Godless Symptoms Hidupkan Ranah Musik Thrash Bandung Lewat Album Ke-Empatnya.

Godless Symptoms Hidupkan Ranah Musik Thrash Bandung Lewat Album Ke-Empatnya.

Di Album Ke-empatnya ini, Godless Symptoms hadirkan warna musik Thrash Yang Bernuansa Gelap.

Pasca ditinggal album ketiga mereka Negeri Neraka (2013/Die Triying Records) dan Live (2015/Bomet Production), Godless Symptoms masih tidak puas hingga pada tahun ini mereka merilis album ke-empat bertajuk The Deaf and The Wasted (2017/Bloods Records) yang ditandai lewat kemunculan single – berjudul “Rubuh Meruntuh”. Peluncuran album ini pun telah berhasil dihelatkan lewat Sharing Session dan Gathering The Deaf and The Wasted yang dimoderatori oleh Rifki 13, pada (16/7) di RMHR (rumah musik Hary Roesli), Supratman 59, Bandung.

Proses penggarapan album yang dilakukan oleh Godless Symptoms yang beranggotakan Baruzuka (vokal), Goestie (drum), Tom (gitar), dan Decay (gitar) ini berlangsung kurang lebih satu setengah tahun dengan berbagai problema selama prosesnya berlangsung. Baik dari perpindahan studio, bongkar materi yang telah siap sampai tidak digunakan sama sekali, dan lain sebagainya. Usaha demi usaha yang dilakukan Godless Symptoms dalam pengerjaan album ini akhirnya terbayarkan sudah lewat hadirnya 9 track bernuansa musik Crosssover Thrash, Hardcore dan Sludge yang diracik cukup matang dan berbeda di tiap trakc-nya. Kehadiran album ini, cukup penting terlebih di kalangan musik Thrash di ranah lokal yang naik-turun seperti sekarang ini, sekaligus album ini pun menjadi referensi musik yang sangat layak untuk disimak karena seperti yang dikatakan adanya warna musik berbeda di ke-sembilan track-nya. Seperti misalknan single “Tubuh Meruntuh”, diawali dengan letupan bertubi-tubi dari ketukan drum bercampur dengan distorsi yang cepat ala Thrash menjadi salam pembuka di awal lagu, lanjut pada bagian selanjutnya – tengah lagu – vokal parau yang meneriakan suara parau nan kuat ala Hardcore, hingga di penuhi berbagai alunan riff gitar Thrash Metal bernuansa Blackened/Sludge dan suara anak kecil di akhir lagunya menjadikan karya musik Godless Symptoms kali ini cukup cadas. Hal tersebut baru dari satu lagu yang terkuak secara subyektif, tak terbayangkan bagaimana lainnya.  Untuk masalah tema dalam album ini, Godless Symptoms ternayta masih nyaman menyeruakan pergolakan personal mereka terhadap bigotry dan fasisme yang hampir nyaris terjadi di seluruh dunia. Album ini juga mengajak beberapa kolaborasi dengan musisi lain seperti gitar tamu dari Balum (Alone At Last), permainan Strings dari Ismail Bonaventura, vokal dari Rully (Suaka) & Dhimas (Poison Nova), serta Herry 'Ucok' Sutresna yang mengerjakan pada sampul albumnya. Nantinya Godless Symptoms juga akan menggelar rilis party pada 22 Juli 2017 di Beersport, Bandung bersama Nectura dan Turtles JR.

“Bagi saya pribadi salah satu keunikan album ini juga saya tidak cuma teriak-teriak aja, tapi ada feel lebih dari saya di album ini”. Ucap Baruz saat Sharing Session dan Gathering The Deaf and The Wasted.

“Proses Pembuatan lagu di album yang sekarang bisa memakan waktu satu tahun setengah, sempat juga bongkar di beberapa part lagu sampai ada yang benar-benar dibongkar bahkan ada yang tidak dipakai sama sekali demi mendapatkan hasil maksimal. Intinya puas banget dan juga dibantu dengan teman-teman lain.” Terang Tommy.


Flyer rilis party Godless Symptoms 'The Deaf and The Wasted'

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner