The Highway dan Kepekaan Rasa Dalam Karya Ciptanya

The Highway dan Kepekaan Rasa Dalam Karya Ciptanya

Tema sosial yang diangkat The Highway kemudian bermuara pada mini album Demos. Kata tersebut mempunyai arti masyarakat, di mana analogi dari masyarakat tersebut dinilai sejalan dengan tema yang ingin mereka angkat. 

Berdiri pada tahun 2015 lalu, band asal Bandung bernama The Highway menjalani setengah dekade perjalanannya dengan ragam dinamika menarik yang terjadi di tubuh band ini. Digawangi oleh Haddid (gitar & vokal), Ryan (bass), Indra (gitar), dan Dani (drum), ke empatnya menyajikan spirit musik punk yang erat kaitannya dengan anak muda, dengan balutan lirik-lirik yang berkisah tentang hal-hal krusial di era remaja, seperti misalnya tentang bullying yang mereka tuangkan dalam lagu berjudul “Makna”.

Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita, bassis mereka, Ryan menuturkan jika lagu “Makna” tersebut dilatari oleh situasi politik yang memanas ketika pemilihan presiden, ditambah dengan isu anti rasial tertentu yang terjadi di peta perpolitikan kala itu. “menurut kita hal itu ngga benar, dan kenapa kita menyuarakan itu, karena saya pikir itu isu yang sangat penting untuk diangkat. Jarang juga ada band yang berani menyuarakan hal itu. Tapi kita akhirnya memberanikan diri mengangkat itu”, ujar Ryan. Tidak hanya disajikan dalam format audio, lagu “Makna” juga dikuatkan dengan format visual berupa video klip, hingga kampanye yang mereka gaungkan tentang anti bullying ini bisa sampai karena dituangkan juga dalam bentuk video.

Tidak hanya tentang bullying, The Highway juga kemudian hadir pula mengangkat isu yang terjadi ‘hari ini’, seperti apa yang mereka tulis di lagu “Selamat Jalan”. Sang vokalis mereka, Haddid menuturkan jika lagu tersebut cukup krusial karena dilatari oleh kenyataan pahit tentang saudara dan teman-teman yang ‘pulang’ lebih cepat karena situasi pandemik. Satu hal yang kemudian ditambahkan oleh Ryan jika lagu “Selamat Jalan” dinilai cukup merepresentasikan situasi global saat ini, khususnya tentang covid 19.

Tentang tema-tema sosial tersebut juga kemudian bermuara pada mini album mereka yang berjudul Demos. Kata tersebut diakui oleh Ryan mempunyai arti masyarakat, di mana analogi dari masyarakat tersebut kemudian yang melatari penciptaan lagu-lagu The Highway. Karena dirasa punya ketertkaitan nama itu kemudian dipilih menjadi judul mini albumnya. Mini album ini sendiri berisikan lima buah lagu di dalamnya, serta satu buah lagu cover version dari legenda musik independen tanah air, Pure Saturday, berjudul “Elora”.

Tentang lagu “Elora” sendiri diakui oleh Ryan jika secara isian lagu tersebut cukup bisa merepresentasikan The Highway, ditambah romantisme yang dirasakan olehnya dengan lagu tersebut, “Elora” kemudian menjadi memorable, hingga hal itu membekas di benak Ryan. “buat anak 90an, pasti pernah lah nonton film yang judulnya “Catatan Akhir Sekolah”. Nah itu pertama kali saya dengerin “Elora” di film tersebut, dan reff nya nempel banget di saya, jadi terngiang-ngiang. Terus pas bikin album, jadi kepikiran kenapa kita ngga nyoba aja cover lagu dari band lokal. Kan kalo cover itu kita kaya menstimulasi lagi kemampuan kita bermusik dan mengubah lagu orang lain. Akhirnya kita kepikiran lagu “Elora”. Dan itu yang tadinya kita pikir mudah, ternyata susah juga, sampai ganti aransemen empat kali”, ujar Ryan, atau akrap disapa Beck ini.  

Di luar musik, The Highway juga termasuk band yang punya concern berlebih dengan yang namanya brand image, lewat apa yang mereka sajikan dalam desain artwork maupun logonya. Hal tersebut kemudian makin kuat mengingat Ryan merupakan seorang desainer, dan menjadi sejalan ketika di bandnya dia menemukan ‘arena bermain’ yang menyenangkan untuk menuangkan idenya secara visual.

“kenapa branding itu penting, karena itu yang membedakan antara satu dan yang lain. Makanya dari kita itu branding itu penting, kaya misalnya logo lah, dia harus nempel dimana-mana. Banyak lah band-band yang kuat secara image logo nya, kaya misalnya Blink 182 atau lokalnya kaya Slank lah itu kan kuat banget logonya. Nah selain itu juga itu dari mulai logo, artwork, dan kebutuhan visual lainnya harus sejalan juga dengan tema dan konsep yang akan disajikan si bandnya”, ujar Ryan menutup obrolan dengan DCDC.

BACA JUGA - Transisi Menarik Daily Novel, Dari Paramore Hingga Nyaman Jadi Diri Sendiri

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner