DCDC Ngabuburit Goes to Campus Universitas Kuningan

DCDC Ngabuburit Goes to Campus Universitas Kuningan

Umumnya, sesuatu yang terakhir mesti memiliki kesan besar dan pantas buat dikenang. Sebagai kampus terakhir yang didatangi DCDC Ngabuburit Goes to Campus, Universitas Kuningan (Uniku), Kuningan, Jawa Barat, telah memenuhi harapan itu. Acara yang digelar Rabu (15/6) ini sudah dipenuhi berbagai komunitas kampus beberapa jam sebelum dimulai. Hujan lebat yang turun di seputaran Kuningan pun tidak lantas membubarkan kerumunan, mereka setia berteduh sampai MC membuka acara. Performer pertama pun naik ke atas panggung, mereka Karinding Kuda Awi.

Grup yang terdiri dari belasan orang ini merupakan bagian dari komunitas bernama Saung Indung. Ini merupakan komunitas yang mengangkat budaya Sunda. Meski tergolong baru, mereka sudah punya sistem kepengurusan yang cukup terencana. “Saung Indung itu baru berdiri tahun kemarin, tahun 2015. Kebetulan saya di awal memimpin Barudak Totopong Kuningan dan sering kolaborasi dengan Kuda Awi. Akhirnya kami inisiatif membentuk komunitas bersama. Ada empat divisi; sejarah, iket, musik, dan ekonomi kreatif,” terang Deri salah satu pendiri komunitas.

Bukan hanya Komunitas Saung Indung yang hadir hari itu. Antusiasme mahasiswa Uniku untuk acara ini ternyata cukup tinggi. Mulai dari Komunitas Portrait yang merupakan pecinta fotografi, Mojang Jajaka Kabupaten Kuningan, Stand Up Komedi Kuningan, Komunitas Pecinta Musang, Komunitas Reptil, Pecinta Alam, sampai Dapur Sastra yang menjadi wadah penyalur berbagai ranah seni pun hadir di sana.

Pembuka acara dari Uniku ternyata berbeda satu sama lain dari segi musik yang mereka bawakan. Ini belum terjadi di titik-titik DCDC Ngabuburit Goes to Campus sebelumnya. Setelah Karinding Kuda Awi menyelesaikan penampilan mereka, grup nasyid akapela yang juga merupakan mahasiswa Uniku unjuk kebolehan. Selepas tampil membawakan lagu-lagu Islami, panggung dipindahtangankan kepada penampil selanjutnya, Sound of Strings. Penampil yang satu ini justru membawakan lagu-lagu mancanegara, salah satunya “Use Somebody” dari Kings of Leon.

Hingga akhir acara, gerimis rintik tidak berhenti turun. Hal ini tidak membuat para penonton meninggalkan lokasi acara. Mereka rela hujan-hujanan demi menonton talkshow dari empat presiden, yang merupakan acara utama dari DCDC Ngabuburit Goes to Campus. Setelah Melly Mono membuka segmen ke-dua dengan jingle “Djarum Coklat”, keempat presiden—Zastrouw dari Republik Jalanan, Pidi Baiq dari Republik The Panas Dalam, Budi Dalton dari Republik Pacantel, dan Man Jasad dari Republik Gaban—naik ke atas panggung dan memulai bincang-bincang humor berfaedah.

Talkshow berlangsung renyah dan penuh tawa dari empat presiden dan para penonton. Mereka membahas banyak hal, mulai dari jingle “Djangan Berisik”, cara menjalani Bulan Ramadhan di negara masing-masing, sampai isu terhangat soal razia warung makan di Bulan Ramadhan. “Di mana warung makan nu buka? Urang can dahar (di mana warung makan yang buka? Saya belum makan),” ujar Budi Dalton sambil tertawa. “Teu ketang. Justru kita mesti berterimakasih. Sebagai orang puasa, warung makan yang buka itu ujian. Kalau warung buka itu artinya menggoda. Da kalau engga menggoda mah engga akan ditutup,” lanjut Budi.

Sekitar pukul lima, talkshow diakhiri dengan jingle “Djangan Berisik” oleh Melly Mono dan seluruh presiden. Dengan sedikit jeda, Melly Mono turun dan kembali naik ke atas panggung untuk membawakan tiga lagu khusus buat menghibur para penonton sambil menunggu buka.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner