NOISIA Gelombang Sempurna Mom Called Killer

NOISIA Gelombang Sempurna Mom Called Killer

Mendengar album Noisia ini sungguh membuat saya terharu dalam geram dan deru musik yang menghentak, membangunkan sanubari yang tertidur. Begitu sarat akan kepedulian dan cita-cita keren di dalamnya. Noisia adalah penglihatan masa depan tentang setiap tindakan yang diperbuat manusia serta dampaknya.

Coba dengar “Pawai Petaka” yang menjadi track favorit saya yang merupakan gugatan mereka atas semua konflik yang menyebar luas karena ras dan agama hingga melibatkan korban tak bersalah. Atau “Sea Takes Over” yang berkisah tentang alam yang marah atas keserakahan investor dan pemerintahan yang berpura pura tuli buta. Dan tentu saja nomor “Juggernaut” raksasa penghancur yang bagi saya adalah refleksi lain dari “Sea Takes Over” namun juga merupakan cerminan generasi muda yang mampu merubah dunia, menjaga alam agar seimbang. Dan di lagu-lagu lainnya Mom Called Killer juga memberikan pesan. Seperti dalam lagu “Tree Of Life” bagaimana pentingnya pepohonan sebagai sumber kehidupan, dan kita semua harus merawat dan menjaganya dengan baik. Masih banyak lagi ada pesan pesan, dan sebab akibat atas perbuatan yang dilakukan sekarang untuk masa depan di lagu-lagu yang lainnya. Secara keseluruhan, semua kisah yang termaktub di Noisia begitu visioner dan merupakan manifestasi Mom Called Killer mengenai kepedulian mereka akan alam dan kemanusiaan, “...this is for you, i give this message through this song, i will do it for the world...” Sungguh membuat saya jatuh cinta.

Mom Called Killer terbentuk tahun 2007 di Denpasar, suatu masa ketika Indonesia mulai digempur kedatangan band-band metal internasional yang mau tidak mau kemudian memberikan warna yang kuat bagi musik metal Indonesia. Pertama kali mendengar singel “Lentera Tragedy” saya mendengar ada raungan musikalitas yang sama dengan As I Lay Dying, Unearth, Chimaira, atau Opeth. Dan untuk band muda di ranah musik metal, Mom Called Killer membuktikan kedewasaan musik mereka dengan menjaga rasa harmonisasi musik serta lompatan-lompatan tak terduga di lagu-lagunya. Saya jatuh cinta dengan epik yang mereka bangun terutama di dalam aransemen musiknya. Liriknya jika saja mereka lebih berani berkisah lebih banyak akan semakin menambah nuansa epos yang terbangun. Namun lirik-lirik yang sarat nuansa di album ini sungguh mampu memberikan pengalaman mengasyikkan yang membuat saya merasa semakin gahar saat berteriak bersama mengikuti liriknya. Ditambah saya suka karakter vokal Adith. Dia keren menyusun harmonisasi vokal latar dan menempatkan penekanan poin lirikal di growling-screaming yang ia raungkan.

Dan akhirnya, artwork garapan Andre Yoga mampu melengkapi kemasan musik Mom Called Killer di album Noisia sekaligus memperkuat epos Noisia mengenai seorang cenayang yang mampu melihat semua masa depan melalui matanya—masa depan yang lalu diharmonisasikan lewat karya para anak negeri asal Bali : Adith Bantat, Dewa Adi, Edi, Gus Agung, dan Wika. Bekerja sama dengan Eman, dan diproduseri oleh Teguh Narakusuma dari label Rockness Record, album ini sangat penting untuk didengarkan sebagai petisi generasi baru musik metal Bali—dan tentu saja Indonesia.

Images: mxmcdn.net
dewa-satyaphotography.blogspot.com

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner