Kisahkan Penyihir Abad 12, Larung Luncurkan

Kisahkan Penyihir Abad 12, Larung Luncurkan "Calonarang"

Foto dan artwork didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan.

Mereka ditakdirkan untuk berjumpa dalam keriuhan sebuah pagelaran musik yang reguler diadakan di kampus seni paling bergengsi se-Jakarta. Dua manusia yang cenderung absurd: Unay Okami (bas, vokal) dan Joshua (drum) memutuskan untuk membuat band yang di kemudian hari dinamakan Larung. Menjadi duo, konsep yang diusung cukup sederhana, meleburkan dua klangenan favorit kedua orang itu: kombinasi punk yang cepat, raw, berdistorsi dengan funk yang anthemic dan (tentu saja) menghentak.

Seiring dengan berjalannya waktu, layaknya seorang anak remaja dikejar-kejar hasrat pubertas yang meninggi, Larung pun tumbuh liar. Kini, tidak ada lagi keterbatasan genre spesifik yang dikiblatkan oleh band asal Tangerang tersebut. Namun secara sound, Larung lebih menitikberatkan musiknya pada kebisingan, gebukan drum yang agresif, serta sentuhan vokal yang mengalun dan melodius.

Empat tahun setia dijalani sebagai band studio, Larung menggenapkan diri keluar kandang dan akhirnya memutuskan untuk lebih serius di jalur musik. Hal ini ditandai dan semakin lengkap ketika masuknya seorang personil baru yang tidak kalah eksentrik. Larung kemudian bertransformasi dari duo menjadi trio; Joshua yang awalnya beraksi dari balik drum bergeser posisinya menjadi gitaris merangkap vokal, sedangkan departemen penjaga tempo diakuisisi Wahyu, sedangkan Unay Okami tetap sebagai penyeimbang pada bass juga vokal.

Ternyata iming-iming “lebih serius” bukan hanya menjadi wacana. Hal ini diibuktikan dengan perilisan single pertama mereka yang bertajuk "Calonarang" dalam bentuk video lirik pada tanggal 13 Mei 2020 lalu di kanal YouTube Larung.
 

Tentang Single "Calonarang"

Menukil dari isi siaran persnya, lagu gubahan Unay Okami ini mengangkat sebuah legenda lokal seorang penyihir sakti ahli tenung yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Kisah rakyat ini sendiri berasal dari tanah Kediri, Jawa Timur dari abad ke-12, bernama Calon Arang. Mungkin, orang awam lebih mengenal warisannya, yaitu ilmu Leak yang sekarang menjadi kesenian tradisional di Bali.

Unay Okami mengambil perspektif lain dalam cerita Calon Arang, di mana kebanyakan cerita melihat Calon Arang sebagai penyihir yang jahat, sementara Unay Okami lebih mengangkat sisi keibuan seorang Calon Arang yang sangat mengasihi putri tunggalnya yang berparas cantik, Ratna Manggali. Selain itu, seringkali di dalam dunia cerita ini hanya disoroti tentang kekejaman dan kejahatan Calon Arang. Dalam perspektif kesejarahan, tokoh Calon Arang atau Rangda dikaitkan dengan tokoh Mahendradatta, ratu Bali dari Jawa, sekaligus ibunda Raja Airlangga. Calon Arang digambarkan sebagai nenek sihir yang mempunyai wajah yang seram. Akan tetapi, dewasa ini muncul analisis-analisis serta diskursus baru yang lebih berpihak kepada Calon Arang. Dia adalah korban masyarakat patriarkal pada zamannya. Cerita Calon Arang merupakan sebuah gambaran sekaligus kritik terhadap diskriminasi kaum wanita.[1]

Tema yang telah dibangun oleh Unay Okami tersebut dibalut dengan dinamika musik yang pasang surut, antara kasar, groovy dan lembut, serta sedikit sentuhan nuansa horor. Selain dalam bentuk video lirik, lagu "Calonarang" juga dirilis dalam format audio di platform digital seperti Spotify, Apple Music, Joox, Shazam, Deezer, Tiktok pada tanggal 25 Mei 2020 lalu.

Sumber Tambahan: ^ Toeti Heraty (2012). Judul Calon Arang (dalam bahasa Indonesia). Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794618332.

BACA JUGA - "Rubato Prolog", Sajian untuk Siapapun yang Siap "Dihanyutkan"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner