Universal Record, Inovasi Piringan Hitam dengan Bluetooth

Universal Record, Inovasi Piringan Hitam dengan Bluetooth

Foto di atas didapatkan dari consequenceofsound.net

Kebangkitan kembali selera penikmat musik untuk mengoleksi rekaman fisik dalam bentuk analog memang membangkitkan era baru,  ‘berlomba kembali ke analog’ secara masif sekitar 3-5 tahun mundur ke belakang. Keberadaan toko musik independen, peran komunitas musik yang memulai kali pertama berjejaring kembali melalui pelbagai medium, seperti media sosial menjadi formula yang baik. Fenomena ini tetap konsisten hingga kini. Dapat dikatakan, saat ini, toko musik yang menjual rilisan fisik biasanya didongkrak oleh kolektor yang memilki segudang koleksi pribadi, toko musik independen, komunitas musik, kadang juga kita temui toko barang bekas, penjual online, label atau records mandiri dan sebagainya. Misinya mungkin hanya satu, agar rilisan fisik tetap lestari.

Keberadaan toko musik dahulu kala sempat mengalami fase emas terbentang dari tahun 1920-an hingga tahun di 2000-an dan kemunduran signifikan memasuki abad 21. Sebagian besar toko musik (baik resmi maupun independen) tersebut menjual berbagai macam rekaman-rekaman baik dalam bentuk piringan hitam, kaset pita, cakram padat, hingga merchandise band yang menjadi surga bagi para penikmat musik untuk mendapatkan rilisan terkini dari musisi atau artis idola mereka. Tua dan muda, mereka yang melihat musik sebagai sarana hiburan, kebutuhan, pelarian, cinta, benci, selera dan berbagai faktor lainnya, berkunjung ke toko musik dan mendapatkan rilisan yang diinginkan dari etalase yang menjajakan berbagai aliran musik lintas jenis adalah surga tersendiri.

Masih berdirinya sebagian kecil toko musik, meskipun dihimpit dari segala arah oleh layanan digital musik berbayar saat ini, tetap tidak akan mungkin merubah konsep bahwa musik dianggap sebagai objek fisik. Meski beberapa media mengharuskan kontak fisik seutuhnya untuk menikmati musik dengan mendengarkannya melalui rilisan fisik. Abad 21 merubah pandangan dan tata cara dalam menikmati musik. Hadirnya mp3, layanan digital hingga pelantar berbayar di internet telah merubah sebagian besar proses yang dulunya ditempatkan pada medium paling sempurna berbentuk pita kaset, cakram padat, atau piringan hitam. Meski sempat kembali semarak beberapa tahun ke belakang, sebagian besar penikmat musik saat ini hanya bermodalkan sentuhan jari atau tekan tombol saja. Mengingat kebutuhan akan rilisan dalam bentuk masih sangat tinggi begitu pula mengimbangi selera digital saat ini - sebuah terobosan terbaru mencoba mengkombinasikan dua hal itu. Kustomisasi dari pemutar lawas dengan seperangkat alat digital modern.

Dengan semakin berkembangnya era teknologi dan digital dari yang merambah segala bidang, musik tidak terlepas terkena dampaknya. Ada hal baik dan buruk dari hal ini. Baiknya, musik semakin mudah diakses siapa saja. Dampak buruknya, para musisi harus berupaya keras mengikuti selera zaman dengan segala kebutuhan instannya, namun tetap merilis karya musiknya dalam bentuk rilisan fisik bagi sebagian kalangan. Terbalik dengan masa jayanya, segelintir khalayak ini masuk dalam kategori minoritas namun tetap militan.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner