‘Nodus Tollens’ ; Perjalanan, Gejolak Batin dan Pergulatan Amerta Di tengah Tanda Tanya Besar
Sumber foto : Diambil dari siaran pers Amerta oleh Ayughia
Nodus Tollens menggambarkan momen ketika seseorang menyadari bahwa narasi hidupnya tidak lagi masuk akal, atau sebuah kondisi yang seringkali dialami di tengah dunia yang terus berubah
Proses evolusi musikal yang berkembang akan melewati berbagai mekanisme panjang melalui eksplorasi, pendalaman, kesabaran, konsisten, gigih, ketekunan serta daya dan upaya lainnya untuk mendorong hasil karya istimewa. Butuh waktu sekitar 5 tahun bagi Amerta, band post/sludge/power metal asal Jakarta, untuk merampungkan album penuh perdana mereka yang diberi judul Nodus Tollens. Sekeping album yang penuh dinamika, emosional, sekaligus memancing perenungan bagi siapapun yang mendengarnya.
Sejak tahun 2019 Amerta mulai merangkai kepingan materi Nodus Tollens. Amerta menuturkan bahwa, nama Nodus Tollens diambil dari istilah yang menggambarkan momen ketika seseorang menyadari bahwa narasi hidupnya tidak lagi masuk akal, atau sebuah kondisi yang seringkali dialami di tengah dunia yang terus berubah, tidak bisa ditebak, dan penuh teka-teki. Nodus Tollens akan menjadi penawar untuk menelusuri kegelisahan eksistensial, perenungan hidup, serta perjalanan batin dalam menghadapi chaos di dunia nyata.
Secara musikal album Nodus Tollens memadukan berbagai elemen dari genre post-metal, doom/sludge, hingga shoegaze dan indiepop. Amerta yang dihuni oleh Raja Panggabean (gitar), Auliya Akbar (drum), Anida Bajumi (bass), Techa Aurellia (vokal), dan Lody Andrian (synthesizer), telah menggabungkan kekuatan instrumental yang solid dengan aransemen berlapis yang memberikan nuansa atmosferik penuh tekstur dan kedalaman.
Di balik aransemen berat dan gelap yang mereka hadirkan dalam album ini, terdapat lapisan-lapisan melodi yang lirih, reflektif, dan menenangkan. Pola kreasi yang kaya akan ragam unsur nan berlapis, serta penuh dinamika itu, telah melewati proses panjang penuh dedikasi, juga peranan penting dari beberapa nama yang terlibat. Ricky Siahaan (Seringai) yang digaet Amerta untuk menjadi Produser, berhasil merubah Amerta menjadi band yang tertantang untuk menggarap album yang mumpuni dan matang secara musikal.
“Saya merasa memiliki frekuensi musik yang cukup sama dengan mereka. Menjadi produser Amerta adalah tantangan yang menyenangkan karena pendiri band ini adalah musisi yang berakar dari musik ekstrem. Jadi mereka adalah musisi-musisi yang mumpuni dengan instrumennya, kemudian memutuskan untuk kini bereksplorasi dengan ‘rasa’ dibanding speed dan ketangkasan. Prosesnya jadi lebih musikal aja rasanya," ungkap Ricky.
Sebelumnya, Amerta hanyalah proyek musik yang tak direncanakan. Sekitar tahun 2019 Raja bertemu dengan Akbar dan mulai merangkai materi untuk Amerta. Dua tahun berjalan, Amerta semakin matang setelah bertemu Ricky Siahaan pada tahun 2021 dan melangkah lebih serius untuk album perdana mereka. Diakui oleh Anida, sebenarnya penggarapan album sudah berjalan sejak 2019 akhir, ketika Ia baru bergabung dengan Amerta. Selain itu, seiringnya waktu berjalan, banyak hal yang disesuaikan karena adanya pergantian dan penambahan personel.
“Berawal dari tahun 2018 ketika saya berkuliah di Australia. Selama di sana, saya banyak membuat riff-riff yang seharusnya diperuntukkan untuk band saya sebelumnya Revenge, yang ternyata sepertinya kurang cocok. Mungkin karena di sana terlalu dingin” kata Raja.
“Untuk beberapa materi, kerangkanya sudah dibuat oleh Raja dan Akbar di Melbourne, yang kemudian kami rombak dan kembangankan lagi bersama-sama,” ujar Anida.
Selama proses berjalan, secara kolektif Amerta banyak melakukan workshop di berbagai tempat untuk ‘mematangkan’ materi musik yang sudah ada. Seluruh proses rekaman untuk album Nodus Tollens mereka kerjakan di Indonesia, bass mereka rekam di Syailendra Studio, gitar, synth dan vokal di Studio Kandang di Jakarta, dan drum di Soundverve Studio, Tangerang. Raja juga mengapresiasi dan memberikan kredit kepada Haryo Widi (Oyob), yang terlibat dalam pengembangan album ini dan tiga single awal Amerta.
“(Oyob) adalah salah satu sound engineer paling bertalenta di industri musik saat ini. Perannya penting karena kita sama-sama memiliki selera musik yang sama. Sama-sama berangkat dari skena musik metal lalu berkelana kemana-mana. Jadi dia sangat paham direction band ini,” pungkas Raja.
Lirik dalam album Nodus Tollens, adalah sudut pandang kolektif masing-masing member Amerta yang saling berbagi ruang didalamnya. Meski terdapat lirik yang ditulis oleh salah satu personil secara utuh dalam satu lagu, mereka juga dapat mengerjakan lirik dengan cara keroyokan menyumbang bait per bait dalam satu lagu. Dengan pendekatan kolektif dan semangat kolaborasi, mewujudkan chemistry antar personil terjalin nyata bagi Amerta.
Dari total sepuluh trek yang merangkum album Nodus Tollens, tiga diantaranya telah beredar terlebih dahulu. Sementara tujuh trek pelengkap lainnya telah dikembangkan hingga menjadi kesatuan utuh. Dalam album Nodus Tollens, terdapat salah satu karya interpretasi ulang dari lagu yang dipopulerkan mendiang Chrisye berjudul “Kala Sang Surya Tenggelam”. Keputusan menempatkan “Kala Sang Surya Tenggelam” versi mereka, karena apresiasi dan dorongan positif dari para fans untuk melestarikan karya legendaris tersebut.
Dilapisi berbagai macam unsur dan elemen musik, menjadikan album Nodus Tollens beresonansi luas merambah dunia global. Amerta berhasil membawa pengaruh dari berbagai genre internasional, bersanding dengan pengalaman hidup yang sangat lokal. Album Nodus Tollens memiliki daya tarik yang luas bagi penikmat musik dari berbagai latar belakang.
Album Nodus Tollens telah rilis secara resmi pada 11 Oktober 2024 dalam format digital. Dihiasi artwork pada sampul depan karya dari Ramzi Firhad, album Nodus Tollens akan hadir dalam format fisik berbentuk piringan hitam dan CD yang akan segera menyusul. Amerta juga merencanakan serangkaian tur promosi dan penampilan langsung untuk merayakan peluncuran album ini, dengan detail yang akan diumumkan dalam waktu dekat.
Diakui Ricky, di Indonesia sepertinya masih sangat jarang band seperti Amerta, yang memiliki musik berspektrum luas seperti di Nodus Tollens. Album ini bukan menawarkan heavy metal yang konvensional. Nodus Tollens adalah karya band yang mahir menyeimbangkan antara melodi yang emotif, aransemen yang berpetualang, serta agresivitas.
“Dalam dosis yang akurat hingga bisa memuaskan penggemar musik cadas khususnya post metal atau doom/sludge. Walau demikian, saya pikir di saat yang sama album ini cukup inklusif hingga bisa menggoda penggemar style seperti shoegaze, indiepop, bahkan mungkin goth,” katanya.
Nodus Tollens bukan sekadar album; ia adalah refleksi dari perjalanan hidup, gejolak batin, serta pergulatan antara harapan dan kegelapan yang dialami setiap individu. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, Amerta melalui Nodus Tollens menghadirkan sebuah suara yang bising yang tak lekang oleh waktu.
Comments (0)