Song Review : PVLETTE – “Kembali Hidup”

Song Review : PVLETTE – “Kembali Hidup”

Lewat lagunya PVLETTE membawa memoar manis kala emo berjaya, ketika berjibaku dengan cibiran sekitar lewat ejekan musik cengeng. Padahal jika bertanya lebih jauh lagi pada diri sendiri, memangnya siapa diantara kita yang tidak pernah menangis?

Tagar Make Emo Great Again rupanya masih berlanjut dan mencapai episode baru kala sebuah grup musik bernama PVLETTE menguatkan itu lewat single mereka yang berjudul “Kembali Hidup”. Menambahkan kata emotional dalam persona yang mereka buat, grup musik satu ini mengimani jika hal-hal emosional selalu berbanding lurus dengan ‘Emo’. Seperti halnya lagu punk atau hardcore yang identik dengan lirik “lawan”, emo kemudian memilih kata “tangis” dalam lagu-lagunya. Pun begitu dengan yang ditulis PVLETTE dalam lagu “Kembali Hidup”.

Seakan menguatkan emosi yang ingin mereka sajikan, lirik tangis jadi sebuah amunisi yang pula mengamini apa yang pernah dikatan oleh Joseph Roux jika air mata mempunyai kekuatan seperti kata-kata, juga air mata akan menjadi tawa bahagia yang akan selalu dirindukan, seperti yang Hardy Zhu katakan. Tidak sampai disana, Buya Hamka juga mengatakan jika air mata berasa asin karena air mata adalah garam kehidupan. Dan masih banyak lagi yang bisa dituliskan tentang tangis, air mata, dan kenapa hal ini punya makna kuat dan dalam. “Tertahan Tangisku Terbebani Ragu, Ku butuh sedikit waktu”, begitu ujar mereka dalam lagunya.

Secara produksi lagu ini dikemas dengan produksi rekaman yang baik, terlebih pada bagian chorus ketika sang vokalis merapalkan lirik penuh luapan emosi, yang dengan semua interpretasi yang mereka sajikan mampu tersampaikan dengan baik. Lepas dari apakah saya bisa related atau tidak dengan lirik dan musiknya, secara objektif musik dan produksi rekaman yang mereka buat patut diapresiasi positif.

Lewat lagunya mereka membawa memoar manis kala emo berjaya pada tahun 2000 awal, terlebih jika memang pendengar merasakan era tersebut. Berjibaku dengan cibiran sekitar yang mengatakan emo sebagai anak tiri musik hardcore yang cengeng, padahal jika bertanya lebih jauh lagi pada diri sendiri, memangnya siapa diantara kita yang tidak pernah menangis? Untuk momen-momen tertentu kita akan menangis. Ketika ayah saya meninggal, dan bertahun kemudian anak saya lahir, saya menangis. Berada di situasi sedih dan bahagia yang kemudian dituangkan dalam sebuah tangisan, membuang jauh Toxic masculinity yang biasa digaungkan banyak lelaki, yang padahal kerap menangis sendirian dalam kamar.

Musik emo yang biasanya berhubungan erat dengan dilema asmara remaja, kemudian dibawa lebih jauh oleh PVLETTE dengan mengetengahkan cerita tentang tekanan yang dirasakan oleh seorang anak sulung. Tentu tidak mudah menjadi panutan dengan semua beban yang disematkan, karena pada dasarnya hidup terlalu singkat untuk dihabiskan buat memenuhi ekspektasi orang lain. “pada akhirnya ekspektasi yang pelan-pelan akan membunuhmu”, begitu ujar seorang teman, yang memutuskan untuk tidak lagi menaruh harapan dan ekspektasi akan hidupnya.

Ah saya terlalu jauh dan larut dalam lagu ini. Lepas dari itu, musik atau lagu-lagu semacam ini menyenangkan untuk didengarkan, karena seperti yang ditulis Paul McCartney dalm lagu “Hey Jude”, katanya lagu sedih akan membuat kita lebih baik. Saya tidak tahu apakah lagu PVLETTE masuk kategori lagu sedih atau tidak, tapi yang jelas dengan penulisan lirik personal semacam ini akan memungkinkan pendengar merasa ada teman. Seakan PVLETTE bicara dengan pendengarnya jika dia tidak sendirian. Lagu dengan isian personal bisa jadi ajang refleksi diri dan mungkin pada outputnya bisa mengubah seseorang menjadi orang yang baru.

Pada akhirnya kita tahu jika musik tanpa lirik yang baik hanyalah sebuah hiburan semata, namun jika musik ditambah dengan lirik yang baik musik kemudian jadi punya sesuatu yang ingin disampaikan. When music got something to say, musik kemudian punya nyawa yang bisa menghidupi banyak orang yang mendengarnya, karena musik bisa menggerakan, dan lebih dari itu, musik bisa menggetarkan.

BACA JUGA - Song Review : Harlan Boer – “Siapa Saja Merekam Pop”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner