Barbarossa

BARBAROSSA Pada awalnya kami semua sudah menjalin pertemanan sejak SMP, SMA dan harus terpisah sejak tamat SMA dan masing-masing mempunyai grup band. Pertemuan dan cerita baru dimulai ketika Enemy of Myself (Aziz, Asrul, Ardy) sedang bingung karena si drummer tidak bisa ikut perform diluar kota saat itu. Tanpa pikir panjang, dipinjamlah Adi Nemo dari Vermuza. Otomatis dari status 'pinjaman' tersebut, seringlah 4 orang ini bertemu, layaknya nostalgia teman lama yg terpisah sejak tamat SMA. Sering ngumpul, sering jamming, tanpa sengaja menumbuhkan kecocokan style dalam bermusik. Enemy of Myself yang mengusung Pure Deathcore dan Vermuza yang mengambil konsentrasi di Post Hardcore membuat kita semua sudah tidak asing lagi di scene underground, baik dari segi bermusik, attitude dan yang lainnya. Setelah menyelesaikan manggung dari status 'pinjaman' tadi dan selang beberapa bulan kemudian, muncul 'celetupan' iseng, "kenapa gak bikin grup baru aja? Tapi dengan suasana baru" Dan, taraaaaaaaa! Lahirlah BARBAROSSA, nama BARBAROSSA sendiri diambil dari operasi barbarossa yaitu rencana operasi pemusnahan tahanan uni soviet oleh Adolf Hitler, pimpinan tertinggi Jerman saat itu, terjadi sekitar tahun 1941 - 1942, Resmi muncul ke permukaan pada bulan Mei 2016, 4 pemuda yang kembali bertemu setelah sekian lama dipisahkan karena kesibukan dan lain lain sepakat memulai gerilyanya di scene underground lokal dan sepakat mengusung 'The Djentleman Deathcore Machine' sebagai agama yg dianut. Bukan tanpa alasan, semua ada latar belakangnya masing-masing, karena emang pengen yang beda sih. Haha Kita mulai dari Septyan Aziz, the monster voice. Di latar belakangi karakter vokal yang seolah-olah sangat marah, dengan power yang kuat, dan sangat menggemari musik-musik deathcore seperti suicide silence, enfield, dan lain lain. Karakter pure deathcore diwakili oleh sang vokalis Lanjut ke Asrul Fahmi, the harmonical destroyer Sangat intens memainkan lead-lead cepat, dan sudah pasti 'nyakcak!' Dengan latar belakang musik seperti after the burial, whitechapel, dan lain lain. Karakter permainan harmoni dan agak 'ngebut' diwakili oleh si lead guitars. Ke 3, ada Arief Ardiansyah, the 6 strings disaster, dengan latar belakang permainan breakdown yang cepat, rapat, dan akurat, dipengaruhi oleh as blood runs black, veil of maya, dan lain lain. Karakter breakdown rapat dan tegas serta sedikit bumbu djent diwakili oleh si breakdown ini. Terakhir, Adi Nemo, the hammer blast-man. Sudah memainkan musik-musik proggressive sejak SMA, macam dream theater, symphony x, dan yang lainnya pada era itu, dan di jaman sekarang gemar memainkan groove-groove seperti issues, northlane dan semacamnya, sudah jelas karakter musik proggressive diwakili oleh sang penggebuk genderang perang ini. Oke dari ke 4 definisi tadi, kita simpulkan, 'The Djentleman Deathcore Machine' yang kami sebut adalah pengawinan dari musik pure deathcore dengan sentuhan sedikit aroma proggressive dibalut dengan sedikit sound djent (biar keliatan modern) hihi, dan dengan perform yang kami balut dengan pakaian formal. Finally, The Djentleman Deathcore Machine! Sejauh ini kami sudah meluncurkan debut single, Reborn dan Beyond the Suffering yang sementara hanya kami kemas dalam bentuk fisik, yaitu CD yang bisa kalian dapatkan via @merchcury (Sekalian beli merchandise originalnya yaa) Sejauh ini masih disibukkan dengan pekerjaan dan sang vokalis yang sedang menyelesaikan pendidikannya diluar kota. Ya intensitas ketemunya jadi berkurang. Tapi kami sedang serius menggarap materi-materi untuk penggarapan debut EP album kami. Semoga bisa cepat direalisasikan.

Contact

083117559551

Related