Advokasi Kami Adalah Ayat Berjudul “Dilarang Di Bandung”

Advokasi Kami Adalah Ayat Berjudul “Dilarang Di Bandung”

Musik, bukanlah sebuah hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia, khususnya Bandung. Bandung, adalah sebuah kota kecil di Jawa Barat yang terkenal dengan sisi kreatifitas masyarakatnya terkhusus dalam bidang seni musik. Bahkan Kota yang pernah mendapat julukan sebagai Kota Paris Van Java saat zaman kolonial Belanda itu, kini dianggap sebagai barometer dari perkembangan industri musik Indonesia. Musik metal adalah salah satu aliran musik yang sangat berkembang pesat di Kota Bandung. Aliran musik yang memiliki ciri khas dari distorsi gitar yang kental ini mulai menginvasi masyarakat Bandung khususnya para kaula mudanya, sejak era 90-an. Dan Ujung Berung dianggap sebagai episentrum dari lahirnya aliran musik yang terbentuk dari penggabungan dua jenis aliran musik rock dan blues ini.

Menurut salah satu pelaku komunitas underground di Bandung, Kimung, begitu biasa ia disapa. Mengatakan bahwa, geliat perkembangan musik metal di Bandung sendiri memasuki masa keemasan ketika memasuki termin akhir tahun 90 sampai 2000-an. Saat itu banyak sekali  lahir band-band beraliran metal seperti Burgerkill, Beside, Forgotten, Infamy, dan Puppen. Selain itu banyak pula acara atau konser-konser berbau metal yang terselenggara di Kota Bandung, dan Gor Saparua didaulat menjadi tempat wajib dari terselenggaranya konser-konser berbau metal pada zaman tersebut.

“Sejak akhir 90 sampai 2000-an lah komunitas ini memasuki era keemasan, karena pada masa ini banyak band-band metal lahir, lalu juga banyak acara-acara metal terselenggara di Bandung, dan Gor Saparua menjadi tempat bersejarah bagi komunitas ini, karena Saparua jadi tempat wajib lah istilahnya untuk gelaran konser-konser metal pada saat itu.” Ungkap Kimung, saat di wawancarai di Studio Extend, Ujung Berung, Bandung, beberapa waktu lalu.

Terhitung sejak masa keemasannya itu, kini sudah ada lebih dari 200 band beraliran metal yang lahir di Kota Bandung. Sehingga bukanlah diksi yang berlebih jika Bandung dianggap sebagai kota yang masuk kedalam jajaran lima besar komunitas underground (sebutan untuk komunitas musik metal-RED), dalam skala internasional setelah Amerika, Belanda, Jerman, dan Inggris.

Namun, cerita indah itu kini berbalik 180 derajat. Komunitas underground di Bandung kini tengah memasuki masa kelam. Kebebasan berekspresi mereka kini mulai diberangus. Awal dari mimpi buruk ini adalah saat salah satu band metal asal Bandung, Beside menggelar launching album perdana mereka di Gedung Asia Afrika Culture Center (AACC). 

Kala itu konser yang awalnya berjalan baik-baik saja berubah menjadi “malapetaka” ditengah jalannya acara. Akibatnya Konser dari band yang lahir di tahun 1997 itu pun dihentikan, karena dianggap sudah tak kondusif lagi. Dan hasilnya 11 orang yang semua berasal dari kaum muda ini harus merenggut nyawa pada konser yang digelar pada 9 Februari 2008 itu.

Kimung melanjutkan bahwa paska tragedi tersebut berbuah dampak yang sangat besar, bagi perkembangan komunitas underground di Bandung. Banyak acara-acara berbau metal dipersulit dan menyebabkan para generasi menjanjikan seakan dikebiri untuk ber-ekspresi menuangkan emosi mereka dalam bermusik.

“Ya, akibat tragedi AACC itu komunitas underground ini jadi dikekang kebebasannya, contohnya saja banyak acara berbau metal yang engga dapet izin untuk main di Bandung, dan akhirnya memaksa kita menggelar acara di luar Kota Bandung.” Lanjut pria yang pernah menjadi salah satu pentolan dari band Burgerkill ini.

Melihat fenomena yang terjadi ini membuat unit stoner metal asal Jakarta, Seringai merasa gerah dengan apa yang terjadi, sehingga mereka membuat sebuah lagu dengan judul “Dilarang Di Bandung”, yang mereka masukan kedalam materi di album terbaru mereka bertitle “Taring”. Sebagai salah satu sarana advokasi bagi komunitas underground Bandung, yang sejak tragedi tersebut menjadi tersudutkan oleh berbagai pihak khususnya media.

“Bisa dibilang ini adalah lagu yang dibuat sebagi kritikan untuk media yang seolah-olah menggambarkan bahwa metal adalah musik kaum bar-bar dan semakin menyudutkan skena metal sendiri paska tragedi tersebut.” Ujar Arian, vokalis Seringai, saat diwawancarai di event Bandung Berisik 2013, satu tahun lalu.

Lebih lanjut Arian mengungkapkan bahwa lagu”Dilarang Di bandung” ini mereka buat sebagai salah satu pengingat dari tragedi kelam yang pernah menjadi awan hitam yang merundung skena musik underground Bandung.

“Lagu itu memang harus ada untuk mengingatkan bahwa kita pernah mengalami masa itu, lebih ke dokumentasi waktu masa gelap Bandung saat tragedi AACC. Tapi kan ketika di organizer dengan baik, kaya Bandung Berisik ini kan ya aman–aman aja.” Lanjut Arian.

 (Septian Nugraha)

 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner