Song Review : Efek Rumah Kaca -

Song Review : Efek Rumah Kaca - "Tiba-Tiba Batu"

Sumber foto : diambil dari akun instagram @sebelahmata_erk

Satu hal cukup kentara dalam single baru Efek Rumah Kaca ini, yaitu nada-nada mayor yang mereka gunakan, hingga nuansa gloomy seperti dalam karya-karya sebelumnya tidak hadir dalam lagu ini.

Setelah bereksplorasi sedemikian megah di album Sinestesia, Efek Rumah Kaca kembali melahirkan karya terbarunya yang kali ini digambarkan lewat single berjudul “Tiba-Tiba Batu”. Satu hal cukup kentara dalam single barunya ini, yakni nada-nada mayor yang mereka gunakan, hingga nuansa gloomy seperti dalam karya-karya sebelumnya tidak hadir dalam lagu ini. Mereka seakan membawa kembali pendengarnya pada era awal Efek Rumah Kaca dengan konsep pop minimalisnya tersebut.

Lagu yang dirilis pada 6 September 2019 ini direkam di studio Trout, Brooklyn, New York, Amerika Serikat dan ditangani oleh seorang penata suara bernama Bryce Goggin, yang sebelumnya sudah bekerjasama dengan banyak musisi indie rock Amerika Serikat seperti Pavement, The Breeders, dan Joan As Police Woman. Selain itu, hasil akhir rekaman lagu ini dimastering oleh Scott Hull yang telah mengerjakan berbagai album musik populer, salah satunya adalah album Room for Square yang merupakan album debut dari penyanyi John Mayer. 

Secara isian lagu, “Tiba-Tiba Batu” menceritakan tentang manusia-manusia berkepala batu yang selalu merasa benar dan susah untuk diajak berdialog, hingga ketika manusia-manusia berkepala batu tersebut berkumpul dapat membahayakan masyarakat dengan keagresifan mereka. Hal tersebut masih cukup merepresentasikan lagu-lagu Efek Rumah Kaca yang memang dikenal ‘tajam’, meski dalam lagu ini, secara musik terbilang ringan. Namun sepertinya Efek Rumah Kaca memang ingin bersenang-senang dengan musiknya, tanpa pretensi apapun dan tidak terbebani dengan torehan pola kreasi yang mereka buat di album Sinestesia. 

Menggaris bawahi kalimat bermain-main dengan musik, permainan gitar Cholil di lagu ini seakan mengamini kalimat tersebut secara harfiah, terlebih ketika itu dimainkan di bagian interlude lagu ini. Terasa amatir, namun apa daya, yang bermain itu Cholil Mahmud. Seorang musisi yang dengan segala musikalitasnya membuat musik menjadi wajar saja dimainkan seperti apapun, seperti halnya pemilihan diksi-diksinya yang meski sederhana namun bisa menggetarkan. Tidak berputar pada pemilihan akrobat kata-kata, atau pun metafora rumit hingga membuat jarak cukup lebar dengan pendengar yang asing dengan sastra.

Lagu ini menjadi representatif dari arah musik Efek Rumah Kaca yang sedang dijalani (musik yang lebih cerah dengan aransemen yang efisien juga minimalis), dan akan bermuara pada sebuah mini album yang kabarnya akan dirilis pada akhir tahun 2019 ini. Lagu “Tiba-Tiba Batu” mungkin tidak akan berakhir di ruang-ruang diskusi seperti halnya lagu “Di Udara” atau pun lagu “Sebelah Mata”, dengan semua hal-hal esensial yang terdapat dalam lagunya. Meski begitu, layaknya lagu “Kenakalan Remaja di Era Informatika”, yang bisa dibilang sama-sama dibalut dengan musik ringan, sejatinya lagu ini masih bisa menampar dengan caranya sendiri.

Efek Rumah Kaca masih bertarung dengan lagu-lagunya, dan meski kali ini tidak dilengkapi dengan amunisi persenjataan lengkap, namun mereka masih ada di arena pertandingan, masih berdiri dengan apa yang diyakininya, masih lantang dengan apa yang disuarakannya, dan Efek Rumah Kaca masih mewakili suara-suara minor tentang banyaknya ketimpangan. 

BACA JUGA - Song Review : Sore - "Woo Woo"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner