Menangkap Cerita Pejuang Urban Lewat Album Laze

Menangkap Cerita Pejuang Urban Lewat Album Laze

Sumber foto : Press release Demajors

Laze menuturkan jika album Waktu Bicara merupakan sebuah album hip-hop berbahasa Indonesia yang berkisah tentang perjalanan manusia-manusia yang bermigrasi ke kota besar.

Laze, seorang rapper dengan nama asli Havie Parkasya, yang telah berkutat di scene musik hip-hop sejak duduk di bangku SMA. Kesukaannya dengan hip-hop bermula sejak Laze memenangkan rap battle pertamanya di usia 15 tahun dalam acara Hip-hop Asongan, yang diadakan oleh senior hiphop Indonesia, Saykoji, dan berhasil keluar merebut juara utama. Berangkat dari hal tersebut Laze terus mengikuti kontes di ajang lainnya, dan kembali mendapatkan predikat juara, hingga membuatnya sadar bahwa ia memiliki kemampuan untuk berima dengan spontan, tanpa harus menulis terlebih dahulu.

Berbekal laptop dan mic sederhana untuk membuat demo, ternyata lagu yang dibuatnya tersebut dimainkan di sebuah radio lokal di bilangan Kemang. Hal ini pada akhirnya menjadi sinyal baik untuk Laze terus berkarya, dan hingga kini Laze telah merilis 3 buah EP yang dikerjakan bersama teman-temannya, serta terus membuat konten online dan tampil di berbagai panggung, baik dalam maupun luar negeri. Pada tahun 2016 dia juga sempat merilis sebuah single berjudul “Budak”, yang mendapat sorotan positif dari media, hingga akhirnya tahun ini dia merilis album penuhnya yang berjudul Waktu Bicara.

Laze menuturkan jika album ini sendiri merupakan sebuah album hip-hop berbahasa Indonesia yang berkisah tentang perjalanan manusia-manusia yang bermigrasi ke kota besar, dan menghadapi berbagai cobaan untuk bertahan hidup, menaikkan kelas sosial, dan lain sebagainya. Dihadapkan dengan berbagai isu penyesuaian diri pada tempo kehidupan kota yang dinamis dan begitu cepat, mereka kemudian secara tidak sadar mengubah nilai-nilai individu, sikap, keadaan jiwa dan sudut pandang akan berbagai hal. Tak luput pula mereka yang sangat terpaku dengan tradisi atau nilai keagamaan, dalam album ini dikisahkan dapat menjadi permisif dan modern.

Tidak ingin setengah-setengah dalam berkarya, 14 dari 15 lagu dalam album ini ditulis dan dirangkai musiknya oleh Laze sendiri, saat ia mengerjakan tugas akhir kuliahnya di tahun 2016, yang cukup banyak terinspirasi oleh kepindahannya kembali ke ibu kota. Saat itu dia merasakan tempo hidup yang cepat dan kesenjangan yang begitu gamblang, serta perilaku-perilaku penduduk didalamnya yang menurutnya menarik untuk diterjemahkan ke dalam lagu, dengan gaya bahasa yang ringan, walaupun terkadang terdapat permainan kata yang harus didengar beberapa kali untuk memahaminya. Namun yang jelas, seluruh rapalan yang dianggap paling personal dari keseluruhan album ini adalah kejujuran yang dikemas dengan detil bahasa apa adanya.

BACA JUGA - Penasaran Dengan Huru-Hara Asmara? Patrolice Menjawabnya Lewat Sebuah Lagu

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner