Tiga Band Jempolan Hangatkan Panggung DCDC Musik Kita

Tiga Band Jempolan Hangatkan Panggung DCDC Musik Kita

The Hollowcane, Myrrh dan Pop at Summer mampu menutup gelaran DCDC Musik Kita malam itu komplit, lewat pertunjukan musik, obrolan santai, sama pastinya perasaan lega, karena akhirnya para musisi ini bisa menyapa pendengarnya secara langsung

Masa pandemi mendatangkan satu kebiasaan/pola baru yang sejalan dengan perkembangan teknologi digital. Termasuk musik dan segala macam yang melatarinya. Hal tersebut kemudian mengerucut pada era baru menyaksikan pertunjukan musik secara virtual. DCDC menangkap itu jadi suatu cara menyikapi keterbatasan akibat larangan-larangan membuat keriaan akibat pandemi berkepanjangan. Musik tentu saja berhubungan erat dengan keriaan tersebut. Tapi meski begitu, rasanya selalu ada saja cara bersenang-senang dengan musik, meski hal tersebut hanya melalui gawai telepon pintar.

Adalah DCDC Musik kita virtual yang mengaplikasikan tentang era baru menyaksikan pertunjukan musik secara digital/virtual. Lebih kurang dua tahun berlangsung acara ini mendapat sambutan positif dari coklatfriends, meski ada saja komentar yang menyatakan ingin menonton pertunjukan musik secara langsung. Kerinduan menonton pertunjukan musik tersebut akhirnya terwujud tahun 2022, ketika rombongan DCDC Musik Kita virtual seperti kang Budi Dalton, Eddi Brokoli, dan Ayushi menyapa coklatfriends secara langsung, dengan sederet band-band keren yang mereka bawa.

Bertempat di Taman Kopi, Jalan Kolonel Masturi, Cimahi, Jawa Barat acara DCDC Musik Kita berlangsung, dengan menghadirkan The Hollowcane, Myrrh, dan Pop at Summer. Sama seperti coklatfriends lainnya, para penampil ini pun merasakan kerinduan yang sama terhadap suasana panggung live. Menyapa penonton secara langsung dan berinteraksi dengan karya yang mereka sajikan.

Uniknya, konsep DCDC Musik Kita AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) seperti yang tersaji di beberapa episode virtual masih bisa terasakan. Hal tersebut diaplikasikan lewat wawancara santai kang Budi Dalton dan Eddi Brokoli dengan The Hollowcane di dalam angkot. Bedanya, jika pada konsep virtual suasana terminal/jalanan terbuat dari properti studio, kali ini nampak natural karena memang ada di jalanan langsung. Hook nya sederhana, kang Budi Dalton dan Eddi Brokoli keliling mencari band bagus untuk tampil di DCDC Musik Kita, dan ketemulah The Hollowcane.

Namun, The Hollowcane tidak sendirian sebagai band yang menawarkan pola musik seru. Ada  juga Myrrh dan Pop at Summer yang menawarkan indie rock dan indie pop yang ciamik. Jika ada yang harus digaris bawahi tentang konsep ‘indie’ dari kedua band ini adalah tentang cara mereka meramu musik yang berada diantara romantisme 90an dengan musik modern yang kekinian. Apakah itu pop atau rock, selama keduanya bisa membangun ambience menarik maka keseruan menyelami itu tentu saja menyenangkan.

Myrrh dan Pop at Summer yang berada dalam wadah musik DCDC Shout Out ini menjadi semakin menegaskan jika DCDC cukup concern dengan keberadaan band-band baru potensial. Terlebih mungkin Myrrh yang baru terbentuk beberapa bulan sebelum mereka tampil di acara tersebut. Namun tidak lantas band baru, mereka kemudian terdengar amatir, karena selain karena dibentuk oleh personil lama wajah baru, musik yang mereka sajikan juga terdengar seru. Sangat terasa alteratif rock 90’s dengan kombinasi sound yang modern.

Menebalkan kata modern juga hal tersebut kemudian berbanding lurus dengan istilah dalam bahasa Indonesia, peremajaan. Satu hal yang kemudian diaplikasikan band Pop at Summer, dengan personil yang hampir semuanya baru dan ‘muda’. Hanya ada satu orang personil lama, Roni 'Smith' Tresnawan yang mengemban tugas meneruskan estafet band ini bersama Givani 'Avi' Maghfirah Putri dan Rifky 'KIIVV' Adam Rahman.

Menuliskan kata pop hal tersebut kemudian seakan sejalan dengan kata popular. Sebuah kata yang berbanding lurus dengan artian terkenal, mahsyur, atau apapun yang bisa kalian hubungkan dengan sesuatu yang besar dan raksasa. Namun jika mengistilahkan pada typical band-band ‘pop’ arus pinggir, nyatanya hal tersebut kemudian menemukan frasa berbeda dari artian pop ini. Masih sama-sama menyuguhkan nada-nada yang easy listening, namun nampaknya terasa lebih intim dan personal, karena tidak adanya pretensi untuk dinilai menjadi bintang pop yang masyhur. Pun begitu dengan apa yang disajikan Pop at Summer. Mereka nampak hanya ingin bermusik saja dengan membawakan lagu-lagu ringan dalam iringan jungly dan chorus tipis yang manis.

Dari rock ke pop, lalu berlanjut pada rock lagi, lewat penampilan dari The Hollowcane. Mengetengahkan musik indie rock dalam pola bermusiknya, The Hollowcane tampil eksploratif dalam setiap bangunan musiknya. Makin bertambah mengejutkan kala rombongan Ega MP cs ini mendaulat Angga Kusuma sebagai gitaris tamu pada malam itu.

Ditempatkan di akhir pertunjukan The Hollowcane mampu menutup gelaran DCDC Musik Kita malam itu komplit, lewat pertunjukan musik, obrolan santai, sama pastinya perasaan lega, karena akhirnya para musisi ini bisa menyapa pendengarnya secara langsung.

BACA JUGA - Tiga Warna Berbeda Tersaji di Gelaran DCDC Reggae Nation

View Comments (1)

Comments (1)

  • Myrrhband
    Myrrhband
    25 Jun 2022
    Hatur nuhun..
You must be logged in to comment.
Load More

spinner