Harmoni dan Sinergi Soloensis Lewat Klip

Harmoni dan Sinergi Soloensis Lewat Klip "Bertemu Semestinya"

Video klip “Bertemu Semestinya” adalah bentuk rasa terima kasih Soloensis kepada orang-orang yang mengapresiasi bandnya.

Diawali dengan senandung pujian-pujian, yang sekilas terdengar seperti mantra saiwa atau shiwa dalam Bahasa Sunda dengan durasi dan porsi yang tidak terlalu dominan, sampai kemudian suara crunch gitar dengan sentuhan distorsi yang renyah, meneruskan komposisi musiknya. Setidaknya itulah gambaran dari karya terbaru Soloensis di video klip terbarunya “Bertemu Semestinya”.

Dengan mengambil tema lirik pertemuan, Soloensis membuat tema tersebut menjadi sebuah hal mendasar dari manusia yang selalu membutuhkan manusia lainnya. Seperti halnya Adam yang ratusan atau bahkan ribuan tahun mencari Hawa, yang ketika itu keduanya sama-sama diturunkan ke Bumi dan harus berpisah. Sampai akhirnya mereka dipertemukan, dan mulailah cerita peradaban manusia pertama di dunia berawal.

Tema itu diambil oleh kelompok musik Soloensis, yang tentunya atas gubahan dan perspektif mereka sendiri tentang pertemuan. Lirik awalnya yang berbunyi “bukan sengaja yang terjadi, tertarik kita di kutub yang sama”, seakan menegaskan bahwa tidak ada satupun yang terjadi di dunia ini karena kebetulan, bahkan untuk sehelai daun yang terjatuh dari pohon sekalipun. Beberapa dari kita bisa jadi sadar ataupun tidak, bahwa sejatinya hidup tiap manusia sudah terpola sedemikian rupa, sehingga nantinya manusia akan digolong-golongkan dengan kaumnya, yang dalam hal ini perumpamaan seperti itu digambarkan oleh lirik “tertarik di kutub yang sama”.

Artian tentang pertemuan ini dipersempit lagi secara esensi dan estetikanya dalam bentuk karya video lirik Soloensis yang berjudul “Bertemu Semestinya”, melalui gambaran sebuah pertunjukan mereka dalam satu panggung, dengan kumpulan orang yang tengah asyik menikmati musik lewat gerakan badan mereka. Unsur blues rock dan sedikit sentuhan psychedelic dari musiknya bersinergi dengan cuplikan kumpulan orang-orang, dalam satu frekuensi yang sama-sama sedang menikmati musik. Sinergi antara penonton dan mereka yang bermain musik di atas panggung adalah penggambaran dari lirik ada di “kutub yang sama” tadi. Hal itu tertangkap baik oleh kamera yang mengabadikan nuansa di satu frekuensi yang sama dalam satu pertunjukan musik.

Mereka saling berbagi peluh, bernyanyi bersama, berekspresi, dan ikut hanyut oleh musik yang Soloensis mainkan, dari beberapa footage yang berhasil dikumpulkan oleh Janu, Gigih, Maman Padang, Ardi, Edgar. Video ini di edit sedemikian rupa oleh Maman Padang, untuk menangkap tiap detil keseruan dari sebuah pertemuan, yang dalam hal ini pertemuan itu ada dalam satu pertunjukan musik. Ditambah dengan suguhan visual lirik dari Ari Hamzah dalam klipnya, ini seakan sejalan dengan apa yang menurut Soloensis tuliskan dalam deskripsi singkatnya di video klip ini, bahwa lagu “Bertemu Semestinya” adalah sebuah penghargaan atau rasa terima kasih dari Soloensis, kepada siapapun yang terlibat langsung untuk datang dan jadi bagian dari pertunjukan yang Soloensis gelar. Karena sejatinya apalah artinya sebuah pertunjukan tanpa adanya penonton yang terlibat. 

Foto : Official Website http://soloensis.rocks

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner