Song Review : Jedakelana – “Perantau dan Kotaku”

Song Review : Jedakelana – “Perantau dan Kotaku”

Jedakelana jeli menyajikan “Perantau dan Kotaku” dengan melodi yang mudah dinyanyikan, agar lagu ini mudah dicintai, layaknya harapan warga Bekasi yang ingin kotanya kembali menjadi loveable city 

Martinus Antonius Weselinus Brouwer atau akrab dipanggil M.A.W. Brouwer pernah berujar jika kota Bandung atau tanah pasundan ini diciptakan saat Tuhan tersenyum. Satu hal yang juga diamini oleh seniman serba bisa, Pidi Baiq ketika dia menuliskan jika Bandung baginya bukan perkara geografis semata, namun lebih dari itu melibatkan perasaan yang bersamanya ketika sunyi.

Dua kutipan di atas seakan menegaskan jika setiap kota adalah rumah bagi penghuninya, nyaman atau tidak nyaman, hal tersebut selalu sejalan dengan dinamika yang terjadi di kota tersebut. Dari tanah Bekasi lahir sebuah band bernama Jedakelana. Band yang terbentuk pada tanggal 24 Agustus 2019 ini menjalani satu tahun perjalanannya dengan melahirkan sebuah single berjudul “Perantau dan Kotaku”. Sebuah lagu yang mungkin sedikit mengingatkan kita akan sebuah lagu berjudul “Siapa Suruh Datang Jakarta”. Sebuah lagu populer dari Manado, yang menyoroti tentang dinamika kehidupan para pendatang di kota seribu mimpi seperti Jakarta.

Seperti halnya Jakarta, Bekasi juga menyimpan harapan bagi banyak pendatang yang berharap menemukan ‘hidup’ di kota ini. Namun nampaknya karena banyaknya pendatang membuat pribumi alias orang asli Bekasi menjadi seperti tersingkirkan. Lebih kurang seperti itu bait lirik yang didendangkan oleh Jedakelana di lagu ini. Mungkin bisa dibilang sebuah curhatan personal dari si empunya lagu akan kondisi kotanya. Satu hal yang kemudian dikuatkan dengan musik vintage ala mereka, yang erat kaitannya dengan lagu-lagu era Koes Plus atau Panbers berjaya.

Memang bukan yang pertama sebagai sebuah lagu yang merepresentasikan sebuah kota, dimana sebelumnya ada juga band Kla Project yang bicara keindahan suasana Jogja, C’mon Lennon dan Bangkutaman yang bicara tentang Jakarta, Superman Is Dead dengan lagu “Kuta Rock City”, hingga Silampukau yang bahkan membuat satu album khusus berbicara tentang kota Surabaya. Namun lagu “Perantau dan Kotaku” ini seakan menjadi oase di gurun pasir, ketika Bekasi mungkin mulai kehilangan daya tariknya, karena sialnya harus menghadapi serangkaian masalah kota urban, dari mulai kemacetan hingga potret penduduknya yang berjibaku dengan serangkaian pekerjaannya (kebanyakan bekerja sebagai buruh pabrik tersebut).

Secara notasi, Jedakelana jeli menyajikannya dengan melodi yang mudah dinyanyikan, agar lagu “Perantau dan Kotaku” mudah dicintai, layaknya harapan warga Bekasi yang ingin kotanya kembali menjadi loveable city, yang tentu saja harus sejalan pula dengan kesempatan mendapat ‘kehidupan’ di kota ini, dari mulai kesempatan mendapat pekerjaan yang layak, hingga hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kelangsungan hidup penduduk kota ini.

Kembali ke musik. Nuansa akustik di lagu ini begitu kentara, dan menjadi menarik karena pilihan membungkus curhatan dengan gitar akustik jadi satu hal yang tepat. Kenapa? Selayaknya nuansa tongkrongan yang ngalor ngidul membahas persoalan yang terjadi, rasanya momen tersebut akan selalu disisipi pula oleh permainan gitar akustik dari seseorang yang menjadi pusat perhatian. Entah untuk merespon obrolan tersebut, atau sebagai pelarian dari masalah. Karena tidak punya ongkos untuk berlibur di tempat mewah, maka bermain gitar menjadi pilihan untuk menyenangkan hati. Gratis dan efeknya bisa terasa langsung. Mungkin suatu hari Jedakelana akan mulai berbesar hati jika kotanya sudah menjadi milik semua orang yang sama-sama menggantungkan mimpi di kota ini. Pendatang maupun pribumi mungkin pada akhirnya akan sama-sama bernyanyi menyanyikan lagu yang sama. Lagu tentang mimpi yang akhirnya terbeli.

BACA JUGA - Song Review : Portree – ‘’Periwinkle’’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner