Delacroix Musik Soroti Masalah Kabut Asap Lewat

Delacroix Musik Soroti Masalah Kabut Asap Lewat "Nyanyian Sang Enggang"

Foto didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan.

Tak hanya tentang masalah kabut asap, kasus-kasus kemanusiaan yang sempat terjadi, seperti rasisme pada mahasiswa Papua juga mereka soroti dalam lagu ini. Mereka berharap segalanya menjadi lebih baik dan kejadian ini tidak terus berulang.

Kawasan Kalimantan dan Riau saat ini sedang dalam darurat asap, akibat hutan yang dilalap api. Kondisinya mengkhawatirkan dan membahayakan, bahkan sekolah-sekolah pun mulai diliburkan. Kelompok musik Delacroix Musik adalah salah satu yang memerhatikan fenomena ini dengan seksama. Sebuah lagu berjudul "Nyanyian Sang Enggang" mereka luncurkan dalam rangka merekam masalah dan keresahan yang terjadi di sana.

Kejadian darurat asap ini menjadi personal karena beberapa personil Delacroix Musik berasal dari Kalimantan. Mereka jengah, bingung, sekaligus iba karena mereka pernah merasakan kondisi itu secara langsung. Enggang di sini adalah nama sebuah burung asal Kalimantan yang tinggal di hutan, yang dihormati orang-orang Dayak. Enggang menjadi penggambaran mereka bahwa tak hanya manusia, makhluk hidup yang ada di hutan pun jadi korbannya.

"Di sisi lain, kami menolak untuk mengatakan masalah ini disebabkan oleh para peladang, karena para peladang ini sudah melakukan tradisi ini sejak ratusan tahun yang lalu dan mereka punya ritual sendiri agar tidak terjadi kebakaran secara masif," tutur sang vokalis, Alexander Haryanto lewat siaran persnya.

Tak hanya spesifik masalah kabut asap, Delacroix Musik juga merilis "Nyanyian Sang Enggang" sebagai sarana penyorot kasus-kasus kemanusiaan lainnya. Mereka juga menyayangkan kasus rasisme yang menimpa mahasiswa Papua; mereka berharap kejadian tersebut tidak terulang lagi, tak hanya pada Papua, tapi juga pada etnis-etnis lainnya atau kaum-kaum minoritas. Lagu ini juga adalah bentuk penghormatan pada sosok-sosok yang bicara soal kemanusiaan dalam karyanya, seperti WS Rendra, Widji Thukul dan Pramoedya Ananta Toer.

Band yang didirikan di Yogyakarta ini merilis "Nyanyian Sang Enggang" dalam format video lirik. Video tersebut sudah bisa disaksikan di kanal YouTube Delacroix Musik.

BACA JUGA - Dari Alih Zaman, Pram, hingga Korban 1965, Semua Hadir dalam 'Samudra Ingatan'

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner