DCDC Ngabuburit Goes to Campus Sabusu Jatinangor

DCDC Ngabuburit Goes to Campus Sabusu Jatinangor

Nuansa Sunda yang kental masih bisa kita temui di berbagai penjuru Jawa Barat. Bentuknya bisa macam-macam, baik dalam bentuk kuliner, pakaian tradisional, maupun kesenian tradisional. Minggu (12/6) sore, DCDC Ngabuburit Goes to Campus mendapatkan kesempatan untuk mendatangi salah satu titik yang kental dengan nuansa Sunda, Saung Budaya Sumedang (Sabusu), Jatinangor, Sumedang. Acara di titik ke-dua ini dibuka dengan penampilan dari grup Karinding Gestruk, yang juga bagian dari Sabusu. “Karinding Gestruk itu salah satu komunitas yang peduli dengan seni-seni tradisi,” ujar pengelola Sabusu Miftahul Arifin, yang akrab dipanggil Kang Piping.

Grup Karinding Gestruk ini terdiri dari pemuda-pemudi asal Jatinangor. Tampil dengan format belasan orang, ternyata anggota mereka masih lebih banyak dari itu. “Ini yang ikutan macam-macam, ada anak SD, SMP, rata-rata usianya di bawah 20 tahun. Kalau yang tua-tua udah enggak main lagi,” terang Piping.

Selain diikuti masyarakat sekitar, mahasiswa yang berkuliah di seputaran Jatinangor pun ikut serta dalam komunitas ini. Mereka pun seringkali bekerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkup Seni Sunda (Lises) Unpad. Piping mengungkapkan, awalnya mereka sudah mengajak Lises untuk tampil di acara hari ini, namun mereka tidak bisa hadir. Ia menerangkan, “Mahasiswa sini juga ikut, kemarin juga tadinya UKM Lises dari Unpad mau ikut main, cuma kan lagi mau ujian, jadi mereka batal ikut main”.

BACA JUGA - DCDC Ngabuburit Goes to Campus Sabusu Jatinangor

Sehari-harinya, Piping menjaga Sabusu juga membuka toko berbagai pakaian dan pernak-pernik tradisional Sunda. Mereka pun ikut serta membuka booth komunitas, bersamaan dengan Artshop, Karang Taruna Kujang, Forum Pecinta Alam Jatinangor, dan Mahasiswa Ikopin. Berbeda dengan booth lainnya yang berjualan makanan, hanya booth Sabusu dan Artshop yang menjual barang kesenian tradisional.

“Dulu kakek jualan baju ini, ke anaknya enggak (diturunkan), tapi ke cucunya diturunkan, ke saya. Ini ada sebelum himbauan Ridwan Kamil soal mengenakan pakaian adat. Kakek saya concern dengan pencak silat, dia produksi pakaiannya. Sampai sekarang saya yang nerusin, tapi anak-anaknya enggak ada,” cerita Piping.

Acara hari ini berlangsung meriah. Di samping banyaknya booth komunitas dan activity yang bisa dikunjungi, kita juga dihibur dengan talkshow dari empat presiden yang membuat ketawa-ketiwi. Pidi Baiq dari Republik The Panas Dalam, Zastrouw dari Republik Jalanan, Man Jasad dari Republik Gaban, dan Budi Dalton dari Negara Pacantel, melontarkan lelucon-lelucon khas yang berkaitan dengan bulan Ramadhan.

Selain keempat presiden tukang ngoceh dan bercanda ini, Anji juga turut hadir menghibur sambil membawakan lagu-lagu andalannya. Ia juga menyanyikan singel terbarunya “Dia” dan mengajak penonton bernyanyi di atas panggung. Titik ke-dua berjalan seru dan memuaskan!

“Kita lagi ngerancang program pengabdian masyarakat bareng sama Unpad. Jadi kegiatannya sebulan sekali kunjungan ke desa, penyuluhan, juga pelatihan. Harapannya, ketika Maba (mahasiswa baru) masuk nanti, mereka yang jumlahnya 8 ribu orang, kita sebar ke desa-desa. Satu hari atau dua hari satu malam aja. Kita biarkan mereka merasakan kondisi masyarakat asli Jatinangor seperti apa.”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner