Thrash Melengking di Album Mini Walker: 'Thrash To The Future'

Foto didapatkan dari Walker.

Sumber: akun Instagram Walker.

Segera siapkan blue jeans ketat, sepatu basket warna putih, sabuk peluru dan rompi perang yang penuh dengan emblem band favorit kalian, karena yang satu ini akan melemparkan kalian ke tengah keriaan arena moshpit. Lima pemuda tengil yang tergabung dalam band thrash metal bernama Walker akhirnya merilis album mini perdana mereka yang bertajuk Thrash To The Future. Album mini ini mengemas empat lagu dengan irama thrash metal / cross over, dirilis secara independen di bawah payung Walker Records.

Musik thrash dengan komposisi dua gitar yang harmonisasinya dibagi ke arah kiri dan kanan speaker menjadikan musik mereka terdengar padat. Sekilas, terdengar pengaruh musik dari Suicidal Tendencies, Anthrax, D.R.I., Stormtroopers Of Death di musik mereka. Ketukan drum cross over yang memadukan warna klasik punk dan ketukan klasik hardcore menjadikan musik Walker memang cocok dijadikan soundtrack untuk sekedar menghajar jalanan dengan skateboard atau BMX. Mengingatkan pada kejayaan skena thrash metal Bay Area, California di awal tahun 1990.

Yang menarik adalah teknik bernyanyi vokalis mereka yang terbilang sudah jarang dipakai oleh band-band thrash metal saat ini. Memadukan teknik harsh vocal dengan lengkingan high pitch ala Pavarotti, mengingatkan pada cara bernyanyi Joey Belladona (Anthrax) dan Mike Muir (Suicidal Tendencies). Jangan berharap lebih pada lirik yang mereka nyanyikan. Tidak ada yang bercerita tentang radiasi nuklir, kejamnya perang atau kekuatan jahat yang akan menguasai dunia. Ada satu berlirik Indonesia dan tiga berlirik Inggris. Lirik yang sederhana bahkan cenderung membosankan karena banyak pengulangan. Sepertinya memang disengaja, agar mudah dihafalkan dan bisa memancing situasi sing a long di penonton kala mereka tampil.

Kualitas rekaman di album mini ini lumayan nyaman di telinga; memang sound seperti apa yang kalian harapkan dari sebuah band thrash metal? Ini bukan album Afgan atau Judika. Mendengarkan album mini ini ibarat sudah menandaskan empat sloki, tiba-tiba musik berdistorsi berhenti, lampu terang dinyalakan dan arena moshpit bubar dengan tertib. We want more, motherf*ckers!