Berdamai dan Bertamasya di dalam

Berdamai dan Bertamasya di dalam "Suaka"

Foto didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan.

DKTMI meracik sebuah percampuran beberapa warna musik: psikedelik '70-an, post-rock era '80-an dan sedikit cipratan eksperimental, menjadikan komposisi di single "Suaka" sedikit rumit dan terkesan lebih seperti ilustrasi gambar ketimbang karya musik.

DKTMI adalah proyek yang dimotori oleh tiga sahabat, yakni Ardika (vokal dan gitar), Tamaro (gitar bariton), dan Velyo (drum) sejak 2017. Meski bertiga, format yang kemudian dikukuhkan adalah band dengan tambahan Rudi sebagai additional pada gitar.

Tiga kepala dari DKTMI memiliki keintiman imajinasi musik yang berbeda. Ardika terbiasa dengan warna musik seperti The Allman Brothers, Tedeschi Trucks, Fear Itself dan beberapa musik lainnya yang menganut idiom blues juga psikedelik. Tamaro berbeda lagi, tugasnya sebagai pemetik gitar bariton kecanduan musik beraroma mathrock, funk serta progresif dengan durasi panjang era 1970-an seperti King Crimson salah satunya. Sedangkan Velyo, teknik serta bebunyian hasil gebukan drumnya akrab dengan pendekatan jazz, funk, soul, dan progresif. Meskipun berseberangan soal pengalaman dan akar musik, ketiganya memiliki satu kesamaan, dalam hal ini kebebasan bermusik dan eksperimen sebagai fondasi DKTMI.

Sudah dua buah single yang telah dirampungkan sejauh ini, yakni “Prelude/Berkabung” dan “Berkabung” dirilis selang beberapa bulan di tahun 2019 lalu. Pada dua single ini, karakter DKTMI cenderung kemudian menjadi identitas dalam ruang eksperimen serta eksplorasi DKTMI. Sebagai gambaran, mereka memadukan dua, tiga atau lebih elemen musik, baik secara melodi maupun ritmik. Agar memudahkan, secara keseluruhan musik DKTMI bisa dikategorikan sebagai alternatif, post rock dengan sentuhan psikedelik. Walaupun begitu, satu cara terbaik untuk lebih “terang’’ menikmati musik DKTMI adalah dengan mendengarkan karya terbaru mereka berjudul “Suaka” yang dirilis 22 Mei 2020 lalu.

Bekerja sama dengan ilustrator musik Dolfi Hutagalung, DKTMI meracik sebuah komposisi musik dengan bentuk acak, bebas, percampuran beberapa warna musik, seperti psikedelik era '70-an, nuansa post-rock awal era '80-an dan sedikit cipratan eksperimental khas DKTMI menjadikan komposisi di single "Suaka" sedikit rumit dan terkesan lebih seperti ilustrasi gambar ketimbang karya musik. Meskipun begitu, sebuah angin segar ketika DKTMI menyediakan secuil bagian untuk para pendengar untuk dapat bernyanyi bersama mereka, setelah sebelumnya dijejali instrumental yang cukup pelik. Secara pribadi, part ini bisa dibilang bagian terbaik dari single "Suaka" milik DKTMI.

Selain itu, proses penamaan single yang disepakati oleh personel DKTMI pun mampu menggambarkan bagian-bagian yang terdapat dalam komposisi lagu ini, seperti kesan mencekam, tenang dan damai. Karena, pada arti sebenarnya suaka adalah tempat tinggal yang didalamnya selalu ada penderitaan, cinta dan kematian.

Dalam membantu memvisualisasikan warna lagu, DKTMI mengajak Avliar untuk menggurat karakter surealisnya pada video lagu "Suaka" ini. Single “Suaka” kini sudah tersedia dan dapat dinikmati di berbagai layanan musik digital dan kanal YouTube dalam bentuk video lirik.

BACA JUGA - Dktmi Nyatakan "Berkabung" untuk Bumi dan Kemanusiaan

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner