Biusan Konser Crimson Eyes Penuh Pukau

Biusan Konser Crimson Eyes Penuh Pukau

Pelataran IFI Bandung yang berada di kawasan Purnawarman, ketika itu pukul enam lewat sudah ramai dengan puluhan bahkan ratusan orang telah berkumpul bahkan bercengkrama dengan akrabnya. Tak lupa hari itu hari Sabtu (12/12), mereka dimaksudkan tengah menanti sebuah pertunjukkan dari kelompok musik berisikan anak-anak muda bernama Sigmun. Memang ingin mempertunjukkan apa gerangan si Sigmun itu? Lebih jelasnya grup psych rock blues pemuja rocker purba macam Sabbath, Zeppelin ataupun yang lebih satanis seperti Coven itu akan memperlihatkan aksinya secara langsung sekiranya sebuah karya teranyar mereka. 

haikal azizi

Mereka berempat melabeli nama karyanya dengan tajuk Crimson Eyes, yang berisikan 11 trek dan rilis satu bulan lalu. Dengan sokongan label Orange Cliff dan komunitas kolektif bernama Suaka Suar, kondisi IFI malam itu menjadi tambah ramai dan padat. Semuanya membeli tiket, menukarkan tiket pra pesan maupun mengeluarkan kocek tak sedikit untuk rilisan fisik terbatas sampai cinderamata seperti kaus dan cangkir mug. Antrean yang sedari tadi mengular tak karuan di meja merchandise tepat depan bar minuman berubah berbaris rapi di depan pintu auditorium. Tepat di depan pintu terdapat satu instalasi berbahan besi bernama The King, yang notabene bentuknya seperti di dalam sampul Crimson Eyes hasil karya realis, Kendra Ahimsa a.k.a Ardnecks. Setengah delapan, hampir semua penonton memenuhi auditorium.

adrian adioetomo

Bantuan dua kipas ukuran besar dan pendingin ruangan membantu melemahkan rasa pengap di dalam auditorium. Hingga akhirnya satu pria kacamata kelimis dengan singlet hitam, jeans skinny, sepasang boot dan sambil mejinjing gitar kopong naik ke atas panggung. Dirinya yaki Adrian Adioetomo, musisi delta blues yang identik dengan liukan blues lawas ala Robert Johnson maupun Muddy Watesr dengan suguhan lebih 'jahat' Beberapa nomor 'iblis' seperti "Sekujur Tak Peduli" maupun "Tegangan Tinggi" menjadi perjamuan di konser bertajuk "In The Wake Of The Crimson Eyes" itu. Adrian pun sempat mengcover nomor fenomenal "Wish You Were Here" dari band psychedelic  legendaris, Pink Floyd. Biusan dari musisi asal Jakarta ini sukses membelalak para penonton dan juga setidaknya berhasil menjadi pembuka Sigmun.

sigmun

Sebelum Haikal Azizi (vokal, gitar), Nurachman Andika (gitar), Mirfak Prabowo (bas) dan Pratama Kusuma Putra (drum) naik panggung alias tempat penasbihan Crimson Eyes, para kru dipersilakan untuk mempersiapkan dan mengecek kembali set demi konser yang memukau. Akhirnya keempat pemuda ini masing-masing memegang perantinya. Pemandangan menarik, Haikal ketika itu memakai gamis terusan layaknya ustadz rock yang tengah berdakwah bersama gitar Gibson SG coklatnya. Latar panggung penuh pukau dihadirkan dengan visual kelas wahid dan menjadi pemandangan yang cukup energik. 

haikal azizi - pratama kusuma

Nomor "In The Horizon" dipilih sebagai gaung pembuka dalam konser tersebut. Melodi kering menghiasi seisi ruangan auditorium, sampai akhirnya lagu kedua sesuai dengan tracklist Crimson Eyes, "Vultures" bergulir dengan cukup galak. Tempo naik turun menjadi nilai plus nomor tersebut. Penonton malam itu bergemuruh secara menggelora akan aksi dari Sigmun. Kemudian single kedua Crimson Eyes, "Devil In Disguise" dibawakan dengan kemasan apik tanpa cela. Begitupun dengan "Halfglass Of Full Poison", "Summoning", dan juga "Gravestone". Tiga pemuda dilibatkan malam itu sebagai vokal latar. Mereka semua adalah Bob Traidi dan Rajin Sihombing dari band rock berat, Kaitzr dan Rendi dari eksponen heavy punk, Somnium. Lalu lagu-lagu lama mereka macam "Land Of The Living Dead" dan "Bones". Sehabis itu kobser "In The Wake Of The Crimson Eyes" memasuki masa jeda untuk 10 menit kedepan guna beristirahat dan merekap kondisi supya konser ini makin prestisius.

sigmun

sigmun

Masa turun minim berakhir, Sigmun langsung mendobrak panggung dengan nomor "Ring Of Saturn" berlanjut ke album Crimson Eyes seperti trek "Prayer Of Tempest". Kolaborasi bersama Rama Putra Tantra dari band psikadelia, Gaung menjadi pemandangan lainnya yang patut diwaspadai, dimana dirinya memegang departemen synthesizer. Konser seakan semakin membahana dengan "Inner Sanctum", "Golden Tangerine", dan nomor panjang "Aerial Chateu". Dua nomor penutup "Valley Of Dreams" dan single utama "Ozymandias" bermelodi gila, tak cukup memuaskan dahaga aksi dari Haikal cs. Sebab penonton tetap setia berdiri ramah di ruangan berukuran 20 x 15 meter ini. Sesi encore akhirnya disuguhkan sangat indah dengan repertoir panjang walaupun itu hanya dua lagu sisa. "Red Blood Sea" dan teriakan beringas Haikal pada "The Long Haul" menjadi benar-benar menjadi penutup "In The Wake Of The Crimson Eyes". Mereka berhasil melqkukannya, kawan dan aksi live ketika itu lebih baik dari isian albumnya. Cheers!

sigmun

Foto: Sigit Artha C.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner