The Indorock Effect...

The Indorock Effect...

by: Bobby Agung Prasetyo

Kepiawaaan Andy Tielman misalnya, sang gitaris yang menjadi front man The Tielman Brothers, dalam mengocok gitar memang diakui banyak pihak. Tidak tanggung-tanggung, tidak kurang dari Fender, sebuah perusahaan gitar jazz bonafide, sempat membuatkan seri gitar ‘Jazzmaste’r, khusus untuk Andy Tielman. Sesuatu yang menunjukkan pengakuan atas sang master gitar yang memang hanya dikhususkan pada segelintir musisi dunia saja. Lebih jauh, permainan gitar mereka (terutama Andy) menginspirasi tidak hanya musisi Indorock lainnya, namun juga diakui membawa pengaruh bagi musisi lain seperti Elvis Presley, juga termasuk band-band Merseybeat sound, yang terutama dipopulerkan oleh The Beatles. Tidak kurang seorang George Harrison, gitaris The Beatles, mengidolakan Andy Tielman dan menyebutnya sebagai “The Indo-Man”.

Di masa-masa ini, ada kalanya Andy bahkan menutup kepala gitarnya dengan handuk, agar “trik khusus” yang ia gunakan tidak ditiru orang lain, yang tentu saja tidak selalu berhasil. Gaya panggung mereka, walaupun bisa jadi beberapa bagiannya “dicuri” dari gaya Spike Jones dan Bill Haley, namun kemampuan mereka “beratraksi” sambil tetap memainkan alat musik dan bernyanyi yang bisa membuat takjub orang Eropa masa itu, sebenarnya bukan hal yang baru bagi mereka yang terbiasa bernyanyi dan bermain musik sembari menarikan tarian tradisional saat masih berada di Indonesia. Apa yang dilakukan mereka, sanggup mentransformasi makna warisan kolonial menjadi tanda pembebasan. Lebih lanjut, sebagai diaspora, mereka sudah pasti dapat memunculkan identitas-identitas baru dan kompleks yang membutuhkan analisis yang baru pula.

The Tielman Brothers

The Crazy Rockers

Musisi Indorock yang umumnya adalah musisi hibrid ini juga kian menunjukkan betapa identitas itu niscaya bukanlah sesuatu yang mutlak, melainkan selalu dalam posisi tarik ulur yang senantiasa direkonstruksi terus-menerus. Identitas mereka tidak pernah mapan, sama seperti musik yang mereka usung. Seperti yang sudah jamak kita ketahui, keroncong itu sendiri bukanlah musik asli Indonesia. Ia adalah musik yang berakar dari musik Portugis yang disebut fado, yang dibawa ke Indonesia pada abad ke-16.

Respon negatif yang dilontarkan para kritikus musik Belanda terhadap penampilan The Tielman Brothers, mungkin tidak pula bisa kita pandang melulu dikarenakan aksi panggungnya yang tidak sesuai dengan norma-norma konservatif Belanda. Ada semacam ketakutan, ketika bagaimana musik dari “mantan budak” mereka ini ternyata diterima oleh publik Belanda dan Eropa secara luas. Dampak dari Indorock ini ternyata memang jauh lebih hebat dari yang telah dibayangkan.

*diolah dari berbagai sumber

The Tielman Family in Surabaya, Indonesia 1947 l/r: Jane, Reggy, Ponthon, Andy, Loulou, Mother Flora Lorine Hess, Father Herman Tielman

foto: istimewa oncik.blogspot.com websta.me thiroz.wordpress.com amerindo.berkeley.edu www.indischhistorisch.nl

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner