"Dying Sky", Seri Kedua dari Kisah Berlayarnya Holaspica

Holaspica lewat lagunya bercerita tentang sepi dan ditinggalkan, juga tekanan juga kepahitan masa lalu hingga ketakutan akan tidak jelasnya masa depan.

Virdyas Eka Diputri, atau yang biasa disebut Ved adalah otak dari sebuah projek musik bernama Holaspica. Pemikiran dia yang mengudara bersama daya imajinatifnya membentuk potongan prosa melankolis, dengan nuansa laut di malam hari, yang dia rangkai dalam bentuk musik dengan unsur perkusi dari dan petikan gitar yang menjadi jiwa lagunya yang berjudul “Dying Sky”. Lagu ini merupakan single keduanya, setelah sebelumnya solois yang berasal dari Lampung ini merilis secara digital single pertamanya yang berjudul “Naik ke Laut”.

"Dying Sky" adalah terusan kisah dari "Naik ke Laut". Kisah yang berlanjut sesudah “Naik ke Laut” ini menggambarkan betapa sulitnya perahu dan nelayan, yang hanya bermodal dayung untuk sampai ke tengah. Belum lagi, cuaca menghantarkan isyarat akan adanya badai dan perubahan arus, menyulutkan rasa ingin menyerah dan pulang tanpa membawa apa-apa. Menariknya, setelah single kedua ini rilis, dia juga akan melengkapi kisahnya oleh hadirnya single ketiganya yang akan rilis pula di akhir tahun 2017. Nantinya, keseluruhan lagu-lagu yang dia rilis akan menjadi sebuah cerita yang utuh sebuah fragmen yang berdasar pada daya imajinatifnya.

Menurut penuturan Ved, pesan di lagu ini menjelaskan betapa beratnya ketika kita sedang memperjuangkan sesuatu, dan menemukan hambatan, hingga kegagalan yang membuat semangat padam. Merasa sepi, sendiri dan ditinggalkan. Melukiskan keadaan hati dan mental yang goyah karena tekanan, tentang kepahitan masa lalu hingga ketakutan akan tidak jelasnya masa depan. Lagu yang dibalut dengan sederhana ini memadukan unsur perkusi dari Andi Irfanto (Babon Captain Jack) dan petikan gitar yang menjadi jiwa lagu. "Dying Sky" sempat direkam di Lahan Eross Chandra, dengan bantuan musisi senior Yogyakarta bernama Uki sebagai lead guitar, dan mixing and mastering oleh Vano/Steve Record Studio.

Holaspica pernah menjadi line-up di "Asean Literary Festival" (2015), "Artjog9" (2016), dan lewat single pertamanya yang berjudul “Naik ke Laut” ini, dia berhasil menjadi salah satu "Breaking Indonesian Artist" di sebuah playlist di Apple Music Singapura pada tahun 2017 ini. Dia sekali lagi mendedikasikan lagu-lagunya kepada mereka yang sadar akan "suara"nya, imajinasinya, mimpinya, dan gagasannya, untuk diwujudkan lalu dibagikan. Lagu ini sendiri sudah bisa didengarkan di beberapa kanal musik digital seperti Spotify dan Deezer. Sementara untuk lirik video lagu ini, akan segera dirilis di awal bulan November 2017 di kanal YouTube Holaspica.

Sebagai tambahan, dia menuliskan sedikit prosa yang kiranya bisa mewakili isi lagu “Dying Sky” ini. Berikut potongan prosa yang dia tulis sebagai gambaran dari lagunya.
“Keindahan menerima, mampu mengalahkan besarnya ketakutan tersembunyi. Meski bapak terlalu waras, memahami arus ombak mampu menenggelamkan semua yang dimilikinya, tak pelak perahu dan masa depannya juga. Keluarga yang ditinggalkan pun, belajar untuk melawan si kabut. Berharap, dua hari, tiga hari lagi doanya terkabul. Bersiap... Memeluk ia yang membelakangi remang gang, dengan senyum lemah bapak tua menenangkan. Aku pulang. Sekarang jangan risau."

BACA JUGA - Holaspica dan Kisahnya Terombang-Ambing di Tengah Laut Lepas

Sumber foto diambil dari press release Holaspica.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner