Atlesta Lahirkan Single Di Tengah Bisingnya Kelaziman Baru

Atlesta Lahirkan Single Di Tengah Bisingnya Kelaziman Baru

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Atlesta

Di tengah kebisingan dan pro kontra akan kelaziman baru, Atlesta merilis “Essential Love”. Racikan terbaru dari solois asal Malang ini dilepas bersama dengan sebuah video klip yang bisa disaksikan di kanal YouTube Atlesta.

Seorang musisi bisa bergerak dengan banyak estetika rasa yang dia yakini, dari mulai perasaan senang, sedih, bahkan mungkin berada diantaranya, menjajal roller coaster perasaan yang naik turun. Beberapa diantaranya ada juga yang singgah sekejap pada ingar bingar pesta, champagne, dan cinta satu purnama. Seperti apa yang dirasakan oleh Atlesta kala dirinya tergabung dengan unit pop di awal karirnya.

Menemukan trigger untuk menyajikan karya atas namanya sendiri, Atlesta perlahan bergerak dan memutuskan berkarir solo, di mana dia bisa melagukan perjalanan hidup dirinya sendiri: Perkara cinta, keterasingan, pengharapan, serta ragam-ragamnya. Termasuk kali ini, kala dia merilis sebuah single yang mengetengahkan perihal kehilangan.

Di tengah kebisingan dan pro kontra akan kelaziman baru, Atlesta merilis sebuah lagu baru berjudul “Essential Love”. Racikan terbaru dari solois asal Malang ini dilepas bersama dengan sebuah Music Video (MV) yang sudah bisa disaksikan di kanal YouTube resmi Atlesta, dan juga didengarkan di berbagai gerai digital mulai dari akhir Juni lalu.

Lebih jauh berkisah tentang lagunya, Fifan Christa (nama di balik proyek Atlesta ini) menuturkan jika lagu “Essential Love” berisikan tentang hal-hal kompleks yang kemudian membuat dirinya, sang penulis lagu sendiri kebingungan menceritakan kepada pendengarnya. Namun dengan segala interpretasi dan sensivitas dia menjalin rasa, lagu ini masih terasa hidup dan bertutur tentang bagaimana rasanya berdamai dengan kehilangan.

“Tentang hubungan yang terlihat sempurna, everyone cheers at you, & kalian kayak jadi pasangan paling ‘ideal’ di mata semua orang”, terang virgoan berusia 29 tahun ini. “Tapi sebenarnya, kalian somehow tahu kalau ada ‘retak’ dalam semua ini. Ada insecurity & ketakutan bahwa hubungan gak akan berakhir dengan baik. Terutama karena hal-hal yang tidak bisa kalian kendalikan. It’s not that kalian gak saling mencintai satu sama lain. You did and still do, tapi hanya terlalu takut buat mencoba,” lanjutnya. Dalam bahasa yang paling sederhana, “Essential Love” adalah tentang mengatakan, “'I do love you, but we’re just not meant to be together in this lifetime.”

Pemaknaan lagu ini akhirnya juga ia tuangkan dalam sebuah MV yang disutradarai oleh Dimas Prasetya dan diproduksi oleh GOODVIBES. Alih-alih mengambil perspektif Fifan sebagai seorang laki-laki, MV ini mempunyai titik tolak dari sudut pandang sang wanita. Terutama, melakukan eksposisi keadaan dirinya yang begitu desperate dalam memaknai segala kehilangannya.

“Aku ingin nge-highlight pendekatan mereka tentang sebuah perpisahan. Coping mechanism mereka menghadapi itu,” tutur Dimas Prasetya sebagai sutradara. Seperti kebanyakan karyanya, lagu ini ditulis dan diproduksi sendiri oleh Fifan. Proses rekaman semua instrumen berlangsung di kamarnya dan juga Monev Studio (untuk backing vocal). Setelah take instrumen dan vokal selesai, lagu inipun di-mixing oleh Wendi Arintyo dan di-mastering oleh Dimas Martoekusumo dari ALS Studio, Jakarta.

Satu hal lagi yang patut disimak, bahwasannya lagu ini sebenarnya telah ada sejak empat tahun yang lalu. Sebagai seseorang yang perfeksionis, ia memang cukup sering mengalami writer’s block, baik dalam penulisan lirik, notasi lagu, hingga menentukan aransemen. Kabar apiknya, ia sangat baik dalam hal mendokumentasikan rancangan-rancangannya tersebut.

“Ya, ‘Essential Love’ ini unik karena tercipta pada tahun 2016 dan berakhir mangkrak di folder harddisk-ku karena aku merasa belum klik dengannya waktu itu. Empat tahun berselang, aku akhirnya membuka draft lagu ini dan mengerjakannya kembali,” terang Fifan, “Seiring waktu, aku malah menemukan arti yang benar-benar baru tentang lagu ini. Segala dinamika hidupku akhir-akhir ini, kondisi sekitar yang masih tak menentu, hingga tendensi self-blaming¬-ku sendiri ikut membentuk pemaknaan tersebut. And in turn, lagu ini malah sangat relate dengan keadaanku sekarang. To put it simply, this song is prophetic!,” tutup pria yang telah menelurkan tiga studio album dan satu instrumental album ini.

BACA JUGA - Basboi dan Nartok, Dua Anak Medan yang ‘Berperang’ Melalui Lagu

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner