Song Review : Mooner - Ingkar

Song Review : Mooner - Ingkar

Foto diambil dari vidio musik Mooner-Ingkar

Lagu ini punya nada-nada yang menstimulasi buah pikir seseorang, masuk ke dalam ruang paling jauh yang bisa disentuh oleh nalar, dan menjadi persimpangan antara nyata dan hayalan.

Olah tata suara gitar crunch yang renyah, garing, dan diikat dalam pola patahan teknik tutti dalam musiknya, menjadikan bangunan aransemen lagu berjudul “Ingkar”, dari band Mooner, sebuah ajakan untuk pendengarnya masuk ke dalam nada-nada repetitif, yang menjadi candu, setidaknya pada lima menit lagu ini berjalan. Nada-nada yang menstimulasi buah pikir seseorang, masuk ke dalam ruang paling jauh yang bisa disentuh oleh nalar, dan menjadi persimpangan antara nyata dan hayalan. Empat puluh lima detik intro lagu ini berputar, dikuatkan dengan dinamika yang berjalan perlahan, sampai menuju klimaks pembuka menuju ruang vokal, dengan pecahan suara, yang meski dibalut dengan notasi sama, namun menampilkan warna berbeda, apalagi ditingkahi dengan olah tata suara delay di ujung kata dalam liriknya.

Masuk pada estetika lirik lagu ini, yang dipecah jadi rima menarik, meskipun secara artian masih perlu ditelisik lebih jauh lagi, karena pemilihan diksi yang terasa asing untuk awam. Namun hal itu bisa jadi kenikmatan tersendiri, ketika diinterpretasikan dengan liar oleh pendengarnya. Apalagi pada detik berikutnya, saat lagu diarahkan menuju modulasi dengan tempo yang dimainkan lebih cepat. Bersahutan dengan penggalan lirik terakhir yang berbunyi “nyanyian lodoh, tuk kaum koplo”, dengan patahan aksen o.. yang dinyanyikan lewat warna vokal innocent namun berenergi. Hal ini seperti babak kedua dari klimaks di intro lagu sebelumnya, yang jika mengacu pada bangunan aransemen musiknya, menimbulkan interpretasi sebuah gerbang menuju ruang imajiner berikutnya.

Hal-hal atmosferik dari komposisi musik lagu “Ingkar” tersebut, dikuatkan pula oleh keindahan visual dalam klip lagu ini. Penggambaran satu sosok misterius dengan balutan kain merah, seakan menguatkan hal imajinatif lagu ini, lewat sebuah tema cerita tentang perjalanan. Beberapa landscape cantik yang dihadirkan di lagu ini, juga turut menstimulasi pikiran orang yang menontonnya, setelah sebelumnya dikuatkan dengan bangunan musik lagu tersebut. Hal ini kemudian jadi perpaduan menarik, ketika mata dan telinga dimanjakan dengan sebuah kreasi seni yang indah.

Masuk pada tiga menit lagu ini berjalan, isian gitar bermain agresif disepanjang interlude lagu. Kombinasi permainan melodi dan tema ritmis di awal lagu berbaur jadi komposisi menarik, terlebih ketika itu dimainkan dengan dinamis dan mengalir, menjadi suguhan yang punya “pukulan” keras ditiap notasinya. Hal ini menimbulkan perasaan adiktif bagi pendengarnya, ketika setiap notasi yang dibunyikan begitu mudah melekat, dan tidak terasa membosankan, meskipun pola-polanya banyak diulang. Sampai menuju menit akhir durasi lagu, Mooner melambatkan tempo lagunya, dan mempersilakan ruang kosong hadir pada bangunan aransemen musiknya, hingga mereka menutup lagu ini dengan bunyi fill in drum di akhir lagu, dan serentak disudahi oleh semua instrumen, yang sedari tadi bertingkah liar di tiap sudut lagu ini.  

BACA JUGA - Song Review : Soloensis Menerjemahkan Arti Pertemuan Dalam Lagunya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner