UJUNGBERUNG REBELS, PACEG DINA GALUR  THE BOOK REBELS!

UJUNGBERUNG REBELS, PACEG DINA GALUR THE BOOK REBELS!

Di ranah musik independen, ketika menciptakan sebuah musik, maka disadari atau tidak, kita juga ternyata sedang menciptakan infrastruktur yang akan mendukung keberadaan musik itu. Sejak berkembang akhir tahun 1980an, metal telah membuat banyak hal dalam upaya membangun dirinya. Ia melahirkan musisi-musisi handal, studio-studio musik, distro, zine dan media-media lainnya, kru, produser, pergelaran-pergelaran dari yang gerilya hingga yang akbar, studio sablon, juga satu sistem tatanan pemikiran serta manajemen baru. Ia menjadi inspirasi berkembangnya distro, kloting, dan juga menjadi jembatan yang membangun suasana jejaring kreativitas yang inklusif dan integratif. Ia berkembang, beregenerasi menciptakan satu struktur unik. Ia merangsang kelompok masyarakat lain, aparat pemerintah, kalangan swasta,  untuk melakukan gairah yang sama. Dan akhirnya, sebuah musik tidak hanya bernilai sebagai suatu karya seni belaka. Ia jauh lebih kompleks. Ia lalu menjelma sistem, struktur, nilai dan kaidah, serta budaya ranah di mana musik tersebut lahir dan berkembang. Ia menjelma menjadi satu wajah yang lengkap.

 

Di tahun yang ke-24 sejak ranah musik ini terbentuk tahun 1989 hingga hari ini, banyak sekali yang sudah dibuat oleh Ujungberung Rebels dalam upaya membangun komunitas dan ranah musiknya. Ia telah melahirkan aktor-aktor yang berperan di dunia musik nasional bahkan internasional, jejaring yang solid dan kekeluargaan, berperan di ranah kehidupan masyarakat yang lebih luas, dan terutama memiliki satu pandangan baru mengenai pembangunan komunitas yang sistematis, terhitung, terukur, dan tertata. Untuk itu, maka hal awal yang harus dibangun adalah narasi-narasi lengkap mengenai apa yang sudah dan akan kita kerjakan bersama. Buku Ujungberung Rebels, Panceg Dina Galur adalah salah satu upaya membangun narasi sejarah serta catatan-catatan harian terkini. Buku ini juga dibuat dalam upaya melengkapi sistem literasi dan merupakan manifestasi dari kampanye dokumentasi yang dilakukan oleh komunitas Ujungberung Rebels.

 

Kimung, sang penulis, mengalami semua fase kehidupan Ujungberung Rebels, dari awal hingga hari ini. Ia aktif terlibat di dalamnya, melahirkan karya-karya musik bersama Disinherit, Sonic Torment, Burgerkill, Nicfit, The Clown, Karinding Attack, dan Paperback. Kimung juga menulis tiga buku monumental babon sejarah Ujungberung Rebels yang juga berkorelasi kuat dengan Ujungberung Rebels, Panceg Dina Galur : Myself Scumbag Beyond Life and Death (2007), Memoar Melawan Lupa (2011), dan Jurnal Karat, Karinding Attacks Ujungberung Rebels (2011).” Sebelumnya, Kimung merilis buku fenomenal Tiga Angka Enam (2005), kisah-kisah ilustrasi lirik-lirik lagu karya Addy Gembel untuk bandnya, Forgotten, salah satu band pionir Ujungberung Rebels.

 

Buku ini adalah buku ke empat mengenai Ujungberung Rebels. Isinya adalah kisah sejarah sejak awal komunitas ini mulai terbentuk di tahun 1989 hingga kisah jurnal harian yang ditulis Kimung sejak tahun 2008—ketika buku ini mulai ditulis—hingga 28 Februari 2013, ketika ia memutuskan menyudahi kepenulisan buku ini. Di hari itu, Ujungberung Rebels, Panceg Dina Galur tebalnya mencapai 869 halaman; uraiannya juga menyeratakan berbagai kutipan dari kawan-kawannya sesama penulis di zine atau media lain, ratusan foto, gambar, desain, puluhan ilustrasi yang digoreskan oleh 16 penggambar The Illuminators. Ia dibantu oleh para editor Yusandi Ojel, Yasmin Kartikasari, dan Andrenalin Katarsis; bekerja sama dengan kru White Paper Class dan Creature of Earth dalam penggarapan desain tata letak buku dan sampul depan, serta kembali mempercayakan desain sampul jaket/bokset kepada True Megabenz. Kimung juga menyertakan aksara Sunda kuna yang ditulis oleh Sinta Ridwan dan Arief Budiman dalam 6 babad dan 26 bab buku ini, serta satu epilog yang ditulis oleh Prof. Dr. Bambang Sugiharto, berjudul “Produk Budaya dari Pinggiran.” Dalam proses riset, Kimung banyak sekali difasilitasi Common Room Network Foundation, sementara dalam proses produksi, ia mendapat dukungan penuh dari PT Djarum dan Atap Promotion.

 

Membaca buku ini kita akan disuguhi kisah 24 tahun sejarah Ujungberung Rebels, salah satu komunitas metal tertua dan terkuat di Indonesia; komunitas yang berasal dari kota pinggiran di ujung Kota Bandung paling Timur, Ujungberung, satu kawasan peralihan antara agaris dan industri, yang justru dalam segala keterbatasannya mampu memberikan iklim yang luar biasa bagi berkembangnya sebuah ranah musik yang patut diperhitungkan bahkan di dunia metal global.  Akan terkuak pula bagaimana kerja para aktor dan pola jejaring ranah musik metal yang terbentuk di Ujungberung Bandung, Indonesia, Asia, bahkan dunia melalui chaos pusaran metal Ujungberung Rebels. Bagaimana jalanan membentuk sistem ideologi, sosial, budaya, membangun tatanan ekonomi yang mandiri, sikap politik yang bebas dan merdeka, dan bagaimana semua terus bergerak, saling melahirkan dan membuat satu struktur generasi yang satu sama lainnya terus belajar, saling terjaga dalam semangat silihwangian.

 

Semua itu kemudian dijabarkan dalam satu ajaran Sunda kuna : Panceg Dina Galur. Konsisten pada komitmen. Dan konsisten tidak berarti statis, tapi dinamis dalam menyikapi perubahan di ruang dan waktu. Sementara komitmen bukanlah suatu hal yang kaku dan dingin, tetapi hangat dan memberikan kenyamanan di tengah gesekan-gesekan akibat begitu cepatnya dinamika yang terjadi. 

 

Dan kini, setelah komunitas ini mencapai usia hampir seperempat abad, dalam kesadaran akan satu masa panjang dengan begitu riuh rendah segala yang datang dan pergi, pelan-pelan kita menyadari bahwa sekecil apa pun itu, ia tetaplah sesuatu yang sangat istimewa, satu riak yang memperkokoh kisah kita bersama—kisah kita yang terus bergerak dan tak pernah diam.

 

Selamat membaca buku Ujungberung Rebels, Panceg Dina Galur!

 

Hajar terus jalanan! 

 


\M/ Minor Books \M/

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner