“Bleeker” Dari Amerta Mampu Menembus Spektrum Lebih Luas Dari Musik Metal

“Bleeker” Dari Amerta Mampu Menembus Spektrum Lebih Luas Dari Musik Metal

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Amerta

Eksplorasi membuat kodrat buas musik metal menjadi punya dimensi yang lebih luas. Satu hal yang kemudian coba diaplikasikan oleh sebuah kolektif cadas bernama Amerta lewat lagu “Bleeker”

Bicara musik metal, nyatanya musik ini mampu disajikan dalam bentuk terbaiknya, di mana segala pola kreasi seru yang disematkan padanya mampu menembus spektrum yang biasa dilekatkan kepada komposisi garang dan tata suara berat semata. Eksplorasi membuat kodrat buas mereka menjadi punya dimensi yang lebih luas. Satu hal yang kemudian coba diaplikasikan oleh sebuah kolektif cadas bernama Amerta. Menggandeng nama Ricky Siahaan (gitaris band Seringai) sebagai produser, keduanya (baik itu Amerta maupun Ricky) merasa level keekstreman bukan melulu diukur dengan gapaian kecepatan, teknikal jelimet dan gorokan tenggorok, tapi juga menyentuh unsur-unsur dramatik seperti nuansa space-out, melodi sederhana dan emosikontradiksi.

Lewat single berjudul “Bleeker”, sang gitaris, Raja Humuntar Panggabean menuturkan jika setelah dirinya kenal dengan bunyi synthesizer, akhirnya hal itu mengubah semuanya, serta sanggup memberi pengaruh besar kepada Amerta. “Misalnya penggunaan modulasi atau delay yang buat gue pribadi ikut memperluas juga skala pembuatan riff,” ungkapnya.

Single “Bleeker” sendiri merupakan salah satu dari empat lagu awal yang ditulis pada tahun 2017 bersama drumer Auliya Akbar (yang juga bermain drum di band space rock Kief) ketika keduanya tengah menghabiskan waktu dua bulan bersama di sebuah apartemen sewaan di kota Melbourne, Australia – dan tidak ada hal lain yang mereka kerjakan di sana selain menonton konser, jamming session setiap hari dan menikmati sore di taman.

Sejumlah materi yang tercipta tadi ternyata dirasa kurang cocok digunakan band death metal mereka, Revenge. Daripada terbuang sayang, pada saat itu jugalah ide pembentukan resmi Amerta tercetus agar lagu-lagunya terpakai. Pulang ke Jakarta, Indra Darmawan Purba (juga bermain untuk band black metal Avhath) bergabung sebagai bassis dan single debut sebagai trio instrumental diterbitkan via Bandcamp pada tahun 2019, berjudul Gehenna.

Seiring pergulatan proses kreatif, selanjutnya mereka memutuskan untuk menukar posisi bassis ke tangan Anida Sabrina Bajumi (personel band hc/punk Dental Surf Combat & shoegaze Sugarsting), sementara Indra fokus mengurusi departemen synthesizer. Dapur rekaman pun segera mengepul di bawah supervisi produser Ricky Siahaan yang mengaku langsung merasakan momen eureka sewaktu menyaksikan penampilan Amerta untuk pertama kali.

“Sebelum terpukau dengan penampilan Amerta, gue sudah familiar dengan latar belakang para personel band ini. Gue sadar penuh akan potensi dan kemampuan musikal mereka. Sehingga ibarat mobil balap, sebagai produser gue cuma tinggal menyediakan sirkuitnya agar mereka bisa balapan dengan baik. Dan yang paling penting, mereka juga berhasil membuktikan kalau metal itu tidak cuma soal akrobat, tapi harus pula menawarkan ‘rasa’”, ujar Ricky.

Dengan formasi kuartet solid yang para personelnya berasal dari berbagai band berbeda genre, memungkinkan Amerta untuk memaksimalkan potensi eksperimen seluas mungkin, tak terduga dan menyelam bersama jangkauan tanpa batas. Karena memang cakupan musikal mereka selebar itu: Neurosis, Shiner, Steven Wilson, Johnny Greenwood, Smashing Pumpkins, Mastodon, High On Fire dan semua proyek besutan Justin Broadrick, sebelum nantinya menemukan bentuk asli dalam debut album penuh yang sudah mulai dimasak sejak awal tahun 2020 ini. Single “Bleeker” adalah gambarannya. Seperti apa lagunya? simak melalui tautan di bawah ini.

BACA JUGA - "Paradoks" dari Album 'Adamantine' dirilis Burgerkill dalam Format Visual

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner