Song Review : Yura Yunita – “Kangen” & “Risalah Hati”

Song Review : Yura Yunita – “Kangen” & “Risalah Hati”

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Yura Yunita

Yura melakukan ‘tugas’ nya dengan baik, meski hal itu harus ditebus dengan kritikan para penggemar fanatik Dewa 19 yang hidup dalam romantisme aransemen musik aslinya

Tahun 2014 menjadi catatan tersendiri bagi Yura Yunita, di mana pada tahun tersebut untuk pertama kalinya dia memperkenalkan diri sebagai seorang penyanyi. Tidak sendirian, Yura Hadir dengan menggandeng Glen Fredly sebagai produser eksekutif, sekaligus kolaborator yang berhasil memunculkan nama Yura ke permukaan. Kiprahnya dalam hal tarik suara membawanya memenangkan Best Female Singer versi HAI Magazine tahun 2014 dan albumnya terpilih menjadi 6 besar Album Indonesia Terbaik menurut Rolling Stone Indonesia.

Yura yang selama ini dikenal dengan lagu-lagu cinta seakan menguatkan anggapan jika tema semacam ini masih dan mungkin akan terus menjadi primadona, mengingat perannya yang sering berhubungan langsung dengan pendengar karena alasan personal. Bukan tanpa alasan jika pada akhirnya Yura nyaman menyanyikan lagu-lagu cinta sebagai kekhasan dalam pola karyanya, mengingat lagu-lagu cinta bahkan sudah dibuat sejak 4000 tahun lalu di daerah diantara Sungai Tigris dan Efrat. 4000 tahun setelahnya lagu cinta masih jadi primadona bagi banyak musisi dalam berkarya. Ada yang dengan gamblang menuliskan kata cinta dalam judul dan lirik lagunya, namun ada juga yang menganalogikan cinta dengan interpretasinya masing-masing. Dalam hal ini, Yura menyajikannya dengan teknik, penjiwaan, serta interpretasi yang all out, baik dari suara, stage act, hingga kepiawaiannya ‘membius’ pendengar.

Menarik garis waktu ke tahun 90an, Dewa 19 menjadi satu diantara sekian band yang berhasil menyajikan lagu cinta dengan suguhan matang dan musikalitas mumpuni. Tidak hanya piawai dalam menyampaikan perasaan dalam bentuk nada, Dewa 19 juga kemudian mencuri perhatian dengan semua pola kreasinya. Dua diantara sekian banyak lagu Dewa 19, “Kangen” dan “Risalah Hati” menjadi lagu populer milik Dewa dengan olahan rasa dan teknikal musik sangat baik, lengkap dengan cara Dewa 19 memberi hook menarik dalam bagan lagunya, dari mulai progresi chord hingga interlude nya (khususnya lagu “Kangen” dengan permainan gitar berkelas dari sang gitaris, Andra Ramadhan, IMHO).

Seakan mengamini jika lagu cinta menjadi satu hal krusial bagi pola kreasi yang dirayakan oleh Yura dan Dewa 19, keduanya kemudian disatukan lewat lagu “Kangen” dan “Risalah Hati”. Dua lagu yang bisa dibilang menjadi catatan penting bagi Dewa 19, mengingat dua lagu itu mewakili era transformasi Dewa 19, dari mulai era Ari Laso (dengan lagu “Kangen”) dan Once (dengan lagu “Risalah Hati”). Yura mengemban tugas berat karena harus bisa menyajikan estetika menarik dari hal-hal esensial yang dipunyai Ari Lasso dan Once. Lantas apakah Yura berhasil?

Lepas dari lagu-lagu yang dibuat Dhani punya pilihan notasi dan perpaduan chord yang unik, lagu tersebut juga punya ‘ruh’ yang riskan jika tidak disajikan dengan penghayatan yang ‘benar’. Yura mampu mengemban tugas sebagai penyaji lagu itu lewat penghayatan yang berbanding lurus dengan teknik vokalnya. Beberapa improvisasi yang dia buat makin menguatkan isian lagu tersebut, meski beberapa menganggap Yura terkadang ‘berlebihan’ dalam menyampaikan notasi lagu itu, yang sebenarnya sudah sempurna dari sejak awal diciptakan. Namun tidak lantas mengurangi esensi lagu tersebut, dan sebaliknya dua lagu itu jadi punya warna baru, meski dibelakangnya Ahmad Dhani masih menjadi ‘mandor’ yang mengawasi cara Yura menyajikan lagu miliknya itu.

Permainan orkestra dalam sebuah sajian musik terkadang bisa jadi pertaruhan tersendiri, antara menjadi megah atau memaksakan. Lagi-lagi Yura mengemban tugas berat untuk bisa menyajikan lagu dari Dewa 19 tersebut dengan iringan musik orkestra. Menjadi layaknya seorang Diva, Yura kemudian mengerahkan semua kemampuan bernyanyi nya di lagu ini. Secara objektif, jika dilihat dari hal-hal teknis, Yura melakukan ‘tugas’ nya dengan baik, meski hal itu harus ditebus dengan kritikan para penggemar fanatik Dewa 19 yang hidup dalam romantisme aransemen musik aslinya. Selayaknya cinta pertama, semua estetika menarik di dua lagu itu sudah terbentuk sejak pertama kali lagu itu diperkenalkan. Jadi ketika Yura hadir dengan aransemen musik berbeda, maka bukan tidak mungkin kehadirannya bisa menghapus romantisme yang dirasakan si pendengar lama.

Nasib serupa juga menimpa Pamungkas, yang juga mendapat ‘kritikan’ dari para Baladewa yang merasa jika lagu “Cintakan Membawamu Kembali” baiknya hanya diiringi oleh suara piano yang otentik saja. Tidak dengan squencer, synthesizer, or whatever you named it yang mengindikasikan pada predikat ‘musik kekinian’. Sialnya, baik Pamungkas maupun Yura menjadi yang paling pertama disalahkan atas perubahan aransemen lagu Dewa 19 ini. Padahal dibaliknya sang master mister Ahmad Dhani masih punya andil besar sebagai ‘sutradara’, yang mengarahkan musik lagu-lagu daur ulang Dewa 19 tersebut.  

Balik ke pertanyaan tentang apakah Yura berhasil membawakan dua lagu itu? Secara objektif, iya dia berhasil, mengingat Yura merupakan penyanyi dengan musikalitas tinggi. Terkecuali bagi pendengar lama yang merasa jika dua lagu tersebut hanya bisa terasa ‘ruh’ nya dengan aransemen aslinya saja. Tanpa orkestra, tanpa improvisasi vokal, dan tanpa hal-hal lainnya yang ‘kekinian’. Para pendengar lama hanya ingin bernostalgia dengan kisah yang mereka rasakan dengan dua lagu ini. Mau bagaimana lagi, anggapan tentang seseorang yang berusia di atas 30 tahun hanya akan mendengar lagu-lagu era mereka masih remaja rasanya benar adanya, karena lagu bukan lagi perkara teknis semata, melainkan rasa yang ada di dalamnya. Sederhananya, untuk pendengar baru akan mengatakan yes untuk aransemen baru ini, dan sebaliknya, no, untuk pendengar lama. Ngga tahu kalo mas Anang.

BACA JUGA - Song Review : Ayat Astral – “Manic”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner