Sukabumi Underground dan Riot Room yang Mengubah Jalan Hidup

Sukabumi Underground dan Riot Room yang Mengubah Jalan Hidup

Tongkat estafet regenerasi sudah dimulai dari sejak jauh hari, bukakanlah terus pintu untuk mereka dan tetaplah yakin Sukabumi Underground akan mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik suatu hari nanti

Setiap saya melewati Jl. Veteran II No. 2, Suakabumi selalu saja ada kenangan yang tak bisa dilupakan, walau puluhan tahun sudah berlalu, tetap saja bangunan apotek yang tepat berada disebelah Gedung Juang 45, Kota Sukabumi itu menjadi salah satu bagian perjalanan berharga. Dari sana awal mula saya memulai, di tempat itu pula saya mengenal apa itu ‘underground’.

Walaupun jarak tempuh dari tempat tinggal saya ke Tugu Adipura Kota Sukabumi sejauh 8.9 km dengan rute tercepat kurang lebih 20 menit, tapi selalu, setiap Sabtu sore saya sempatkan bertemu sahabat-sahabat saya disana. (*Tugu Adipura Kota Sukabumi, berdekatan dengan apotek tempat kami biasa bertemu.)

Malam baru saja dimulai, anak-anak muda gondrong dan berpakaian serba hitam tampak berdatangan, tapi ada yang berbeda, saya rasa waktu itu hanya saya dan tiga sahabat saya yang berambut pendek (Samsu, Riky, dan Irdat) disana. Walaupun begitu, pentolan-pentolan komunitas ini selalu menyambut baik kehadiran kami, sampai hari ini saya selalu ingat, waktu itu ada Sahril, leader dari band Infinity Path, Halim, frontman band Fatality, Sumarna, bassis band Darkness, dan Eko, gitaris Zalzalah/eks-Injected Sufferage yang selalu asyik untuk saya ajak ngobrol sekelumit  tentang “silsilah” underground kenapa bisa ada di Sukabumi, siapa yang bawa pergerakan itu kesini, dan siapa yang pertama kali memulainya. Itu jadi bagian terbesar rasa penasaran saya.

Karena kondisi pada waktu itu sumber-sumber dari internet/media sosial masih sangat kurang, belum seperti sekarang. Namun meski begitu saya terus ulik lebih dalam, dari satu tempat ke tempat tongkrongan lain saya datangi, ada Risris dari band Krang! dan Odang dari band Sweet Mother God di Gudang Bawah Tanah, Armed dari band Truth Of The Fact (band hardcore pertamanya) dan Oki (adik Amet) ini biasanya dulu kerap nongkrong di Gudang Bawah Tanah, Jl. Mayawati, Sukabumi, Faris dan Ege di depan toko Lee Ming/Green Wall, Erick, Yosep dan almarhum Jahun dari Bolonk,  Miranti Boreel, Marley dan anak-anak grunge yang tongkrongannya di depan Yogya Dept Store Sukabumi. Mereka semua sangat berdedikasi untuk Sukabumi Underground.

Waktu berlalu begitu cepat, diantara kami banyak yang sudah berubah, ada yang datang dan pergi, tapi tidak dengan Sukabumi Underground, dalam rentang waktu 20 tahun terlewati, dari sejak saya mengenalnya dikota kelahiran saya Sukabumi . sampai hari ini Sukabumi Underground masih berusaha  menggeliat kuat dengan ganasnya gempuran dari kota-kota besar disekitarnya.

Walaupun terkesan naif, perjalanan mengajarkan setiap kita untuk selalu melakukan sesuatu dengan tulus tanpa keterpaksaan, apalagi jangan sampai memanfaatkan kelemahan dan ketidaktahuan orang lain diskenamu sendiri untuk kepentingan pribadi, itu namanya pengkhianatan. Mencintailah sepenuh hati hingga menggumuli setiap desah nafasnya sampai klimaks, kamu pasti akan bahagia.

Tongkat estafet regenerasi sudah dimulai dari sejak jauh hari, bukakanlah terus pintu untuk mereka yang tetap “haus” akan keberadaan ‘underground’ di Sukabumi dan tetaplah yakin Sukabumi Underground akan mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik suatu hari nanti.

Menggaris bawahi tentang tongkat estafet regenerasi, tahun 2012 gigs di skena Sukabumi Underground sangat jarang terealisasi, karena adanya regulasi dari pemberi kebijakan pada waktu itu yang sedikit menghambat laju pergerakan disini.

Namun untuk kami yang militan tak jadi soal. Saya dan Bayu, drummer saya di band Inhumanity  waktu itu, tercetus ide untuk meramaikan lagi studio gigs. Kebetulan dirumahnya, Bayu sudah lama buka studio musik (Studio Leo) di rumahnya, dibilangan Jl  Bhayangkara, gang Dewa, yang terbilang sangat strategis.

Selang seminggu dari obrolan, sambil minum ‘sinar kuah rembulan’ kesukaan Bayu, kami memulai menginisiasi Riot Room Studio Gigs yang pertama bertajuk “Here We Stand Together”, 29 September 2012. Antusiasme teman-teman dari skena punk hardcore dan grindcore sangat terasa. Euphoria begitu luar biasa, di mana hal itu menjadi ajang temu kangen dan pelampiasan ekspresi di arena moshpit dalam studio musik yang tidak terlalu besar luasnya. Setiap mereka yang datang merasakan keseruannya

Riot Room hanya berlangsung tiga kali (September, Oktober dan November 2012 ) di studio musik milik Bayu, karena ada serangkaian kejadian yang kurang mengenakan dari beberapa “oknum”  kawan-kawan yang lepas kontrol, dari mulai pintu studio musik yang hancur, amplifier yang jebol kena “tendangan maut”, sampai yang jackpot dan “tidur pulas” disepanjang jalan gang Dewa itu. Akhirnya untuk kenyamanan warga di gang Dewa maka waktu itu Riot Room kami stop.

Enam tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2018, setelah keadaan mulai stabil dan gigs underground mulai banyak lagi saya mengajak Bayu untuk membawa Riot Room “keluar” dari studio musik, sampai akhirnya hal itu terealisasi tanggal 29 Juli 2018 yang kita selenggarakan di Rumah Mesra, Sukabumi dengan tagline Grind To The Bones.

Kami mengajak beberapa band sahabat kami dari luar kota seperti Nicrov dari Jakarta, Total Damage dari Jakarta, serta Tyranny dari Bekasi. Acara super duper meriah dan penuh keakraban dan dari sanalah network friendship kami semakin terbuka.

Pada akhirnya Riot Room meleburkan diri menjadi bagian perjalanan sebuah inisiasi kolektif yang di gagas saya, Bayu, Astorik Subandi ‘Tyranny’, Samsu ‘Inhumanity’, Abah ‘Sukabumi Music Store’, Antonius ‘The Wkwkwk’, Adis ‘Camouflage/Hallimun’ lewat wadah bernama Ears Pollution. Kolektif tersebut hingga sekarang detak jantungnya masih berdenyut, bahkan sampai merambah studio recording, ini tak lain adalah untuk menjaga keberlangsungan spirit Sukabumi Underground secara kolektif.

Saya bangga pernah menjadi bagian perjalanan Riot Room dan Ears Pollution (era-era awal) yang hadir ketika gigs mati suri di Sukabumi.

BACA JUGA - Merangsek Masuk ke Dalam Skena

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner