereka dan para penikmat karyanya bisa bertemu lagi dalam keramaian panggung selanjutnya.

Bicara reggae maka kita akan bicara soal Jamaika, mengingat lahirnya musik itu memang disana. Tapi berpuluh tahun kemudian sejak Bob Marley merilis debut album The Wailing Wailers, pada tahun 1965 lalu, musik ini masih ada dan diminati dengan semua olah kreasi band-band yang mengamini pula menjadikan musik ini sebagai rujukan dalam berkarya. Dari Jamaika kemudian menginvasi kota kembang, Bandung hingga melahirkan salah satu unit post reggae – dub terbaik Indonesia bernama Rub of Rub (selanjutnya ditulis ROR).

Pernah begitu menarik perhatian pendengar lewat EP berjudul Ruang Waktu pada 2018 lalu, unit ini nyatanya masih cukup energi untuk terus melahirkan karyanya, seperti apa yang mereka sajikan pada tahun 2020 ini lewat single berjudul”Oriental Eksotik”. Single yang dirilis atas kerja sama Lamunai Records ini diakui mereka sebagai bentuk salam perkenalan mereka memasuki tatanan kehidupan yang baru.

Lebih jauh bercerita tentang lagunya, menurut rilisan pers yang DCDC terima, lagu “Oriental Eksotik” mengetengahkan tentang pasang surut kehidupan pribadi personil selama proses pembuatan album penuh perdana mereka, yang dijadwalkan rilis akhir tahun ini. Terdengar sedikit berbeda dari karya EP Ruang Waktu (2018) yang sarat akan tema kehidupan bebas anak muda, dibalut dengan irama musik dub – psikedelia, dengan ritme yang tidak beraturan di setiap lagunya.

Pada single terbarunya ini ROR mencoba untuk  menyuguhkan suatu materi yang listenable, lebih ekploratif dengan kualitas sound yang lebih matang. Eksperimen bunyi perangkat analog dari pre–amp hardware hingga space echo dilebur untuk mendapatkan kualitas dan pengalaman dalam mendengarkan lagu ini.

Tentang hal ini vokalis & gitaris ROR, Rizwan menuturkan jika secara garis besar lagu ini bercerita mengenai seseorang yang sempat hadir, pergi, lantas kembali lagi. Namun perasaan yang dulu sempat diyakini tak selamanya akan sama. Lagu ini seakan mengajak pendengar sedikit menengok masa lalu tanpa harus menghakiminya. Waktu yang telah berlalu dengan sendirinya akan membentuk kenangan, baik atau buruk, dan waktu yang akan datang adalah angan-angan atau harapan baru.

Dengan segelas kopi tanpa gula menuju senja, lagu ini diharapkan ROR bisa menjembatani mereka dengan pendengar hingga setelah pandemi ini usai, mereka dan para penikmat karyanya bisa bertemu lagi dalam keramaian panggung selanjutnya.

BACA JUGA - Satu Dekade Absen, Orkes P3K Rilis EP ‘Credit Or Cash’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner