Bertahan Dari Bencana, The Hauler Rawk Kembali Untuk Cerita Lain

Bertahan Dari Bencana, The Hauler Rawk Kembali Untuk Cerita Lain

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers The Hauler Rawk

Lewat sebuah lagu yang menyoroti mitigasi bencana (khususnya gempa bumi), The Hauler Rawk menyebarkan gagasannya

Bencana alam selalu berselimut duka. Tak akan hilang dari ingatan, pada tahun 2018 silam, Palu luluh lantak diguncang gempa bumi 7,5/7,4 Mw diikuti tsunami yang menyapu pantai barat Pulau, Sulawesi, Indonesia, bagian utara. Trio rock asal Palu, The Hauler Rawk adalah tiga dari sekian banyak penyintas yang merasakan langsung pengalaman tak terlupakan tersebut. Band yang masih awet dengan formasi Iun Suneon (vokal/gitar), Sanx Sandy (bass), dan Dana Hermansyah (drum) ini menyampaikan bahwa bencana sudah semestinya dijadikan pembelajaran, agar kedepannya kita semua bisa lebih sigap.

Bertahan dari bencana, dan kembali untuk cerita lain…..

Sebagai catatan, Palu sendiri adalah kota yang dilewati oleh Sesar Palu Koro (Palu Koro Fault). Saat bencana 3 tahun silam, patahan inilah yang mengakibatkan munculnya gempa bumi, likuifaksi, dan juga tsunami. Negara Indonesia sendiri juga dikenal dengan Wilayah Cincin Api (Ring Of Fire), yang mana wilayah tersebut rawan dengan Bencana Gempa Bumi. Maka, bukan cuman tugas sebagian orang saja untuk menyampaikan hal tersebut. Kita sebagai makhluk sosial pun perlu melakukan Mitigasi Bencana.

Lewat sebuah lagu berjudul “Magnitude”, The Hauler Rawk menyoroti mitigasi bencana (khususnya gempa bumi) dan menyebarkan gagasannya. Sebuah langkah yang berani dan mulia, di mana musik dan edukasi soal pencegahan bencana digabungkan. Ini adalah kali kedua The Hauler Rawk merilis single bermuatan isu terkait bencana. Sebelumnya, unit rock tersebut merilis satu lagu berjudul “Appetition”, yang terselip dalam kompilasi MEMORAMA (Merekam Memori dalam Irama) pada tahun 2019 silam bersama lima band asal Palu lainnya.

“Mengangkat isu bencana alam bukanlah untuk mengingat kejadian tersebut atau menginginkannya terjadi lagi. Tapi lebih bagaimana menceritakan juga mengarsipkan sedikit kejadian tersebut kepada generasi mendatang, dan bisa melakukan mitigasi bencana. Sehingga resiko yang lebih besar dikarenakan ketidaktahuan kita terhadap lingkungan sekitar  bisa lebih kecil. Walaupun memang semua sudah diatur oleh sang pencipta, tapi tak ada salahnya kita juga mencoba. Tugas kita hanya sekedar menyampaikan, urusan diterima dengan baik atau tidak semua kembali ke penerimanya.” Terang Iun via keterangan pers yang diterima redaksi DCDC.

Single “Magnitude” sendiri adalah materi lama yang ditulis pada tahun 2019 bersamaan dengan penggarapan single “Appetition”. Namun pada akhirnya mereka berpikir untuk merilisnya pada tahun 2021, dikarenakan isu tersebut masih sangat relevan untuk saat ini dan sampai kedepannya. Selain itu, mereka juga berkeinginan agar karya ini bisa terus diingat, hingga dibuatlah sebuah interpretasi karya rupa dari Illustrator asal Palu yang bernama Mørk a.k.a Adjust Purwatama.

Band yang sudah berdiri sejak tahun 2017 ini ingin menjelajahi jalan baru dengan rilisnya single versi extended mereka yang kini bercokol di dalam platform NFT (Hicetnunc.art), (kolaborasi The Hawler Rawk bersama Mørk yang menghasilkan visual bergerak), dan versi “reguler”-nya yang dirilis melalui layanan musik dalam jaringan seperti: Spotify, Apple Music, dan lain sebagainya. Selain itu juga, artwork kolaborasi mereka bersama Mørk, telah dilepas dalam bentuk Long Sleeve t – shirt  yang dirilis oleh BAH (Bring Archive History).

BACA JUGA - Tashoora Kembali ‘Bersuara’ Dengan Karya Barunya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner