Belajar Sitar Bersama Asrie Tresnady

Belajar Sitar Bersama Asrie Tresnady

Sitar adalah salah satu jenis alat musik klasik asal Asia Selatan yang menggunakan dawai/senar. Dawainya ada dua, yaitu dawai simpatetik, dan dawai biasa dengan ruang resonansi yang menggunakan gourd, sejenis buah-buahan yang dikeringkan dan berongga di dalamnya, sehingga menghasilkan suara yang unik.

Sitar merupakan alat musik yang sering digunakan dalam seni klasik Hindustan sejak Zaman Pertengahan. Ia diyakini telah diturunkan dari Veena, merupakan instrumen kuno India dan dimodifikasi oleh musisi Kerajaan Mughal agar sesuai dengan selera pelanggan Persia. Karena fungsi inilah ia disebut “setar” yang berarti "tiga senar". Sitar kemudian mengalami banyak perubahan, hingga lahir sitar modern yang berkembang di India abad ke-18.

Masyarakat seluruh dunia mengenal sitar sebagai alat musik yang bunyinya unik serta dapat menyihir para pendengarnya untuk menjadi lebih tenang. Banyak sekali musisi yang terkenal lewat permainan sitarnya, misalnya Ravi Shankar yang mendunia. Di Indonesia, Asrie Tresnady bersama Log Sanskrit merupakan yang aktif memainkan alat musik tersebut. Baru-baru ini, Asrie dan Log menggelar kelas pelatihan sitar bertajuk “Sitar, Setau Saya” di Rumah Kultur, Jln. Garuda Gg. Tunggal no. 4, Bandung.

Rumah Kultur 'Sitar"

Kelas pelatihan tersebut berlangsung selama dua hari, sedari Sabtu hingga Minggu, 19 dan 20 Maret 2016. Dimulai beberapa saat setelah adzan maghrib berkumandang, Asrie tak langsung menjelaskan sitar begitu saja, namun terlebih dulu memperkenalkan aspek kebudayaannya. Mulai dari indologi hingga sejarah awal, dijelaskan Asrie dengan gamblang. Barulah setelah itu, mereka yang hadir pada kelas tersebut dijelaskan tentang teknis nada yang terdapat di dalamnya.

Bermain sitar tak segampang yang kita pikirkan. Selain harus menyesuaikan posisi tubuh dengan baik, senar dan fretnya pun tak sesimpel gitar. “Butuh waktu sekitar lima tahun lebih untuk memahami sitar,” ungkap Asrie. Memperlakukan sitar juga tak bisa seenaknya. Alat musik tersebut tidak boleh diletakkan begitu saja, karena berkaitan dengan norma kesopanan. Sitar mesti ditaruh dengan posisi berdiri atau setidaknya digantung di tembok. Asrie kembali menambahkan, bahwa nilai filosofis sitar sangatlah tinggi, bahkan ada ritual khusus dan doa-doa saat proses pembuatan sitar. Itulah mengapa, sitar dianggap suci dan tak boleh diperlakukan sembarangan.

Bincang-bincang tentang alat musik lain, Asrie yang pernah melancong ke India dan menempuh bangku perkuliahan di sana pun mengatakan bahwa setiap organ dalam sitar memiliki filosofi tersendiri. Pun, suaranya memiliki efek relaksasi bagi yang mendengarkan

Sejarah mencatat bahwa keberadaan sitar di Indonesia telah eksis sedari dulu. “Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya ukiran-ukiran di beberapa candi di Indonesia,” ungkap Asrie. Ya, kebudayaan Hindu di negara kita memang kental karena dahulu kala, Indonesia juga sempat diwarnai Kerajaan Hindu.

Rumah Kultur 'Sitar"

Kelas ini juga membahas tentang kiprah sitar dalam kancah musik modern. Asrie bercerita tentang bagaimana invasi besar-besaran sitar terjadi saat gitaris The Beatles, George Harrison, datang ke India untuk belajar alat musik tersebut. “Sampai akhirnya, muncullah psychedelic rock/raga rock, dan ada beberapa dari pendengarnya pun menikmati musik tersebut dengan ‘aneh’. Mereka butuh asupan lain yang memabukkan demi menikmati sitar, padahal ini salah besar,” tegasnya. Itu hanya sebagian hal negatif dari apa yang terjadi di ranah musik sitar, meski sebetulnya lebih banyak hal positif yang muncul dari percampuran sitar dengan musik modern.

Saat ini, sitar kian diminati. Cara pengaturan suaranya terbilang susah, namun ini sepadan dengan bunyi merdu yang dihasilkan. Setiap msuik yang dimainkan setiap individu dapat menghasilkan output yang berbeda, dan di situlah keunikan sitar. Banyak pula kini pabrik-pabrik sitar modern, meski di India sana masih ada keluarga-keluarga penghasil sitar yang sampai saat ini masih produktif.

Semua yang hadir menunjukkan antusias dengan materi latihan yang telah diberikan. Bahkan dari situ pula, Asrie menawarkan mereka untuk turut ikut ke beberapa kegiatan lainnya yang akan ia selenggarakan selama berada di Bandung. Ia pun turut menjelaskan bahwa jika kita suka dengan sitar, tak ada masalahnya jika diperdalam terus menerus meski butuh waktu lama agar dapat khatam dengan alat musik tersebut.

*Indologi : adalah kajian ilmiah yang membahas tentang segala hal yang terkait dengan kebudayaan India atau, rumpun daripada daerah-daerah di Asia Selatan (Pakistan, Srilanka, Nepal dan Bangladesh).

Rumah Kultur 'Sitar"

Foto: Bobby Agung Prasetyo

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner