Kisah Disutopia Dalam Album Perdana Featuz, Bertajuk ‘Humans And Everything In Between’

Kisah Disutopia Dalam Album Perdana Featuz, Bertajuk ‘Humans And Everything In Between’

Sumber foto : Diambil dari siaran pers Featuz

'Humans and Everything in Between' ditulis oleh Featuz dengan membawa sebuah konsep utopia yang diciptakan, lalu dirajut dengan indah melalui alunan musiknya

Di tengah riuhnya pernak-pernik blantika musik dalam negeri yang diwarnai dengan pentas panggung di sana-sini. Hal itu juga berbanding lurus dengan kemunculan beberapa musisi/band pendatang baru yang hadir dengan beragam potensi, kehadiran mereka mengiringi perkembangan positif industri musik dengan beragam karya-karya baru, menambah isi dari etalase koleksi musik lokal saat ini. Begitupun dengan kehadiran salah satu solois bernama Featuz ini yang baru saja memperkenalkan album perdananya pada akhir Mei ini.

Kehadiran album bertajuk Humans and Everything in Between dilepas ke permukaan sebagai debut album dari Featuz yang digandeng jalur distribusi milik label rekaman Otherling Records. Musisi yang memilih berkarir solo ini datang dari skena musik kota Bogor, mengusung musik alternatif pop dengan sentuhan bebunyian synthesizer yang khas di dalamnya.

Berbicara tentang album perdananya, Humans and Everything in Between ditulis oleh Featuz dengan membawa sebuah konsep utopia yang diciptakan lalu dirajut dengan indah melalui alunan musiknya, ide dan konsep ini berangkat dari berbagai pengalaman hidup yang ia alami selama masa pandemi berlangsung.

“Humans and Everything in Between secara garis besar adalah klub atau teater yang terletak di salah satu universe buatanku, yang menjadi tujuan untuk orang mencari kesenangan sebagai pelarian dari realita kehidupan mereka. Dalam klub ini, ada penampilan musik berbentuk band, lantai dansa, dan juga bar,” ujar Featuz. 

“Salah satu hal yang membuat klub ini unik dan magis adalah terdapat ruangan-ruangan yang isi, kejadian, dan waktu di dalamnya diserahkan oleh para pengunjung sehingga mereka dapat membuat sebuah dunia buatan. Di ruangan-ruangan itu, pengunjung dapat melakukan apapun yang mereka belum pernah rasakan, ataupun melakukan kembali pengalaman yang pernah mereka rasakan untuk sekedar bersenang-senang,” Tambah Featuz. 

Walau secara gambaran terdengar seperti dunia yang ideal bagi para kaum utopis, namun nyatanya Featuz juga memberikan narasi bahwa utopia tersebut akan hancur lebur berkat serangan meteor, yang dimaksudkan sebagai ragam kenyataan pahit yang datang dalam hidup. 

“Kiamat dalam bentuk meteor juga bisa diartikan sebagai realitas kehidupan yang sebenarnya. Klub Humans and Everything in Between itu adalah simbol tempat, waktu, perasaan manusia untuk relive moment, in a way to escape reality. Oleh karena itu, pesan dari album ini adalah kita harus hidup sepenuhnya sebab semua hal yang berarti di hidup kita masing-masing, suatu saat nanti akan tak berarti lagi,” selebihnya pungkas Featuz.

Dari total 10 lagu yang merangkum album ini, satu per satu diantaranya memiliki cerita yang berkesinambungan. Salah satu lagu yang berjudul “No One Really Knows You” dipilih oleh Featuz sebagai single andalannya. Karena, lagu ini yang cukup berbeda dibandingkan dengan lagu lainnya, terutama pada saat menggarap proses perekamannya yang dilakukan secara organik, dan dari sisi isian musik lagu ini meminimalisir kehadiran instrumen synthesizer di dalamnya.

“Saya ingin pendengar merasakan perasaan saya yang sejujur-jujurnya, dan menggunakan instrumen-instrumen organik merupakan metafora untuk mengungkapkan ekspresi ‘raw emotion tersebut”, paparnya. 

Secara keseluruhan, Featuz merekam album Humans and Everything in Between di Studio 45 Bogor Baru dengan melibatkan bantuan beberapa kawannya. Berikut nama-nama yang memberi andil pada proses penggarapan proyek musik ini, Ihza Bayu pada instrumen gitar di lagu “No One Really Knows You”, Upi Maajid (Udana Audio) sebagai audio engineer yang mengerjakan mixing dan mastering, Jasmine Syadhana untuk urusan artwork, Rafi Dafari sebagai art director, dan Aryo Damarseto untuk urusan kreasi visual album.

Untuk kedepannya, Featuz berencana akan kembali dengan beberapa rilisan yang telah ia garap selama ini. Salah satunya ialah rilisan visual berupa video musik yang akan hadir melengkapi beberapa lagu. Selain itu, Featuz juga akan membuat sebuah card game/board game dan tentunya showcase yang akan menjadi fitur tambahan untuk menikmati pengalaman lain dalam mendengarkan lagu-lagunya.

“Saya harap bisa mengajak pendengar untuk merasakan pengalaman masuk ke dalam klub dan universe Humans and Everything in Between dan menikmati perjalanan melewati ruangan-ruangan di dalam klub tersebut yang setiap isinya memiliki tema lagu masing-masing hingga merasakan kiamat di depan mata setiap pendengarnya. Saya harap pendengar merasakan kebahagiaan, kesedihan, and everything in between,” tutup Featuz.

Humans and Everything in Between sudah dapat didengarkan di berbagai portal pemutar musik online kesayangan pembaca.

BACA JUGA - Menolak Berlarut dalam Kesedihan, Vun Rilis “Aluna” sebagai Kesenangan

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner