Song Review : Ayat Astral – “Manic”

Song Review : Ayat Astral – “Manic”

Ayat Astral yang kepalang punk mengusung semangat anti-kemapanan di tengah situasi yang (memang) tidak mapan. Mereka dipersatukan oleh kecintaan pada musik tiga kunci dan semangat blank generation, sebagai sebuah pedoman menjalani hidup

Sekian lama mengasingkan diri karena mengalami kebuntuan artistik dalam dunia musiknya, ditambah lagi hobi begadang sambil menonton kartun-kartun gore, grotesque dengan plot sakit dan aneh, tiga pemuda penggemar musik punk ini nampaknya kembali bergairah untuk menggarap serius musik-musik yang mereka buat lebih enerjik lagi.

Ayat Astral lekas-lekas merilis single bajingan dan serampangan yang dijuduli “Manic”. Judul ini diambil dari istilah medis menyoal kesehatan mental berupa serangan kecemasan bagi penderita bipolar. Alih-alih bercerita tentang hal tersebut, penulisan dari lagu ini merupakan hikmah bagi perjalanan hidup salah satu personilnya sendiri, Ilham.

Fase manic Ilham terjadi ketika dirinya baru belajar bertanggung jawab penuh atas musiknya. Tanpa peringatan manic itu datang. Tidak diundang sekonyong-konyong datang. Badai kecemasan! Kecemasan yang bergejolak. Dunia Ilham terganggu karena manic semata. Ilham dalam pergolakan karena kecemasan selalu muncul dimana-mana. Tak tentu waktu. Pada irama, nada, bebunyian musik yang selalu menemani kesehariannya. Di indekosnya, di kampus, di bar. Manic seperti parasit, menghisap sesukanya. Walaupun pada akhirnya Ilham bisa berdamai dan menerima kecemasan itu dalam keringan jiwanya yang tualang.

Meski musiknya memang terdengar penuh kecerobohan dan sembarang, Ilham sempat menyatakan bahwa ia ingin menggarap musik yang terkesan ‘brengsek’ dan menjengkelkan, tapi juga mencerdaskan pendengarnya. Inspirasi dari sekelumit perjalanan mudanya, Ilham melihat sikap punk bertebaran dimana-mana. Hanya bentuknya saja berbeda-beda. Sikap punk yang identik dengan perlawanan dan nilai-nilai ke-bangsat-an yang dijunjung setinggi monas ia artikan kemudian sebagai kebebasan berpikir dan berkehendak. Kebebasan bicara, bermain atau bergaul dan seterusnya. Ia merasa jenuh dengan pelbagai perkara kehidupan yang menjemukan, karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dengan segala kemerdekaan mutlak yang menyertainya seketika ia terlahir dari rahim ibunya.

Ilham adalah seorang pribadi yang tak segan untuk selalu menyatakan rindu terhadap kebebasan. Ilham melihat program-program pemerintah saat ini bertabrakan dengan spirit dan mentalitas kaum muda. Ia muak dan bosan dengan dogma dan moralitas lewat ajaran-ajaran kebaikan dan kemunafikan dibaliknya yang begitu mengekang dan tak ada salurannya. Muaranya tak jelas, sehingga punk dianggapnya sebagai juru selamat. Punk dan sikap rascal dari sudut pandang Ilham, gerakan turunannya jelas tidak disukai oleh masyarakat yang tertib. Menurutnya, azas anti-kemapanan, beraliran punk atau bersikap berandalan bukan berarti mengajak anak muda untuk bersikap liar, tidak tertib dan negatif. Justru sikap rascal yang Ilham impikan diharapkan menjadi cikal bakal dari keberanian dan kecerdikan.

Lagu “Manic” sendiri digarap oleh Ilham pada tahun 2019, saat ia disibukan perjilidan kuliah. Video klipnya menggambarkan seorang pemuda yang tumbuh dalam keterasingan, alienisasi hasil hidupnya yang tak normatif. Ia merasa muak dengan lingkungan sosialnya yang materialistik, sementara keluarga dan teman-temannya adalah sekumpulan orang-orang pemuja moral yang agung dan doyan berbicara politik – penuh dengan intrik maha busuk. Perilakunya yang tidak umum itu adalah bentuk dari perlawanan terhadap guru di sekolahnya yang malah menjelma menjadi mesin penghancur moral dan mental. Belum merasa puas, sikap berangasan yang diperlihatkannya merupakan sindiran telak bagi pergaulan di sekolahnya yang malah melumpuhkan karakter dan mencabut jutaan pikiran-pikiran orisinal dan intelektualitas dari seluruh akar budaya. Akibatnya sekian banyak pelajar pada saat itu dicetak untuk menjadi robot tanpa hati, tak bernalar, mandul keberanian dan premature dalam mencoba banyak hal berbeda dalam hidupnya. Semua dicetak sebagai pengikut, bukan pionir.

Ilham bermonolog dengan penuh teriakan. Nyanyiannya bertabur ironi. Bernada satir. Senandung umpatan hingga penghancuran diri. Lagu “Manic” merupakan memoar yang kritis sekaligus kelewat ugal-ugalan. Tengil dan gajul. Genre yang bertabrakan dengan kaum dominan, kaum yang lahir dari  bilik- bilik  fenomena cinta  yang telah berulang kali menjerat orang dalam kebutaan, tak berperasaan dan kecengengan yang berlalu, sambil memunculkan romantisme kampungan yang kedodoran, serta meruntuhkan nilai-nilai moral itu sendiri.

Kendati demikian, Ilham kepalang Punk. Lagu “Manic” ini mengingatkan kembali keberpihakan Ilham atas perdamaian, kebebasan dan kemerdekaan. Relevan momentun dirilisnya lagu “Manic”, satu bulan (30 April 2021) sebelum perayaan hari Kemerdekaan Indonesia ke-76.  Lagu ini terdengar seperti ode yang cocok di dengar pada hari sabtu untuk sekedar menyapu secuil kegagalan yang menjeratmu atau memutarnya dengan volume maksimal di 17 Agustus nanti. Merdeka!

BACA JUGA - Song Review : Phinisi East Kingdom – “Stronger”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner