Song Review : Phinisi East Kingdom – “Stronger”

Song Review : Phinisi East Kingdom – “Stronger”

Selain perpindahan dari gaya RnB ke rock yang 'mulus' Phinisi East Kingdom, Winky Wiryawan, dan Agis Kania  juga berhasil membuat rhythm section yang solid di lagu ini 

Masuk bulan Agustus hal tersebut kemudian sering diidentikan dengan sebuah kata “merdeka”, atau kemerdekaan atau kebebasan. Bukan tanpa alasan kenapa akhirnya bulan Agustus menjadi identik dengan kemerdekaan, atau pun kebebasan, mengingat pada bulan inilah, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara yang berdaulat dan merdeka. Menghubungkan semangat tersebut dengan musik, hal itu kemudian mengerucut pada sebuah lagu berjudul “Stronger” dari sebuah band bernama Phinisi East Kingdom, yang kemudian menggandeng nama musisi Winky Wiryawan (gitar) dan Agis Kania (vokal) sebagai kolaboratornya di lagu ini. Lewat lagu ini mereka berhasil menggambarkan apa itu “Music For Freedom” dengan semua kebebasannya dalam meramu musik di lagu “Stronger”.

Trio unik ini menghadirkan musik rock yang mengajak pendengar bernostalgia mengenai era yang lalu, ditambah dengan vokal merdu dan produksi modern. Hadirnya dua kolaborator, Winky Wiryawan dan Agis Kania juga mampu menciptakan kolaborasi menarik pada musik yang mereka buat di lagu ini. Winky membawa energi yang khas dengan warna gitar elektrik yang menarik, serta suara dari Agis yang sanggup menjadi partner duet untuk vokalis Phinisi East Kingdom.

Adanya perpaduan genre musik berbeda di lagu ini juga terasa ‘mulus’, di mana satu sama lain saling mengisi tanpa terdengar maksa. Peralihan dari musik RnB dengan kekhasan suara Agis kemudian berpindah haluan menjadi terdengar lebih ngerock di bagian chorus lagu, serta bertambah tebal dengan riff-riff gitar yang dimainkan Winky, hingga mencapai klimaksnya saat Winky didaulat memainkan melodi pada bagian interlude nya. Sedikit saja Winky memberi solo gitar, namun mampu mencuri pendengaran, karena berhasil memberi nyawa kuat di lagu ini. Bayangan tentang namanya yang identik dengan embel-embel DJ, di lagu ini Winky seakan melepaskan hal itu dan kembali ke masa mudanya yang punya ketertarikan berlebih dengan musik rock (bahkan metal, jika melihat dari beberapa unggahan akun instagramnya).

PEAK sendiri pastinya punya peranan penting dalam menyajikan lagunya terasa ‘kaya’ dalam olahan musiknya. Selain perpindahan dari gaya RnB ke rock tadi mereka juga berhasil membuat rhythm section yang solid, dari mulai bass dan drum yang ‘kawin’, dengan ditingkahi teknik slap yang tepat guna, serta permainan drum yang groovy, hingga menjadi benang merah di lagu ini. Musik dengan pondasi yang kuat tersebut kemudian makin terasa lebih solid dengan karakter vokalis PEAK yang bertenaga namun terasa pas ketika berada di wilayah RnB dan Rock. ‘Ngeblend’, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan warna si vokalis, yang bahkan ketika berduet dengan Agis Kania pun terasa pas dan tidak jomplang.

Padahal hal tersebut bisa menjadi riskan jika salah satu vokalis ingin mendominasi, hingga memunculkan keinginan untuk mengedepankan warna suaranya. Untungnya meski sama-sama memunculkan kekhasan warna vokalnya, hal tersebut tidak menjadi tumpang tindih. Apalagi musiknya terbilang cukup ‘penuh’. Jadi jika saja kedua vokalis itu tidak bisa membuat harmoni yang pas maka antara musik dan vokal akan terasa kusut atau dalam istilah bahasa sunda, ‘pabeulit’. Untungnya hal itu tidak terjadi di lagu ini.

Lagu yang secara lirik mempunyai ‘misi’ untuk menyebarkan positivitas ini terasa sejalan dengan aransemen yang cukup membangkitkan lewat dinamika, ritmis yang solid, hingga olahan musik electronic dan distorsi yang menyalak dari gitar mampu ‘dikawinkan’ dengan baik. Enerjik dan banyak memberi ruang untuk pendengar meluaskan pikiran hingga tergerak untuk larut dalam lagu ini. Bebas berekspresi dengan interpretasi masing-masing akan lagu ini. “Stronger” mampu menjadi trigger untuk pendengar untuk -setidaknya- lebih bersemangat menjalani hari. Padanan musik enerjik dengan teknik rekaman yang baik menjadikan lagu “Stronger” menjadi alternatif pilihan agar tetap bisa waras dengan musik, meski hidup di ‘hari ini’ berhubungan erat dengan kegamangan dan ketidak pastian akibat pandemi yang berkepanjangan. Namun, lagi-lagi musik mampu memainkan perannya sebagai penghibur bagi pendengarnya.

Sedikit intermeso, satu hal yang cukup mengganggu -In my humble opinion– sebenarnya terletak di luar cara mereka bermusik, namun di luar itu perihal persona yang PEAK buat. Seakan meneruskan konsep ‘personal image’ yang dibuat band-band semisal Kiss hingga Slipknot, PEAK pun muncul ke permukaan dengan persona misterius lewat topeng yang mereka kenakan. Sayangnya, menurut saya (dengan segala kerendahan hati) hal itu kemudian terasa sedikit memaksakan. Berbeda dengan musiknya yang mengalir, untuk urusan persona dan citra yang mereka buat, sayangnya hal itu tidak semengalir dan ‘sejujur’ musiknya. Mungkin andai mereka ditunjang penampilan yang casual pun rasanya itu sudah cukup. Tapi semuanya kembali ke PEAK, karena lepas dari itu mereka berhasil menawarkan musik ciamik yang ‘kaya’ akan eksplorasi di dalamnya. Good point, untuk ukuran band baru yang mengetengahkan kebebasan bermusik dalam olah kreasinya.

BACA JUGA - Song Review : 3PM On The Rooftop – “Malam”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner