Masih Bernyali, Salah Asuhan Rilis ‘Atraksi Neraka’

Masih Bernyali, Salah Asuhan Rilis ‘Atraksi Neraka’

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Salah Asuhan

“Ketika distorsi menghentak, cabikan bass yang menyayat, dan hantaman drum yang menderu cepat, disitulah medan kami untuk menyuarakan perlawanan” - Salah Asuhan

Punk masih punya nyali, dibalik cukup ramainya gelombang pop punk yang banyak mengetengahkan perihal asmara remaja dan dinamika perkuliahan semester pertama, satu lagi dari Bandung yang memilih punk, atau lebih tepatnya hardcore punk sebagai identitas karyanya. Serangkaian lirik bertenaga pula pukulan kuat menjadi senjata sekaligus daya pikatnya, meninggalkan jauh perihal remeh temeh dilema remaja, yang sempat menjadi primadona bagi banyak band 'punk' lainnya. Adalah kuartet bernama Salah Asuhan yang terbentuk menjelang era milenium pada tahun 1999 oleh Billy dan Acuy, dengan olah kreasi musik techno punk pada awal kemunculannya, hingga pada medio 2000 awal mereka memutuskan untuk rehat selama lebih kurang 6 tahun dengan semua pertimbangannya.

Tidak puas dengan berdiam diri tanpa torehan kreasi, mereka kemudian memutuskan kembali bermusik pada tahun 2007 dengan formasi Gian (vokal), Apo (gitar), Inda (gitar), Monoz (bas), dan Acuy (drum). Ingin mencoba warna yang berbeda dari sebelumnya, mereka kemudian mengusung genre baru, yaitu hardcore punk sebagai identitas karyanya. Hal tersebut berbuah manis kala mereka kemudian berhasil melahirkan beberapa single, diantaranya “We Want Justice”, “Lepas Kendali”, “Eigger Manurism Opportunisse”, dan “Hantam Rata”.

Selayaknya band pada umumnya, dinamika naik turun perjalanan bermusik kembali mereka alami, saat satu persatu personilnya mengundurkan diri karena beberapa hal. Tidak patah semangat, kemudian para personil yang tersisa masih keras kepala untuk melanjutkan perjalanan band dengan beberapa personil baru, diantaranya Irvan, Arri, Rama dan Harry nyonk, hingga akhir tahun 2018 mereka menghasilkan beberapa demo lagu, serta merilis single berjudul “Kegelapan”, yang juga dikuatkan dengan format sebuah video klip.  

Kembali menemukan titik sulit, mereka kemudian memutuskan vakum kembali kala sang vokalis, Gian dan beberapa personel lain mengundurkan diri, sampai akhirnya pada pertengahan bulan November 2019 mereka kembali berkarya dengan formasi baru, yaitu Hendra Togar (vokal), Inda Mimin (gitar), Harry Nyonk (bas), dan Usenx (drum). Diakui oleh mereka jika dengan formasi baru ini, mereka merasa harus mengukir sejarah dengan meninggalkan artefak berupa album, hingga hal itu terealisasi pada penghujung tahun 2019 kala mereka merilis Atraksi Neraka sebagai album perdana mereka dalam format EP.

Lebih jauh tentang EP tersebut, menurut rilisan pers yang DCDC terima, Atraksi Neraka dirilis sebagai bentuk representasi dari berbagai fenomena yang terjadi di negara kita belakangan ini, seperti ketidakberpihakan pemerintah beserta antek-anteknya yang semakin hari makin menggila, di mana hal itu terjadi (salah satunya) di kota Bandung, kala pemerintah dan aparat berlaku sewenang-wenang terhadap penggusuran warga Taman Sari. “Semua yang terjadi ini apalagi jika bukan Atraksi Neraka”, ujar mereka.

“Ketika distorsi menghentak, cabikan bass yang menyayat, dan hantaman drum yang menderu cepat. Disitulah medan kami untuk menyuarakan perlawanan terhadap berbagai macam kepincangan dan ketidakadilan yang kerap terjadi di negeri kita tercinta ini. Dan inilah yang bisa kami beri, sebuah karya yang tentu bukan untuk berkompetisi, melainkan hanya luapan emosi kepada birokrasi”, tutup mereka melalui siaran pers nya.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by SALAHASUHAN (@salahasuhan.official) on

BACA JUGA - Perihal Dinamika Manusia, Sunsetkilla Suguhkan Album 'Namanya Juga Orang'

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner