“Lunar Rhapsody”, Esensi Bersenang-senang Seorang Ray Viera

“Lunar Rhapsody”, Esensi Bersenang-senang Seorang Ray Viera

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Ray Viera

Terinspirasi oleh film First Man dan kecintaannya pada sains, ruang angkasa, serta pengalaman pribadinya sebagai orang yang canggung dan cukup pemikir, Ray mengajak orang-orang untuk bersenang-senang melalui lagu "Lunar Rhapsody".

Pada tahun 2018 silam, pendatang baru berusia 21 tahun muncul. Ia adalah seorang penyanyi dan penulis lagu asal kota Bandung. Ray Viera Laxmana nama lengkapnya. Gesekan kali pertama Rayy dengan musik adalah ketika bersekolah di Sekolah Menengah Pertama, gitar dan drum menjadi pilihannya. Musiknya sangat dipengaruhi oleh musisi seperti Bee Gees, The Beach Boys, Weezer, dan Arctic Monkeys. Selain mendengarkan musisi-modern seperti Tom Misch, Mac Ayres, FKJ, Hippo Campus, serta Inner Wave, kemudian dia jatuh cinta dengan melodi otentik dan irama soulful yang turut mengilhami Ray dalam proses cipta karya mandiri. Cabang dari indie-pop alternative.

Kepribadian Ray yang canggung sedikit menyulitkan dirinya berkomunikasi dengan orang lain. Tipikal pribadi yang ‘terlalu banyak berpikir’, sehingga menjadikannya sedikit berbeda dari orang kebanyakan, seperti yang dikutip dari siaran pers nya kepada redaksi DCDC. Melalui musiklah kemudian Ray mencoba untuk menerjemahkan alam berpikirnya. Perspektif dirinya dalam memaknai kehidupan dan kejadian sehari-hari. Baik tentang pribadinya sendiri, maupun orang lain melalui medium menulis lagu.

Di perkenalan perdananya, Ray merilis sebuah single pertama brjudul “Aphordite” dan tak disangka-sangka mendapatkan sekitar 2.000 pendengar pertama. Setahun berlalu, ia kembali dengan rilisan teranyarnya “Lunar Rhapsody” pada 5 April 2019 kemarin. Terinspirasi oleh film First Man (2018) yang diperankan Ryan Gosling dan kecintaannya pada sains, ruang angkasa, dikombinasikan dengan pengalaman pribadinya sebagai orang yang canggung dan cukup pemikir, ia mengajak orang-orang untuk bersenang-senang melalui lagu "Lunar Rhapsody".

Sebuah pelarian sementara agar menghiraukan problematika kehidupan yang tak kunjung berakhir. Selain film, beberapa karya musik lintas generasi yang menjadi sumber inspirasi utama lagu tersebut didapatkan dari Michael Jackson, Mariya Takeuchi, Whitney Houston, Phum Viphurit, dan Boy Pablo.

Di bawah naungan sebuah record label berbasis rumah, dinamai Benua Biru Records, Ray menciptakan "Lunar Rhapsody" dengan soulful dreamy guitar sounds, joyful beats, and uplifting. Singkatnya, ia ingin menulis sebuah lagu yang dominan unsur bahagia, tidak terpaut oleh waktu tertentu, dan mudah dinikmati.

Single "Lunar Rhapsody" sudah dapat diakses melalui pelantar berbayar digital seperti Spotify, Apple Music, Deezer, Joox dan Youtube. 

BACA JUGA - Basboi Rilis 'Fresh Graduate'; Selamat Datang di Fase Hidup Penuh Problematika

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner