Bedchamber Angkat Ironi Budaya Kota Urban di Single “Tired Eyes”

Bedchamber Angkat Ironi Budaya Kota Urban di Single “Tired Eyes”

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Bedchamber

Single “Tired Eyes” mencoba menceritakan ironi budaya bekerja di kota-kota urban, di mana kita seringkali menormalkan lembur dengan alih-alih kerja keras

Tahun 2018 lalu menjadi catatan penting bagi kolektif musik Bedchamber. Pasalnya pada tahun ini mereka merilis debut albumnya yang berjudul Geography. Empat tahun berselang nampaknya mereka belum kehabisan energi untuk terus melahirkan pola kreasi seru lainnya. Hal tersebut kemudian mereka realisasikan lewat sebuah single berjudul “Tired Eyes”.

Perilisan ini menjadi sesuatu yang dirasa istimewa karena hal tersebut berbanding lurus dengan komitmen mereka untuk terus melanjutkan episode bermusiknya di band ini. Selain itu, diakui pula oleh mereka jika perilisan single ini akan menentukan perjalanan bermusiknya ke depan sebagai perintis grup musik lokal dengan warna musik yang didominasi oleh gitar jangly bergema.

Dirilis di bawah naungan label independen asal Jakarta, LaMunai Records, kuartet penentang stereotip musik rock asal Jakarta ini tumbuh dan matang menjadi lanskap musik baru, selama 5 tahun kebelakang. Secara penulisan sendiri, single “Tired Eyes” mencoba menceritakan ironi budaya bekerja di kota-kota urban, di mana kita seringkali menormalkan lembur dengan alih-alih kerja keras. Bedchamber ingin menebalkan pesannya yang berbunyi “Work less, sleep more” Lewat lagu ini.

Salah satu personil Bedchamber, Ratta Bill (vokal & gitar) menuturkan jika lagu “Tired Eyes” berhubungan erat dengan pengalamannya sewaktu lulus kuliah dan mulai bekerja sebagai agensi kreatif. Dia menuturkan jika saat itu hampir selalu pulang larut malam dikarenakan pekerjaan saat itu terbilang berat.

“Mungkin, pada saat itu, saya masih muda dan merasa semua kerja keras yang dilakukan akan memberikan arti di kemudian hari. Sampai satu malam, di sela-sela waktu lembur, saya mengambil waktu istirahat, merokok, dan banyak mempertanyakan rutinitas ini. Yang kemudian membuat saya merasa ini hanyalah omong kosong. Di sinilah lirik Tired Eyes terjadi. Lirik ini menangkap momen secara sadar bahwa jangan-jangan saya (juga kita) melakukan sesuatu yang salah selama ini, sebelum semuanya hilang dan kembali melakukan hal yang sama lagi, Tired Eyes menjawab hal tersebut.”, ujarnya tentang cerita dibalik lagu “Tired Eyes”.

BACA JUGA - Memorandum by Perunggu : Sebuah Catatan Fase Paruh Baya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner