Jelang Album Baru, Doggyhouse Records Rilis Ulang Black Finit - Digiyo Digiye

Jelang Album Baru, Doggyhouse Records Rilis Ulang Black Finit - Digiyo Digiye

Foto didapatkan dari siaran pers. Foto oleh Agan Harahap.

Jauh sebelum bergabung dengan label mandiri asal Yogyakarta, Doggyhouse Records, Black Finit sudah terlebih dahulu melepas karya dalam bentuk album mini dan satu album penuh. Album perdananya yang berjudul Digiyo Digiye resmi dirilis pada tahun 2015 dalam format cakram padat dengan beramunisikan 11 lagu. Album ini cukup fenomenal, karena dalam sekejap ludes di pasaran. Nampaknya, khalayak penikmat musik cukup terkesima dan terpikat oleh rima yang dinadakan pemuda asal Papua tersebut.

Sebelas lagu yang tersemat dalam gala album milik Black Finit seluruhnya menggunakan lirik bahasa Indonesia dan diproduseri oleh Grayce Soba. Proyek musik Albert Gerson Unfinit yang saat itu disebar dalam naungan Gong Waning Production kini akan dirilis ulang oleh Doggyhouse Records dalam format digital. Terlepas dari itu, Black Finit saat ini kembali berkutat di studio guna memproses mixing & mastering album terbarunya bertajuk Tana.


Digiyo Digiye Artwork

Sekadar menyegarkan ingatan, Digiyo Digiye merupakan istilah yang dibuat sendiri oleh Gerson namun ternyata memiliki kemiripan dengan istilah yang ada di tanah Papua. Digiyo Digiye diartikan oleh Gerson sebagai istilah untuk melakukan gerilya masuk ke dalam hutan. Hidup, besar, dan meniti kehidupan di kota Yogyakarta, Digiyo Digiye merupakan kisah yang terinspirasi dari potongan memori isi kepala pria kelahiran Maumere. Dalam balutan reggae dengan volume dentuman bas yang tebal, mulai dari “Di Jogja” tentang hangat senyum kota Gudeg yang damai, cinta yang mengalir tulus apa adanya di “Mari Bercinta” sampai lirik “maling-maling sesama maling, perut-perut buncit saling tusuk” di lagu “Mohon Ampunan”.

Memiliki jiwa kesenian yang begitu tinggi, desain sampul pada rilisan sebelumnya dilukis sendiri oleh Gerson. Kini, diinterpretasi ulang dengan goresan tangan dan sedikit sentuhan digital sebagai penyempurna. Desain sampul berbentuk lukisan burung tersebut dianalogikan seperti, ’’aku (yang) bebas seperti burung tapi pulang di pohon yang sama,” ungkap Gerson ketika memaknai goresan tangannya seturut penuturannya dalam siaran pers.

Dirilis bersamaan dengan perayaan Hari Musik Sedunia yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 21 Juni, Digiyo Digiye sudah bisa disimak melalui layanan pelantar musik digital masa kini seperti iTunes, Spotify, Deezer, dan lain sebagainya.

Jika tidak aral melintang, album ini akan dirilis Doggyhouse Records dalam bentuk cakram padat terbatas dengan menyematkan tambahan dua lagu baru berjudul, “Bukan Puisi” dan lagu bernafaskan religi “Damai Natal” Feat. Wangak.

Sumber: Siaran pers yang ditulis Martinus Indra Hermawan (DoggyHouse Records)

BACA JUGA - Tentang Kegalauan yang Disuguhkan Unda Undi di Lagu “Cinta Beratap Dusta”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner