Tentang Munthe, Visi Bermusik, dan Apakah Dia Keberatan Dibandingkan Dengan Fiersa Besari?

Tentang Munthe, Visi Bermusik, dan Apakah Dia Keberatan Dibandingkan Dengan Fiersa Besari?

Selain merambah ke ranah penulisan lirik berbahasa Indonesia, secara musikalitas juga Munthe mengalami eksplorasi cukup signifikan, lewat sederet nyala kreasi yang coba dia dan beberapa musisi di belakangnya terapkan dalam karya Munthe. Mungkin eksplorasi itu lebih ke leveling aja gitu secara musikalitas, ditambah lagi sekarang teknologi sudah semakin maju, jadi saya juga pengan mencoba sesuatu yang baru. Hal tersebut kemudian saya aplikasikan di materi-materi terbaru saya dan menjadi pembeda juga dengan album saya sebelumnya. Jadi pada intinya lebih banyak eksplorasi itu karena ingin meningkatkan leveling secara musikal, walaupun secara garis besar masih ada nuansa elektonik yang kental juga. Selain pendewasaan dalam berkarya, saya juga lebih seneng synthesizer gitu sekarang makanya sekarang itu lebih dominan di karya terbaru saya”, ujarnya menjelaskan tentang eksplorasi musikalnya.

Ketika ditanya lebih jauh tentang penulisan lirik, Munthe menuturkan jika secara penulisan juga dirinya melakukan eksplorasi, baik secara tema maupun pendekatan personal, dengan perspectif yang dia jabarkan dalam lagunya. “Kalau perbedaanya mungkin yang album pertama itu banyak tema yang ngomongin cinta, tapi lebih kepada cinta yang bias kepada seseorang. Ya soal cinta yang bikin sakit hati, atau kehilangan seseorang yang kita cintai. Di album kedua ini sebenarnya masih sama dengan tema yang sebelumnya, tapi dengan makna yang lebih luas lagi, contohnya kaya lagu “Home”. Itu sebenarnya lagu cinta juga, namun spesifik kepada keluarga dan rumah, sebagai tempat yang nyaman untuk keluarga saya. Jadi temanya masih sama cinta, tapi mungkin kalo sekarang lebih luas lagi lah definisi cintanya itu.

Munthe yang pada awal kemunculannya kerap tampil sendiri, rupanya sedikit mengubah konsep panggungnya dengan tampil full band. Dulu itu tahun 2013 saya ada kesempatan untuk main di event besar, terus saya di kasih saran “gimana nih kalo Munthe tampil dengan full band”. Akhirnya saya mencoba menerima saran itu. Untuk pemilihan playernya saya mencari orang yang memang suka dulu sama musiknya Munthe, nah setelah itu ketemu lah sama berbagai orang yang dari genre atau scene musik yang berbeda. Karena semangat saling supportnya tinggi, terus juga karena itu tadi, saya melihat basic suka kemusiknya dulu deh, nanti untuk proses blanding bermusiknya itu akan lebih gampang”, ujarnya tentang alasan kenapa dia memilih format full band.

Menariknya beberapa musisi yang terlibat dalam proses kreatif bersamanya datang dari scene musik yang berbeda, seperti salah satunya Sani, drummer grup musik Jeruji. “Kebetulan aja saya ketemu sama Sani yang mana dia bermain disiplin musik yang berbeda, terus ketemu dengan Paul dan Doni yang mereka basicnya lebih ke jazz. Sampai yang terbaru, saya dibantu sama mas Adi Ex stars and rabbit, yang baru sama musik dengan musik seperti yang saya mainkan. Untuk mengajak mereka itu akhirnya proses kreatifnya lebih flowless aja gitu, lebih ngalir ga ada tantangan yang sulit.  Karena merasa cocok dengan format ini, akhirnya Munthe saat ini lebih nyaman dengan format full band gitu. Karen supaya lebih memberikan experience baru juga sih ke pendengar, yang biasanya denger musik Munthe dengan sequencer saja. Sekarang mungkin untuk temen temen yang ngedenger atau nonton live performing Munthe merasa lebih mersakan pengalaman baru lah.  

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner