Kuartet Pop Asal Bandung, Ikkubaru Merilis Versi Studio Untuk Single “Street Walkin’”

Kuartet Pop Asal Bandung, Ikkubaru Merilis Versi Studio Untuk Single “Street Walkin’”

Proyek musik kamar tidur milik Muhammad Iqbal, ikkubaru (イックバル) merilis versi studio single "Street Walkin'". Lagu ini sebelumnya pernah ditampilkan dalam program "Fresh Delivery" milik 88rising pada 18 September 2017.

Proyek musik kamar tidur milik Muhammad Iqbal, ikkubaru (イックバル) memang jago meracik materi bermuatan easy listening sejak 2011 bersama tiga kompatriotnya yang terdiri dari Rizki Firdausahlan, Banon Gilang, dan Fauzi Rahman. Nama ikkubaru sendiri diambil dari nama belakang sang vokalis yang diterjemahkan ke bentuk Katakana. Cukup narsis, memang. Tak jadi soal.

Untuk bagian komposisi musik, ikkubaru termasuk golongan yang kaya akan gelontoran melodi catchy dari instrumen-instrumen yang digunakan. Secara keseluruhan hal ini menjadi kekuatan utama ikkubaru, selain pendekatan lirik bercorak ragam bahasa (Indonesia, Inggris, dan Jepang). Secara komposisi, seputaran tahun 2017 sampai 2019 ini banyak sekali musisi berbondong-bondong mengusung jenis musik kurang lebih yang sama seperti ikkubaru. Hanya pelabelan genre saja yang berbeda. Adult contemporary, pop jazz, new romantic, sophistipop hingga citypop. Baik bentukannya duo dengan urutan musik lawas 80-90an yang sudah didaur ulang setlist oleh disc jockey sebagai penampilnya, solo act, hingga format band. Sebagian besar kembali latah seperti kemarin dulu – ketika folk menyeruak kembali. Riuh rendah. Pasang meninggi dan lekas surut kembali.

Dari segi tata musik, “Street Walkin’” mencoba menawarkan citra baru ikkubaru yang secara musikal tetap bernuansa pop. Kali ini, mereka eksekusi berikan sentuhan sedikit suram dan beraroma gelap. “Pembawaan dari segi sound, lagu ini memang memiliki ciri yang agak gelap, hal tersebut untuk mendukung lirik bait pertamanya, yang kalau diartikan adalah "Jalan yang sekarang ku lalui lebih gelap dibanding saat ku menggenggam tanganmu terakhir kalinya",” terang Muhammad Iqbal. Hal ini tidak serta merta juga merubah drastis wujud musik mereka menjadi dark wave macam trek milik gelombang kedua grup indies asal Bandung; Ravenina berjudul “Iradat Insani” atau trek jagoan dari Gorgeous Smile dengan lagu “Mata”-nya. Hanya sedikit porsinya. Terlalu sedikit. Harapan saya mereka benar-benar membuat lagu ini berelemen "gelap”. Nyatanya tidak.

Departemen lirik yang di buat ikkubaru saja yang agak ‘gelap’ dan musikal menyokong bait pertama. Setelahnya, kembali diramu dengan gaya dan ke-khas-an a la ikkubaru. Tidak ada yang berubah. Betul adanya memang, musik mereka tetap bersinar. Neon lampu warna warni berpendar, di balik wajah sendu Iqbal ia tetap bernuansa ceria. Menapaki jalan-jalan kota Bandung yng kuning temaram. Sedih menggelayuti tak jadi soal. Iqbal cukup optimis yang sebetulnya bagi saya  di luar ekspektasi. Setidaknya satu tembang ini saya harap menjadi benar-benar gelap. Segelap-gelapnya.

Mariya Takeuchi, Tatsuro Yamashita, hingga Fariz RM, (alm) Chrisye dan sederet artis pop jazz yang digandrungi saat ini mendadak menjadi idola. “Plastic Love”, “Sparkle”, “Barcelona”, dan “Juwita” dan puluhan nomor lainnya memang pernah jaya di masanya. Pengulangan memori manis itu kembali terjadi. Nostalgia memang indah, tetapi jangan terlalu terjebak juga di masa lalu. Secukupnya saja. Seperti tema lagu “Street Walkin'”. Ada baiknya dibarengi dengan karya cipta baru yang jauh lebih progresif di era yang disokong beragam teknologi mutakhir di bidang musik. Terinspirasi atau diinspirasi memang sah-sah saja hukumnya. Tetapi tidak dengan berlomba-lomba bersama mengusung jenis yang “bunyinya” nyaris sama. Romantisme dan glorifikasi yang berada dalam tahap wajar saja. Jangan menjiplak mentah-mentah.

Untuk ikkubaru, kuartet ini sedikit terselamatkan berbanding unit-unit lainnya pengusung jenis musik yang sama persis. Sentuhan grup musik synth pop Eropa – Britania Raya macam; Tears For Fears, Prefab Sprout, dan Pet Shop Boys tersemat menjadi pembeda di karya-karya milik ikkubaru - yang sejak berdiri sejak 2011silam dan telah merilis album penuh dan album mini, di antaranya; Hope You Smile [EP] - Maltine Records (2013), Amusement Park [Album] - Hope You Smile Records (2014), Brighter [EP] - Hope You Smile Records (2015) dan Amusement Park [Exclusively in Indonesia] – Monolite Records dan Misashi Records (2017). Soal prestasi mereka di Asia, khususnya Jepang patut juga diacungi jempol. Berawal dari musikyang dibuat di sebuah kamar, bepergian ke Negeri Sakura.  

Kembali ke lagu “Street Walkin'”, yang menjadi bukti bahwa setiap manusia tak lepas dari rasa bersalah dan bagaimana melanjutkan hidup dengan berbagai pilihan yang ada. Tetap berkubang dengan keterpurukan, atau bangkit beranjak. Nilai artistik menjadi seorang skeptis sejati atau mati tersenyum dengan optimisme. Pada kenyataannya, "Street Walkin'" tidak terlalu gelap seperti yang diutarakan oleh Iqbal sang frontman. (Masih) Terdengar menyenangkan walaupun tema pada liriknya seperti menggambarkan seakan-akan berada dalam fase terberat hidup yang luar biasa. Ada aspek dan dimensi penebusan di balik nada yang menyenangkan, menjadi iba, ber-empati, bersimpati hingga iri dengki penuh umpatan dan sumpah serapah. Berbelas kasih untuk penderitaan orang lain, meski diri sendiri pun sama sakitnya. Keanggunan yang terselubung. Cermat penuh tipu daya.

BACA JUGA - Ikkubaru - "Street Walkin'"; Terberkatilah Jiwa-Jiwa yang Resah, “Tersesat” dalam Pencariannya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner