Tentang Perjalanan dan Kota Bekasi Melatari Jedakelana Lahirkan Karya

Tentang Perjalanan dan Kota Bekasi Melatari Jedakelana Lahirkan Karya

Transkrip wawancara oleh Harrymau

Jedakelana mengaku jika Bekasi lebih dari sekedar tempat yang indah, karena kota ini juga merupakan tempat mereka lahir dan juga banyak melahirkan musisi-musisi potensial yang layak diangkat ke permukaan

Jedakelana merupakan band bergenre pop kreatif asal Bekasi, dengan nuansa ballad yang sangat kental. Kini dengan personil yang terdiri dari Ardiansyah, Annabil, Ifan dan Nanang, Jedakelana mempunyai keinginan tersendiri untuk kota mereka yang dituangkan dalam karya, “Perantau dan Kotaku” dengan melodi yang mudah dinyanyikan, agar lagu ini mudah dicintai, layaknya harapan warga Bekasi yang ingin kotanya kembali menjadi loveable city.

Lebih jauh tentang lagu “Perantau dan Kotaku”, diakui oleh mereka jika lagu ini erat kaitannya dengan ungkapan yang mengatakan jika setiap kota adalah rumah bagi penghuninya, nyaman atau tidak nyaman, hal tersebut selalu sejalan dengan dinamika yang terjadi di kota tersebut. Selain itu, lagu ini juga sejalan pula dengan sebuah lagu berjudul “Siapa Suruh Datang Jakarta”. Sebuah lagu populer dari Manado, yang menyoroti tentang dinamika kehidupan para pendatang di kota seribu mimpi seperti Jakarta.

Seperti halnya Jakarta, Bekasi juga menyimpan harapan bagi banyak pendatang yang berharap menemukan ‘hidup’ di kota ini. Namun nampaknya karena banyaknya pendatang membuat pribumi alias orang asli Bekasi menjadi seperti tersingkirkan. Lebih kurang seperti itu bait lirik yang didendangkan oleh Jedakelana di lagu ini. Mungkin bisa dibilang sebuah curhatan personal dari si empunya lagu akan kondisi kotanya. Satu hal yang kemudian dikuatkan dengan musik vintage ala mereka, yang erat kaitannya dengan lagu-lagu era Koes Plus atau Panbers berjaya.

Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita, Jedakelana menturkan tentang awal mula bandnya berdiri, hingga segala macam dinamika dan keunikan yang mereka rasakan selama ngeband sejak pertengahan tahun 2019 lalu. Misalnya saja sang drummer, Nanang yang mengaku gabung Jedakelana dengan cukup unik kala dirinya diajak sang gitaris, Annabil untuk gabung bareng Jedakelana. Sebenernya sih kalo kisah intinya yah ka Bell (Annabil) tuh tiba tiba nge-DM saya. “Nang lu drummer yah” katanya, kata saya, iya. Terus tiba-tiba dia minta kontak WA, terus dijapri buat ngajakin ngejam. Yaudah kita ngejam, sampai akhirnya punya materi lagu sendiri. Ya udah akhirnya gitu aja sih terbentuknya”, ujar Nanang

Keunikan lainnya dari band ini juga bisa terasa dari musiknya, yang bisa dibilang punya mood cukup kuat ke arah musik vintage ala era 60 sampe 70an. Tentang hal ini diakui oleh mereka jika pada awalnya mereka menginingkan membuat sebuah band rock. Tapi karena secara skill diakui oleh mereka kurang mumpuni, jadi mereka memilih memainkan musik yang sederhana, namun mengena.

“kalo soal musik, justru kita punya latar belakang yang berbeda, tapi kalo buat influence sebenernya ada juga kesamaannya, kaya misalnya The Beatles dan Roling Stones lah. Tapi kalo yang namanya adaptasi pasti ada. Saya kan dari awal kan main metal gituh, terus ada juga yang main punk, hardcore, sampai ska. Jadi sebenarnya ga ada yang mainin musik kaya yang sekarang kita mainin. Sebenernya sih pendewasaaan bermusik sih yah”, ujar Nanang, yang juga diamini oleh semua personil.

Cerita unik lainnya kemudian berlanjut pada lagu mereka, “Perantau dan Kotaku”, di mana menurut Annabil lagu itu dilatari oleh pengalamannya sebagai buruh pabrik. Kebetulan saya kan waktu itu sempet jadi buruh pabrik beberapa tahun. Saya ngerasa kita tuh sebenernya belum sepenuhnya enak di negara kita sendiri, makanya ada penggalian lirik itu yang “pribumi tersisihkan dari peradaban” di “Perantau dan Kotaku”. Tapi kalo keseluruhan sih tentang keresahan pribumi di Indonesia tuh yaka gini”, ujar Annabil.

Selain itu, menyoroti pula kata Kelana dalam nama bandnya, diakui oleh mereka jika kata tersebut dipilih selain karena mereka anggap keren, kata Kelana juga bisa berjalan lurus dengan arti kelananya itu sendiri, yakni tentang perjalanan. Hal tersebut kemudian cukup relevan pula dengan analogi mereka yang menganggap jika band adalah sebuah perjalanan, lengkap dengan semua dinamika yang melatarinya. Sampai akhirnya perjalanan tersebut berakhir di sebuah rumah nyaman tempat melepas lelah, yang dalam konteks ini adalah kota Bekasi, tempat mereka semua tinggal.

Mendapati pertanyaan tentang itu, Jedakelana mengaku jika Bekasi lebih dari sekedar tempat yang indah, karena kota ini juga merupakan tempat mereka lahir dan tidak bisa dipandang sebelah mata juga, karena salah satunya kota ini juga banyak melahirkan musisi-musisi potensial yang layak diangkat ke permukaan. Selain itu, mereka juga menganggap kota Bekasi adalah tempat mereka belajar banyak hal, dari mulai pendidikan formal, sampai akhirnya mereka dikenalkan dengan dunia musik dan terjun langsung sebagai musisi di wadah Jedakelana.

BACA JUGA - Desir Ombak Kreasi Irama Pantai Selatan Lewat ‘Dendang Samudra’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner