Malire Meleburkan Berbagai ‘Ekstaksi’ Musik-Musik Dunia Lewat Lagu “Jipang Jalu”
Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Malire
Lagu “Jipang Jalu” berisikan melodi, rhythm, dan progresi harmoni yang bisa terkesan pernah akrab, tapi cukup sulit mencari penandanya.
Tidak ingin diidentikan dengan hanya satu jenis musik saja, kelompok musik yang sudah berdiri sejak sepuluh tahun lalu ini mengistilahkan grupnya dengan sebutan kelompok musik non-genre. Adalah Malire, sebuah kelompok musik asal Bandung yang pertama kali didirikan pada tahun 2008 oleh Dedy dan Ricky. Cukup lama vakum, kini Malire resmi merilis karya berjudul “Jipang Jalu”, sebagai single pertamanya pada tanggal 11 Januari 2019 lalu.
Lebih jauh tentang single berjudul “Jipang Jalu” tersebut, mereka menuturkan jika dipandang secara historiografi kekaryaan, “Jipang Jalu” awalnya dikarang oleh Dedy Satya Hadianda, yang waktu itu menyandang predikat sebagai komposer kota kembang. Pada masa Dedy, “Jipang Jalu” masih menggunakan instrumen-instrumen tradisi sebagai mediumnya, dengan pendekatan musik-musik kontemporer. Kini di tangan Ricky Destiawan (arranger), “Jipang Jalu” dihadirkan kembali, dengan menawarkan beragam hal yang relatif berbeda, serta melakukan perombakan instrumen maupun komposisi musiknya.
Mereka juga menambahkan jika dari segi pemilihan instrumen pada single “Jipang Jalu” ini Malire menggunakan beberapa instrumen tradisi seperti Kendrum (Pengembangan dari instrumen Kendang Sunda khas Malire), Kacapi (instrumen petik khas masyarakat sunda), dan Talempong Kromatik (pengembangan instrumen tradisi Minangkabau khas Malire), yang dikompromikan dengan beberapa instrumen musik Barat seperti gitar, bass, dan flute. Selain itu sengaja diselipkan format Quartet Strings dan vokal untuk memperlebar varian komposisi musiknya.
Sedangkan secara isiannya, yang dalam hal ini mengarah pada persoalan judul, menurut rilisan pers yang DCDC terima, “Jipang Jalu” memiliki dua penjelasan, dimana jika dipandang secara leksikal, “Jipang Jalu” tersusun dari kata Jipang yang artinya Lagu—pembuka, sedangkan Jalu artinya laki-laki. Dan kata tersebut (Jipang Jalu) diambil dari vokabuler asli masyarakat sunda. Selain itu, “Jipang Jalu” juga merupakan penyerapan dari salah satu ‘model penamaan’ untuk lagu-lagu pembuka dalam kesenian tradisi, khususnya tradisi Sunda.
Dalam pagelaran seni-seni tradisi misalnya, seperti Kesenian Wayang Golek, Tarling atau Tembang Sunda Cianjuran, beberapa lagu berjudul Jipang Karaton, Jipang Walik, Jipang Lontang dsb., kerap digunakan sebagai lagu pembuka pertunjukannya. Adapun karakter dari lagu-lagu pembuka tersebut selalu memiliki kecenderungan ramai, meriah, megah, gagah, maskulin dsb., dari sinilah inspirasi pemilihan judul Jipang Jalu berasal.
Ditambahkan pula oleh mereka, jika secara kompositoris karya, “Jipang Jalu” bisa dikatakan salah satu bentuk peleburan dari berbagai ‘ekstaksi’ musik-musik dunia. Entah itu klasik, jazz, blues, fusion, latin, rock, progressive, new age, maupun ide-ide musik kontemporer hingga karawitan. Maka didalamnya bentuk-bentuk melodi, rhythm, progresi harmoni bisa terkesan pernah akrab, tapi cukup sulit mencari penandanya, karena dalam Jipang Jalu semuanya didekonstruksi sekaligus direkonstruksi.
Penasaran seperti apa single “Jipang Jalu” tersebut? Simak melalui tautan di bawah ini
Comments (0)