Ketakutan Olly Oxen pada Kekuatan Media dalam Bad Mantra

Ketakutan Olly Oxen pada Kekuatan Media dalam Bad Mantra

Empat buah lagu dalam EP Bad Mantra menjadi sarana Olly Oxen meluapkan kekhawatirannya pada keadaan media hari ini.

Setelah merilis limited single yang bertajuk “Adult’s Dream is a Violations” dalam format kaset di Record Store Day, kini band asal Semarang yaitu Olly Oxen berusaha mempertahankan eksistensinya dengan merilis EP yang berjudul Bad Mantra. Rilisan ini diproduksi dalam format CD oleh Peculiar Records. Momentum perilisan EP ini bersambung dengan pembuatan musik video “Bad Mantra”.

Pada musik video “Bad Mantra”, Olly Oxen menampilkan model Parama Prenjana dengan teknik solo shoot. Angle yang diambil dalam musik video ini difokuskan pada wajah yang menunjukkan kegelisahan dan keputusasaan akan power sebuah media. Meskipun tidak menampilkan wajah media yang dimaksud, sorot mata model musik video tersebut memperlihatkannya dengan jelas melalui tatapan yang gamang.

“Bad Mantra” mengungkapkan sebuah narasi dimana kontrol sebuah media dapat membahayakan hajat hidup manusia di jaman modern. Kini, sering kita temui sebuah media melakukan pembelokkan fakta, pengalihan isu, dan eksploitasi ideologi yang mengakibatkan perpecahan di berbagai kalangan. Keempat lagu dalam EP ini mewadahi narasi tersebut, melalui sudut pandang korban dalam lagu “Adult’s Dream is A Violation”, sang tokoh antagonis dalam “Bad Mantra” yang dibangun melalui sound tremolo gitar yang kelam, optimisme agen perubahan 3/4 pada “Self Preaching”, dan diakhiri dengan nyanyian perayaan ketidakberdayaan bernuansa vokal hiphop “Mr. Dunnowattudu”.

Bad Mantra adalah tentang momentum untuk selalu memakai akal pikiran, memahami segala sesuatu yang terjadi pada sistem yang dijalani disekitar kita, tak berhenti bertanya dan mempertanyakan, karena hakikatnya manusia selalu berkoneksi dengan alam semesta. Selain itu, berbagai peristiwa di dalamnya pun memaksa kita untuk mempunyai mimpi sendiri.

Band yang pada mulanya dibentuk sebagai proyek alter-ego ini mulai direkatkan oleh kesamaan visi untuk membuat komposisi lagu rock yang imajinatif dan variatif. Gemby (Gitar), Mere (Vokal), Novelino (Bass), dan Gawang (Drum) telah mengusung musik yang sarat akan riff berat yang catchy, bumbu vokal yang penuh petualangan dan konten yang kritis. Seluruh materi yang ada di mini album ini sudah dapat didengarkan melalui kanal streaming musik seperti Apple Music, Spotify dan Deezer. Proses mixing and mastering dilakukan oleh Hamzah Kusbiyanto (Venom Studio), sedangkan untuk cover artwork oleh M Fatchurofi, dan foto maupun video klip oleh Kukuh Rizky Nugroho.

Foto: Fionny, Olly Oxen Manager

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner