Bias Menerjemahkan Isian EP Mereka Dengan Merilis Demo Track dan Live Studio Session

Bias Menerjemahkan Isian EP Mereka Dengan Merilis Demo Track dan Live Studio Session

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Bias, yang merupakan hasil karya foto dari Wildan Hadi Fernando

Wujud alternatif dari Grunge, Rock, Metal : Bias menerjemahkan isian EP Basabasi lewat demo track dan Live Studio Session, yang jadi konten persuasif untuk sejenak kehilangan arah.

Apa jadinya jika musik grunge, rock, dan metal disatukan? Jawabannya bisa kalian temui lewat apa yang disajikan oleh kolektif musik asal Yogyakarta, Bias. Melalui lagu-lagu yang mereka buat mereka memadukan tiga unsur musik tadi jadi sebuah identitas karyanya. Hal tersebut mereka rangkum dalam sebuah mini album berjudul Basabasi, yang menjadi deklarasi mereka untuk ikut dalam ‘riuhnya’ ranah musik indie di Yogyakarta, dengan disusul dirilisnya beberapa demo track dan Live Studio Session dari EP tersebut.

Dari rilisan pers yang DCDC terima, latar belakang proses kreatif mereka merilis EP Basabasi, selain karena dahaga bermusik mereka yang ingin disalurkan, juga karena mereka ingin menangkap riuhnya perang konten audio-visual antar musisi yang sedang memuncak, dengan target korban sebanyak-banyaknya di berbagai platform, dimana keriuhan estetika tersebut dijejalkan tanpa hentinya, mengingat ketatnya persaingan. Sampai akhirnya hal itu merangsang Bias untuk merilis mini albumnya pada Oktober 2017.

Lebih jauh tentang materi lagu yang ada di EP itu, Bias menuturkan hal-hal esensial dari lagu-lagu yang mereka buat, seperti misalnya lagu “Lulabi”, yang melagukan rasa frustasi seseorang, ketika dia merindukan lelap dan tenangnya tidur malam, ditengah hiruk pikuk kesehariannya yang menyesakkan. Lalu ada lagu “Overdosis Visual”, yang secara perlahan menjabarkan potensi destruktif dan semu-nya kehidupan dunia maya, yang sudah dan akan tetap menjadi epidemik jika manusia kerap mengabaikan perspektif yang sehat. Selain itu ada juga lagu berjudul “Selir Pemberontak”, yang menangkap perasaan saat mengeluh, mengadu, merindukan kesetaraan, dan perlakuan manusiawi. Lagu ini menuturkan jika perasaan-perasaan semacam itu didapatkan oleh para korban kekerasan seksual, yang akhirnya berteriak, memberontak, dan melawan. Tiga lagu tersebut merupakan demo tracks yang sudah dirilis lewat platform Bandcamp, dan dapat didengarkan secara gratis.

Sedangkan dua buah lagu lain dari 6 track dalam EP Basabasi, “Koboi“ dan “24 Karat“, diangkat untuk disaijkan dalam format Live Studio Session. Bertempat di Jogja Audio School, menurut mereka sesi ini bertujuan untuk merepresentasikan kesesatan, keragaman, dan dinamika audio dari Bias, dan dikemas dengan visual yang frontal, sinematik, dengan permainan warna yang nakal. “Koboi” terinspirasi dari film The Unforgiven (1992), yang diarahkan dan diperankan oleh Clint Eastwood. Sedangkan lagu “24 Karat” menjadi wujud kekesalan dan kebosanan terhadap siaran televisi, yang penuh dengan sajian kriminal, khususnya korupsi, konten jualan birahi, jualan drama, yang seolah tidak sadar bahwa mereka bertanggung jawab atas bobroknya moral penonton.

BACA JUGA - Turks & Caicos Menerjemahkan Lagu yang Terinspirasi Perang Dunia ke 2 Dalam Bentuk Animasi

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner