Tipe-X, Senior Musik Ska Berusia 22 Tahun

Tipe-X, Senior Musik Ska Berusia 22 Tahun

Tresno Riadi masih tak menyangka, band yang dulu ia dirikan kini sudah bertahan 22 tahun lebih. Ia tak menampik jika Tipe-X mungkin sudah melewati masa jayanya. Tugas mereka kini hanyalah bertahan selama mungkin, sambil terus membuat karya.

Tipe-X termasuk band yang membangun kariernya dari nol. Sempat ditolak banyak label, hingga diminta mengubah musik secara instan, adalah warna-warni awal perjalanan mereka. Sejak awal, Tipe-X bergerak dengan prinsip DIY (Do It Yourself). Semuanya serba sendiri. Saat sudah punya materi rekaman, mereka sempat berencana mau produksi sendiri. Lalu mereka iseng mengirim materi lagu ke label, bermodal nothing to lose – karena sadar musiknya tidak mainstream (waktu itu).

Di luar dugaa, ternyata mereka diterima. Langkah awal Tipe-X di industri musik, akhirnya dimulai ketika bergabung dalam major label dan merilis album bertajuk Ska Phobia (1999) – album yang benar-benar mengubah hidup Tipe-X sebagai sebuah band.

Sebelum muncul di televisi, Tipe-X adalah 'raja pensi' dan kerap tampil di acara-acara musik underground. Nama mereka mulai harum di kalangan penggemar musik ska di Ibu Kota pada akhir 1990-an. Namun, keputusan bergabung ke major label dianggap tujuan bermusik Tipe-X yang tak 'murni' lagi. Tak bisa dipungkiri, album Ska Phobia memang dirilis sewaktu dikotomi musisi major label dan indie begitu lebar. Ada gap yang begitu menganga antara musisi yang bernaung di major label dan musisi independen yang biasa tampil di acara komunitas bawah tanah kala itu.

Tipe-X mengalami fase di mana sebuah grup indie yang kemudian direkrut label besar mendapat cap pengkhianat. Tresno mengerti jika ada stereotip yang melekat pada musisi indie yang bergabung bersama major label kala itu. Mulai dianggap tidak punya posisi tawar, hanya menurut apa yang dihendaki label, mengubah musik demi memenuhi selera pasar, hingga dianggap melacurkan idealisme.

Kini, dikotomi musisi major label dan independen dirasakan Tresno sudah tidak relevan lagi. Tipe-X pun sudah tidak lagi bergabung dengan major label. Mereka kini tergabung dalam label independen, Bahaya Record. Sejauh ini mereka sudah memiliki tujuh album dan sedang menyiapkan album kedelapan. Tipe-X pun meluncurkan lagu “Cerita Tahun Lalu”.

Tresno tak menampik jika Tipe-X mungkin sudah melewati masa jaya mereka. Tugas mereka kini hanyalah bertahan selama mungkin sambil terus membuat karya. Salah satu caranya adalah tetap punya lagu bagus yang bikin sebanyak-banyaknya orang (baca: 2 juta followers-nya di akun Facebook) mau datang ke konser tunggal mereka suatu hari nanti. Bertahan lebih dari dua dekade dan terus menghasilkan karya bukan hal mudah. Tipe-X dituntut harus peka terhadap perkembangan. Mereka mencoba terus beradaptasi agar musik mereka tetap relevan dengan zaman.

Ternyata penggemar mereka kini beregenerasi. Penggemar mereka sekarang kebanyakan justru para remaja yang masih kecil (atau bahkan belum lahir) ketika Tipe-X sedang berada di puncak popularitas. Mereka mengaku kaget kala melihat penggemarnya masih pada ABG. Saat diundang di pensi SMP, mereka ikut nyanyi. Aneh dan bingung juga. Mungkin ini anugerahnya. Artinya, anak-anak zaman sekarang ada kemauan untuk mendengarkan band yang sudah bukan masa mereka.

Di samping faktor fanbase, kecintaan terhadap band ini juga membuat semangat mereka terus menyala. Ada banyak contoh yang ingin mereka tiru. Lihatlah bagaimana band ska senior seperti Madness atau The Specials yang masih lihai berjingkrak-jingkrak di atas panggung. Para personel Tipe-X sudah terlalu mencintai band ini. Selama 22 tahun, mereka baru sekali ganti personel, hanya di drum.

Sumber foto : Instagram Tresno Tipe-X

BACA JUGA - Dilema Bernama ‘Indie’, dan Prediksinya di Tahun 2018

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner